10. Kencan pertama

110 89 2
                                    

Happy reading guys!

"Huaaaa, Mami! Mami! Kolor, Zo, kehujanan!" Azoya berteriak heboh keluar dari kamarnya, menciptakan kegaduhan. Setelah menemukan tumpukan pakaiannya ternyata belum kering. Cewek itu dengan panik mencari Malvia kesetiap sudut ruangan, meminta solusi dari mamanya itu.

"Gimana, doang, mau kencan?! Yakali gak pake dalaman!" gerutu Azoya kehabisan akal.

"Kencan sama siapa kamu, hah?! Awas kalau sama Ipul, yah!" Malvia datang dari belakang membawakan dalam kering milik Azoya, cewek itu menyambutnya dengan cepat.

Geva mengacungkan kedua ibu jarinya. "Aman, Mi! Ipul, mah, lagi mangkal, tuh, didepan! Jual ikan. Mana celananya berlobang."

Setelah menemukan yang sejak tadi dia cari, Azoya kembali mempersiapkan diri dikamar. Cewek itu melerai rambutnya agar terlihat seperti perempuan dewasa, memakai gelang perak ditangan juga kakinya. Baju putih polos dilapis jaket crop baseball sepinggang. Dipadukan dengan celana ketat berwana putih melengkapi penampilannya. Setelah memakai topi yang tergantung di dekat pintu, Azoya merasa sudah siap mencari cinta.

Cewek itu memperhatikan penampilan lewat kaca. Mencoba mengulas senyum kikuk. "Anjay, udah mirip cabe-cabean."

Azoya berjalan mengendap-endap berharap tidak bertemu dengan kedua kaka-nya, mereka terkadang sangat suka mengintrogasi Azoya padahal cewek itu tidak melakukan apapun. Mungkin defensi orang kurang kerjaan yang sebenarnya.

"Eh, copot!"

Cewek itu dengan iseng menepuk pundak Juni. Cowok yang yang menonton televisi itu sambil mengunyah kacang terlonjak kaget dari tempatnya. Hampir saja ia jantungan.

Geva terkikik mendapati reaksi berlebihan cowok itu. "Jun, doain gue, yakk! Tar, gue bawain terang bulan!"

Juni meraih tangan Azoya, membuat langkah cewek itu tertahan. "Mau kemana?"

"Aishh Juni gue mau cepat, nih!" Azoya mendumel tapi tangan cowok itu tetap berada ditempatnya. "Ples, rambutan, deh!"

Juni melepaskan tangannya bersamaan dengan Azoya yang ngincir berlari terburu-buru keluar. Kedua kaka-nya itu kadang lebih posesif dari pada Ayahnya sekalipun hal sepele. Jadi mereka tidak boleh tahu Azoya keluar, seenggaknya sampai cewek itu berhasil meninggalkan kawasan rumahnnya itu.

Juni masih terpaku memandangi pintu dimana tadi Geva keluar. Meskipun cewek itu sudah tidak ada lagi di penglihatannya.

"Eh, Jun! Jadi gak kekebun binatang? Nyari saudara kembar loh yang hilang," cetus Abian.

Cowok itu kini berpenampilan rapi, seenggaknya tidak kelihatan seperti seorang yang sudah lama ngagur. Juni baru ingat kalau ia akan menemani tiga saudara itu kekebun binatang, sekaligus menghibur Abian yang harinya terasa suram.

"Gak kebalik, bang?" Pertanyaan menjengkelkan itu datang dari Kavan adiknya.

Abian mengabaikan, merangkul Juni juga Beta yang baru keluar dari kamar. "Udah, yuk. Telat, tar. Kita, kan, orang penting."

"Bang, gak baik pagi-pagi ngayal. Tar, ditaksir setan," jelas Kavan sok pintar. Cowok itu sangat suka memancing emosi siapa saja. Si mulut cabe.

Abian berdecak. Benar-benar kurang sadar diri. "Lah, loh, apaaan bege?!"

"Sore, yeeee! Gue tim sore, siang, malam," ujar Kavan tidak mau kalah.

"Heh, anak anjing!" sembur Abian kepalang kesal, baru muncul adiknya itu tidak jauh berbeda dengan Azoya yang selalu memancing emosinya di pagi buta.

"Apa kamu, Bi?!"

Abian kicep, masalahnya bukan Kavan yang menjawab melainkan Alga yang tengah mengerjakan tugas kantornya dimeja sebelah sana. Ia sebenarnya tidak membela Kavan, melainkan membela dirinya sendiri. Kalau Kavan anak anjing berarti Abian sebagai orang tua sama juga, dong. Enak saja ganteng gini dikata anjing.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Where stories live. Discover now