Munculnya Sumber Ketakutan

46 4 2
                                    

Pagi-pagi sekali, di jam 4 setiap harinya, kakak beradik Takayama sudah bangun dan sibuk membersihkan rumah. Mengerjakan pekerjaan rumah sesuai dengan tugas yang sudah ditetapkan. Mulai dari memasak nasi dan lauk pauknya, menyapu dan mengepel lantai, membilas dan menjemur baju, mencuci piring, dan pekerjaan lainnya yang perlu mereka kerjakan.

Tidak berharap bahwa Kaido akan membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah. Pria tua itu tidak pernah dan tidak akan mau mengurus hal-hal yang menurutnya merepotkan. Padahal dia sendiri merepotkan, pantas saja tidak terurus..ups

Nicholas sibuk memasak sarapan yang bisa sekalian untuk makan siang dan kalau beruntung bisa juga untuk makan malam. Sedangkan Riki sibuk menjemur baju yang sudah dicuci di mesin cuci semalam. Mereka beruntung masih bisa memiliki mesin cuci yang setidaknya bisa meringankan sedikit beban mereka.

~~

Tepat saat Nicholas dan Riki akan duduk untuk memasang sepatu sebelum berangkat sekolah, saat itu juga pintu rumah Takayama dibuka oleh Kaido. Melihat pamannya datang ke rumah dengan pakaian yang penuh dengan debu dan serbuk kayu halus, meninggalkan pertanyaan di benak Nicholas dan Riki.

"Tumben tidak mabuk, bajunya juga kotor sekali. Tidur dimana lagi dia tadi malam?", bisik Riki pada kakaknya yang ada di sampingnya. Dan hanya dijawab dengan Nicholas yang mengangkat bahunya dan berbisik, "tidak tahu dan tidak peduli"

"Kenapa kalian berbisik seperti itu, hah? Jangan mencari masalah denganku. Cepat pergi sebelum aku melayangkan pukulanku pada kalian"

"Dan kau Riki, cepatlah berusia 18 tahun, lama sekali. Makanya makan yang banyak, supaya aku tidak perlu tinggal lagi di sini", ucap Kaido yang kemudian duduk di atas lantai di depan meja makan. Ia hanya minum segelas air putih dan duduk termenung seperti orang bodoh.

"Dia sepertinya menyesali keputusannya untuk tetap bertahan hidup di bumi ini, kasihan sekali. Menyedihkan, tapi aku suka", cibir Nicholas di dalam hatinya.

Mereka berdua tidak membalas ucapan pamannya yang tidak berguna itu. Langsung beranjak pergi dari rumah Takayama untuk pergi ke sekolah.

"Paman aneh-aneh saja, aku kan baru berumur 16 tahun. Dia memintaku untuk makan yang banyak, mana mungkin aku langsung bertambah usia begitu saja hanya karna makan yang banyak"

Sepanjang jalan Riki terus saja mencibir ucapan pamannya yang aneh itu. Hingga tak terasa mereka sudah sampai di gerbang sekolah.

"Dia kan memang sudah aneh dari dulu. Dan jika dia hanya akan tinggal bersama kita sampai kau berusia 18 tahun, itu artinya berita bagus kan? Kita bisa bebas darinya. Makanya, ayo cepat-cepat bertambah usia", ucap Nicholas dengan kekehan dan nada jahil di akhir kalimat.

"Ternyata kakak sama anehnya juga dengan paman"

Ucapan Riki mengundang tawa pelan dari mulut Nicholas sebelum mereka berpisah untuk pergi ke kelas masing-masing.

~~

Di kelas Riki

Hari ini kelas 1-3 sedang berada di laboratorium Biologi. Di awal-awal semester 1, para murid memulai pelajaran dengan diperkenalkan alat-alat yang ada di laboratorium biologi. Para murid mendengarkan dengan seksama setiap penjelasan yang diucapkan oleh Yanagi Sensei, seorang guru Biologi di Kyoto Senior High School.

Begitu pula dengan Riki yang dari tadi menyimak dan mencatat penjelasan yang diberikan Yanagi Sensei. Riki mencoba untuk tetap fokus, tetapi benda-benda di sudut ruangan laboratorium seakan mengganggu konsentrasinya. Benda-benda tersebut adalah replika anatomi organ manusia, serta kerangka manusia.

Riki tidak tahu apa yang salah dari dirinya, tetapi replika-replika tersebut seakan menarik seluruh konsentrasinya. Dari tadi ia terus melihat ke sudut ruangan yang ada di belakangnya, hanya untuk mendapati replika-replika tersebut yang hanya diam di tempatnya. Dan hal itu tidak lepas dari penglihatan Yanagi sensei.

Vallet's Boarding House || AndTeamWhere stories live. Discover now