Kericuhan Di Laboratorium

40 5 0
                                    

Selesai mengajar di laboratorium biologi, akhirnya Yanagi Sensei bisa kembali ke kantornya untuk beristirahat sejenak sebelum kembali mengajar di kelas selanjutnya. Tetapi belum sampai di kantornya, guru muda berusia 25 tahun itu merasakan perasaan mengganjal seperti ada sesuatu yang kurang.

"Ya ampuun..aku lupa lagi mengunci laboratorium itu. Bisa-bisanya hal ini terjadi setiap selesai memakai lab. Dasar ceroboh" Yap, ia lupa mengunci laboratorium biologi lagi. Mau tak mau Yanagi Sensei harus berbalik menuju laboratorium biologi. Jarak laboratorium lumayan jauh dari kelas lainnya.

Ketika sudah di dekat laboratorium, Yanagi Sensei bisa mendengar suara gaduh dari dalam lab. Dan dengan tergesa-gesa, ia berlari menuju lab. Ia hanya bisa berharap tidak ada kejadian anak murid yang tidak sengaja merusak alat-alat laboratorium.

Dan ketika ia membuka pintu, ia bisa melihat 3 murid laki-laki yang berlari kesana-kemari, menjauh dari kejaran replika anatomi yang sedang melompat-lompat.

"Kalian bertiga, apa yang sedang terjadi?!" Yanagi Sensei mengeraskan sedikit suaranya agar ketiga siswa tersebut bisa mendengarnya.

"Yanagi Sensei, tolong kamii!" Mereka bertiga terus saja berlari hingga salah satu di antara mereka yaitu Neiji tersandung kakinya sendiri, mengakibatkan ia dan kedua temannya yang berlari di depannya terjatuh ke lantai keramik yang dingin.

Ketiga siswa tersebut pun bangun dan hanya bisa berdiri ketakutan di sudut ruangan. Tidak bisa kabur lagi karena replika anatomi itu terus saja melompat-lompat ke kanan dan ke kiri, seperti tidak mengizinkan mereka untuk kabur.

Yanagi Sensei yang melihat itu tentu saja panik, tetapi sesaat kemudian ia mengerti. Ia ingat pernah melihat kejadian ini sebelumnya. Kejadian yang sama yang terjadi pada seorang teman perempuan di kelasnya dulu.

"Kalian bertiga tutup mata kalian! Berdoa dan bayangkan saja replika itu kembali diam!"

Yanagi Sensei tidak tahu siapa di antara mereka bertiga yang 'menghidupkan' replika tersebut, jadi satu-satunya cara adalah membuat mereka bertiga diam dan berkonsentrasi agar replika itu kembali diam.

Riki dan teman-temannya hanya mengikuti perintah Yanagi Sensei, benar atau salah mereka turuti saja. Tidak tahu lagi bagaimana cara terbebas dari replika yang tiba-tiba hidup itu. Di antara rasa takut dan rasa panik, Riki sekuat tenaga berkonsentrasi dan membayangkan replika anatomi itu diam di tempat seperti tidak terjadi apa-apa.

Dan berhasil, satu menit kemudian replika itu akhirnya tidak melompat-lompat lagi seperti tadi. Membuat Riki dan teman-temannya menghela nafas berat karena rasa takut yang sedari tadi menyelimuti mereka. Mereka menatap was-was replika itu, takut jika replika itu melompat-lompat lagi, sebelum berlari dan menghampiri Yanagi Sensei yang dari tadi berdiri di dekat pintu masuk.

"Yanagi Sensei, terima kasih", ucap mereka bertiga sambil membungkukkan badan.

Yanagi Sensei hanya membalas itu dengan senyuman, berjalan menghampiri replika anatomi dan meletakannya di tempat semula di sudut ruangan. Yanagi Sensei memperhatikan replika anatomi itu sebentar sebelum berjalan menghampiri tiga muridnya dan bertanya "apa yang sebenarnya terjadi tadi?"

Riki dan teman-temannya kemudian menjelaskan kejadian tadi dari awal dan diakhiri dengan permintaan maaf karena telah menjatuhkan properti laboratorium.

Yanagi Sensei terdiam sejenak sebelum bertanya lagi. "Siapa di antara kalian bertiga yang memasang bagian jantung?"

Pertanyaan tak terduga keluar dari mulut Yanagi Sensei. "apa hubungannya kejadian tadi dengan siapa yang memasang bagian jantung?", batin Satoru.

"Itu aku, sensei. Apakah ada bagian jantung yang retak atau pecah?". Riki menjawab takut-takut. Ia takut jika harus mengganti properti lab yang rusak, harganya pasti mahal dan gaji kakaknya mungkin tidak cukup untuk membayarnya.

"Tidak, Takayama, tenanglah. Mungkin ada beberapa bagian yang lecet karena jatuh, tapi tidak ada bagian dari replika itu yang rusak", ucap Yanagi Sensei menenangkan Riki.

"Kau punya seorang kakak, kan, Takayama?". Diberi pertanyaan seperti itu membuat Riki panik, ia takut kakaknya yang sudah duduk di tingkat akhir SMA juga ikut terlibat. Tapi ia tetap menjawab pertanyaan Yanagi Sensei meskipun hanya dengan anggukan kepala kecil.

"Kalau begitu ayo pergi ke kantor. Dan kalian berdua, bisa tolong panggilkan kakak dari Takayama? Minta ia menemui sensei dan Takayama di kantor"

Satoru dan Neiji bisa melihat wajah memelas Riki sebelum pergi dari sana, menuju kelas 3-2 yaitu kelas Takayama Nicholas.

~~

Bel istirahat sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Nicholas dan kedua temannya, Kuro dan Haru, sedang berada di kelas, fokus dengan urusannya masing-masing. Nicholas dan Haru fokus memakan bekal makan siang masing-masing, sedangkan Kuro fokus membaca berita di smartphone-nya -bekalnya sudah ia habiskan 5 menit yang lalu.

"Wah kasihan sekali", tiba-tiba Kuro bersuara di tengah keheningan mereka,

"Aga apwa?", itu Haru yang baru saja menyuapkan makanan ke mulutnya. Tatapan sinis diberikan oleh Kuro, ia tidak suka pada orang yang berbicara saat mulutnya penuh makanan. Tetapi karena ini sahabatnya, jadi ia maafkan.

"Kecelakaan di jalanan kota tadi malam karena rem mobil yang blong. Katanya tidak ada korban yang selamat", jawab Kuro dengan ekspresi sedih.

"Kasian sekali, aku turut berduka untuk mereka semua. Bagaimana kronologinya?"

Sementara kedua temannya membicarakan tentang kecelakaan itu, Nicholas terdiam. Pikirannya menerawang, mengingat kembali kecelakaan yang terjadi pada keluarganya dulu. Kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa ayah dan ibunya, dua orang yang sangat berharga di hidupnya.


~DF~


Gimana chapter kali ini? Seru? Atau aneh? wkwkwk

Tapi semoga kalian tetap suka dengan chapter kali ini ya^^

Chapter selanjutnya kita akan memasuki bagian flashback tentang keluarga Takayama di masa lalu. So, stay tuned^^

Terima kasih sudah membaca chapter kali ini, dan sampai jumpa di chapter selanjutnya💙

Vallet's Boarding House || AndTeamWhere stories live. Discover now