Tangisan Ke empat

40 6 0
                                    

'Lautnya indah ya Mas, jangan benci laut mas'-Buanka---------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Lautnya indah ya Mas, jangan benci laut mas'
-Buanka-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-


Happy Reading sayangku....



Buanka tergesa-gesa berlari kearah Ruang ICU, badannya sungguh gemetaran hebat. Buanka melihat kondisi Rayhan yang semakin kritis. Ia menangis sangat kencang, meskipun Rayhan membencinya, namun Buanka sungguh tidak pernah membencinya sekalipun.

Yudha yang baru datang langsung memeluk Buanka, ia bahagia karena adiknya masih hidup, meskipun ia juga harus menerima kenyataan pahit yang lain, yaitu melihat Buanka harus bertahan hidup selama 3 bulan lagi, Karana penyakit Ginjalnya yang semakin parah.

"Syukur dek, kamu masih hidup. Abang tadi khawatir banget." Tangis Yudha di iringi pelukannya yang semakin erat. Buanka senang, namun pikirannya masih tetap berada di Rayhan.

"Bang, Mas Rayhan kenapa belum bangun?" Tanya Buanka diiringi tanggisan yang semakin keras

Yudha melepas pelukannya, raut wajahnya berubah menjadi lesu, pertanyaan yang tidak ingin ia jawab. Namun karena bagaimanapun, Rayhan bertanggung jawab menjaga Buanka adiknya.

"Dek, Mas Rayhan, terkena luka fatal, bagian jantungnya yang kena, jantungnya belum sembuh total Dek, dari kemarin-kemarin Tante Iis sama Om Johsua nyari kesana-kesini, tapi belum ada juga yang cocok buat donorin Jantungnya buat Rayhan. Abang juga mau banget bantu, tapi sayang Jantung Abang juga gak cocok." Jawab Yudha sejelasnya.

Buanka yang mendengar semuanya sungguh tidak bisa berkata-kata lagi, ia masih ingat kecelakaan itu, masih ingat hangatnya Rayhan memeluknya dan melindunginya dari pecahan kaca, masih ingat kalimat terakhirnya "Gue bakal ngelindungin lo Buanka."
Ketika terus mengingat terakhirnya, Buanka semakin menangis, setidaknya perasannya telah terbalaskan. Ia ingin sekali membantu Rayhan, 'apakah jantungnya cocok?' pikirnya. Ia mencoba melihat Kakaknya, Bang Yudha.

"Abang."
"Iya dek."



********
Rayhan membuka matanya perlahan, disana terlihat Mamah Iis, sudah menunggu anaknya. Ditemani Haidar dan Jerom. Ia juga melihat Yudha, Rayhan tersenyum namun Yudha tidak, dari matanya tersirat sekali kebencian kepadanya namun diiringi tangisan yang ditahan.

Rayhan masih terdiam, ia mencari-cari yang lainnya, Rayhan sangat mengkhawatirkannya, ia juga mengkhawatirkan Buanka, sangat mengkhawatirkannya.

"Buanka gimana keadaannya?" Tanya Rayhan sambil melirik Yudha.

Yudha memilih diam, ia memilih untuk menangis sekencang-kencangnya, mengingat beberapa hari, dimana kala itu Rayhan belum tersadar dari masa Kritisnya.

Beberapa hari sebelum Rayhan sadar

Untuk langit dari Ketujuh SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang