Dia merenggangkan kedua tangannya yang terasa sedikit pegal setelah melakukan hal itu, sekarang juga sudah siang, dia harus segera mencari makanan dulu.

Jika harus memasak sepertinya tidak bisa, tidak ada bahan yang bisa dia oleh saat ini.

Mata Soobin lalu melirik kearah Yeonjun yang tampak kebingungan dengan isi kopernya sendiri, laki-laki itu bahkan membuat isi pakaiannya menjadi berantakan lagi.

Padahal tadi Soobin bisa melihat semuanya tersusun dengan rapi di koper milik Yeonjun.

"Yang Mulia, butuh bantuan?" tanya Soobin yang menawarkan bantuan untuk Yeonjun.

Yeonjun menoleh kearah Soobin yang tampak tersenyum ketika melihat pakaiannya yang tampak berantakan itu.

"Iya, aku tidak mengerti bagaimana menyusunnya lagi," jawab Yeonjun yang membuat Soobin berjalan mendekat lalu ikut duduk di sebelah Yeonjun.

Dia kembali melipat pakaian milik laki-laki di sebelahnya itu, mulai dari pakaian, celananya, dan hal yang lain juga.

Walaupun sedikit malu, tapi Soobin mencoba untuk tetap fokus, apalagi dia merasakan Yeonjun sedang memperhatikannya saat menyusun pakaian cowok itu.

Soobin menoleh kearah belakangnya dan melihat Yeonjun yang juga menatapnya saat ini.

"Ah maaf ya, aku saat ini sedang fokus melihat caramu melipat pakaianku, aku tentunya harus bisa melakukan hal itu selama tinggal disini," ucap Yeonjun yang membuat Soobin tertawa kecil lalu dia melanjutkan apa yang sedang dia kerjakan tadi.

Berakhir dengan Soobin yang menyusun semua pakaian milik Yeonjun ke dalam lemari.

Sebentar, kenapa saat ini suasananya seperti dia sedang menyusun pakaian suaminya coba? Muka Soobin saat memikirkan hal itu langsung memerah, aduh pikirannya bagaimana bisa sampai sejauh itu coba?

"Kamu benar-benar akan jadi istri yang baik, Soobin."

"Semua orang bisa melakukan hal ini, Yang Mulia."

Yeonjun menggelengkan kepalanya, dia kurang setuju dengan apa yang dikatakan oleh Soobin barusan.

"Tidak juga, buktinya aku tidak bisa melakukan hal tersebut," jawab Yeonjun yang menolak setuju dengan ucapan Soobin tadi.

Soobin cemberut saat mendengar hal itu, apakah laki-laki tampan di hadapannya itu tidak sadar diri? Dia gak mungkin lupa bukan kalau dirinya seorang Pangeran?

Makanya Soobin memaklumi jika Yeonjun tidak bisa melakukan hal ini.

"Anda seorang Pangeran, Yang Mulia. Jadi aku akan mewajarkan jika Pangeran tidak bisa melakukan hal ini," ucap Soobin yang berhasil membuat Yeonjun tertawa kecil menanggapi protes dari Soobin tadi.

Yeonjun lalu meletakkan koper miliknya ke atas lemari sama seperti apa yang dilakukan oleh Soobin tadi.

"Tapi fakta jika kamu jadi istri baik nanti gak akan berubah sama sekali, Soobin."

Kenapa balik ke pembicaraan ini lagi sih? Soobin terlalu malu jika membahas hal itu di hadapan laki-laki yang memang Soobin sukai.

Dia mengakui kalau dirinya suka sama Yeonjun, walaupun ayah laki-laki itu membantai semua keluarganya, tapi itukan atas perintah Raja, Yeonjun tidak mengetahui sama sekali hal tersebut.

"Sedikit berlebihan."

"Menurutku tidak sama sekali," balas Yeonjun yang benar-benar membuat Soobin hatinya benar-benar gawat saat ini.

Lama-lama memang berbahaya sekali jika berdekatan dengan Yeonjun, pria itu memang mengatakannya dengan santai, tapi tetap saja Yeonjun gak akan pernah tau jika yang mendengarnya bakalan malu seperti Soobin sekarang.

Mata Soobin tiba-tiba menatap kearah kalung yang digunakan oleh Yeonjun, bukan ke kalungnya, tapi dirinya lebih terfokus melihat cincin yang sengaja dijadikan mainan kalung oleh Yeonjun.

"Cincinnya terlalu indah jika hanya dijadikan mainan kalung, Yang Mulia," puji Soobin masih fokus memperhatikan cincin tersebut.

Mata Yeonjun lalu melirik kearah kalungnya, lebih jelasnya kearah cincin yang dia sengaja buat sebagai mainan untuk kalungnya.

Cincin turun menurun dari keluarga ibunya, ibunya berkata jika Yeonjun harus memberikan cincin ini kepada pasangan yang siap untuk berakhir seumur hidup dengan dirinya,

Dalam waktu seketika Yeonjun melepaskan kalung yang dia gunakan membuat Soobin hanya memperhatikan.

Tangan Yeonjun meraih cincin tersebut dan mengarahkannya kepada Soobin.

Soobin tampak bingung masih menatap cincin yang ada di telapak tangan laki-laki di hadapannya itu.

"Coba kamu gunakan Soobin."

Ah, dia pikir cincin itu akan diberikan oleh Yeonjun kepadanya, ternyata tidak sama sekali, Soobin terlalu percaya diri mengenai hal tadi, memalukan sekali.

Tangannya dengan perlahan meraih cincin yang ada di telapak tangan Yeonjun.

Lalu Soobin mencoba meletakkan cincin itu ke semua jarinya, kecuali jari manisnya, dia akan mencobanya paling terakhir.

Saat dia mencoba menggunakan ke jari telunjuknya, cincin itu tampak mengecil, aneh sekali.

Dia mencobanya di jari kelingkingnya dan hasilnya tetap saja nihil.

"Cincinnya tidak muat dengan jariku, Yang Mulia."

"Kamu bahkan belum mencobanya di jari manismu, bagaimana bisa kamu berkata kalau cincin itu tidak muat sama sekali."

Soobin saat mendengar ucapan dari Yeonjun akhirnya mencoba cincin itu ke jari manisnya.

Dan sialnya, cincin itu dengan mudahnya masuk ke dalam jarinya saat ini.

Mata Yeonjun dan Soobin lalu terfokus ke sebuah cahaya yang ada di mainan cincinnya.

Apakah ini cincin ini sudah sudah dipengaruhi dengan sihir ya? Bukankah ini sangat keren sekali, Soobin takjub.

Dia bahkan dengan senang menatap kembali cincin di jari manisnya, jika cincin ini adalah miliknya, maka Soobin gak akan melepaskan cincin tersebut dari jarinya.

Sayangnya saat ini cincin itu adalah milik Pangeran di sebelahnya.

"Tampaknya kamu menyukai cincin itu, Soobin."

"Iya, cincinnya begitu indah, darimana Pangeran bisa mendapatkannya?"

Yeonjun tidak mungkin langsung berkata kalau dia mendapatkan cincin itu dari ibunya.

"Dari pasar, saat aku menuju kesini ada banyak pasar dan mataku terfokus dengan cincin yang kamu gunakan sekarang."

Soobin menganggukkan kepalanya, lalu dia mencoba melepaskan cincin yang dia gunakan itu.

"Kamu bisa memilikinya, Soobin."

Tangan Soobin berhenti dari menarik cincin itu keluar dari jari manisnya.

"Bukankah cincin ini terlalu mewah jika hanya dihadiahkan secara gratis untuk aku, Yang Mulia?"

Yeonjun menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu memikirkan hal lain, jika kamu suka cincin itu, maka kamu bisa memiliknya."

Lagipula ibunya benar, terlihat sekali jika dia memang suka sama Soobin, mata Yeonjun bisa melihat Soobin yang tersenyum senang dengan cincin yang dia gunakan itu.

"Terima kasih, Yang Mulia."

"Sam-sama, Soobin."

Apakah keputusan Yeonjun sudah tepat memberikan cincin itu kepada Soobin? Tampaknya iya, dia yakin jika dia sepertinya memang suka sama Soobin.

Tbc.

Parah mataku gak bisa diajak kompromi, ngantuk banget woilah.

Untung aja masih bisa selesai ngetiknya, hehehehe.

Maafkan kalau ada typo ya, soalnya buru-buru banget ngetiknya,

Ok, semoga suka, vote dan komen jangan lupa.

Sampai jumpa di part selanjutnya.





















Salam,









Anaknya Taekook.

The Forever Ties -yeonbinWhere stories live. Discover now