Sekilas, hidup Bjorn Williams terlihat sempurna. Tampan; mapan; memiliki istri yang baik nan rupawan; juga anak laki-laki yang cerdas dan lucu. Tidak ada yang tahu bahwa di balik semua keberuntungan hidup, ayah satu anak itu memiliki segudang masalah, terutama masalah pekerjaan. Demi menjaga tubuhnya agar tetap prima, ia terpaksa harus mengkonsumsi suplemen dan kafein setiap hari.
Biasanya di akhir pekan, Bjorn akan menghabiskan waktu dengan tertidur selama seharian penuh, tetapi hari ini ia tidak bisa melakukannya. Sebab, ia harus mendekam di ruang kerja pribadi dan menyelesaikan tugas yang tidak ada habisnya. Memeriksa ratusan data; membuat laporan; serta menonton satu persatu rekaman CCTV yang terpasang di beberapa sudut bangunan di sekitar tempat kejadian perkara.
Sayang sekali, seluruh usahanya tidak membuahkan hasil. Bjorn sama sekali tidak menemukan petunjuk. Layar laptop didominasi warna hitam kala memeriksa seluruh rekaman CCTV. Data-data yang ia terima pun ala kadarnya.
Lelah, Bjorn menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Kepala mendongak. Sepasang mata panda menatap plafon tanpa minat. "Kapan semuanya akan berakhir?" gumamnya frustrasi. "Haruskah aku mendekam di salah satu bangsal rumah sakit jiwa untuk mengembalikan semua kewarasanku sekarang juga? Oh, Tuhan. Semua ini membuatku gila."
Suara ketukan pintu membuyarkan segalanya. Refleks, Bjorn menegakkan tubuh. "Masuk."
Pintu terbuka. Valerie Whitney—istrinya—berjalan mendekat. Sambil melempar senyum keibuan, wanita berambut cokelat sepinggang itu meletakkan nampan berisi secangkir teh hangat dan camilan berupa biskuit dan sepotong kue keju di atas meja kerja. "Kau harus beristirahat sejenak, Sayang," ungkapnya khawatir.
"Tidak bisa." Bjorn melayangkan satu kecupan di pipi. Ia mulai menyeruput teh. Sensasi hangat sekilas membuatnya lebih rileks. Sendi-sendi di tubuhnya yang semula tegang, kini terasa lega dan ringan. "Aku masih harus menyelesaikan semuanya."
Kalau sudah begini, Valerie hanya bisa menghela napas lelah. Mata zamrudnya menatap lurus artikel yang terpampang jelas di monitor laptop. "Aku sudah mendengarnya. Kebakaran kapal di Laut Utara."
Bjorn mengangguk, membenarkan penuturan istrinya. "Kasus ini benar-benar membuat otakku terasa seperti ditusuk sebilah pisau." Ia kembali memijat kening.
"Sudah kukatakan, sebaiknya kau istirahat sejenak." Wanita itu mengusap lembut punggung suaminya. "Jangan terlalu memaksakan diri. Kau harus menyimpan cadangan energi. Mengungkap kasus dan menangkap penjahat butuh stamina ekstra."
Napas berat berembus. "Baiklah, baiklah, Tuan Putri. Aku akan beristirahat." Bjorn menutup laptop di depannya. "Kau puas, huh?"
Senyum cantik mengembang. Valerie memberikan satu kecupan sayang di pipi. "Sangat puas," jawabnya sembari terkekeh kecil.
Dengkusan sebal lolos. Bjorn merapikan seluruh dokumen beserta foto-foto barang bukti yang berceceran di atas meja kerja. Baru beranjak beberapa langkah dari ruang kerja pribadi bersama istri tercinta, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara bel rumah yang berbunyi nyaring.
"Ah, aku lupa memberitahumu," tutur Valerie. Ia menepuk kening sendiri.
Sebelah alis terangkat. Bjorn menatap kebinggungan. "Ya?"
"Hari ini guru piano baru Harvey akan datang." Wanita itu menoleh ke arah jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. "Ayo!" Ia meraih tangan sang suami, lalu membawanya berjalan menuju pintu masuk.
Suara bel terdengar lagi. Saat pintu dibuka, tampak sesosok pria jangkung bertuxedo hitam dengan rambut panjang yang diikat ke belakang berdiri di hadapan keduanya. "Ah, Tuan Grigorescu. Syukurlah Anda sudah datang."
"Selamat sore, Tuan, Nyonya," pria itu menyapa ramah. Ia mengulurkan tangan ke depan. Senyum hangat senantiasa menghiasi wajah tampan. "Perkenalkan, saya Dominik Grigorescu. Mulai sekarang saya akan menjadi guru piano privat putra Anda. Mohon bantuannya."
YOU ARE READING
The Murderer's Scheme
Mystery / Thriller[UPDATE SETIAP SENIN DAN KAMIS] Terbakarnya kapal di Laut Utara menjadi pertemuan pertama antara Bjorn Williams---seorang inspektur muda dari Kantor Kepolisian London---dengan seorang penjahat misterius bernama Randall yang terus meneror hidupnya. M...
