2. Payung Teduh Yang Sendu

118 7 0
                                    

"Jangan merasa kesepian, seluruh alam semesta ada dalam dirimu" quote by Jalaluddin Rumi----

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan merasa kesepian, seluruh alam semesta ada dalam dirimu" quote by Jalaluddin Rumi
----

(Bab 2. Batu Karang dan Ombaknya)

24 Desember 2023
Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.

Inaya kembali ke tempat ini, tidak banyak perubahan, suasana hari ini masih begitu ramai, kali ini tidak ada awan gelap melainkan matahari yang begitu terik seakan membakar kulit walau jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, terlihat segerombolan siswa SMA yang berlari kecil menuju kapal Feri, tanpa bertanya pun, Inaya tau tujuan mereka sudah pasti pulau Bali.

Ia menoleh melihat sekeliling pantai untuk mencari tempat duduk namun tanpa sadar senyum kecil muncul saat pandangannya tanpa sengaja melihat sepasang kekasih yang tengah berlari sambil bercanda di bibir pantai. Terlihat begitu bahagia, sama seperti dirinya beberapa tahun lalu.

"Hari ini aku kembali..." ucap Inaya sambil tersenyum tipis, membiarkan angin lagi-lagi menyapa dan membelai lembut wajah mulusnya.

Gadis itu duduk di ujung dermaga kayu, dengan mengayunkan kedua kakinya ke dalam air laut, di sampingnya ada kotak besar berisi kue tar.

"Sudah empat tahun dan aku masih belum terbiasa dengan ketidakhadiran kamu.." gadis itu berbicara seakan-akan seseorang yang ia maksud benar-benar ada di sampingnya untuk mendengarkan.

"Tadi pagi, aku pulang ke rumah kita, sudah hampir dua tahun tidak ke sana, rasanya asing dan sepi" ucapnya sambil mengeluarkan kue tar dalam box kardusnya.

"Sangkar burung di teras rumah begitu usang dan kaca aquarium di ruang tengah juga terlihat retak. Ikan koi milik kita sudah mati semua.." suara Inaya mulai bergetar, gadis itu sudah menyalakan lilin, kedua tangannya menakup menjadi satu untuk melindungi lilin dari angin agar apinya tidak padam.

Kali ini gadis itu terdiam cukup lama, begitu hening, hingga yang terdengar hanya suara benturan ombak dan batu karang yang begitu gaduh, pandangannya mulai kabur menahan air di pelupuk matanya.

"Selamat ulang tahun, sayang...." bisiknya serak, lalu menunduk meniup pelan lilin yang sudah ia nyalakan.

Inaya mengepalkan kedua tangannya di atas paha, bahunya bergetar hebat dengan isakan tangis yang kembali terdengar, lagi-lagi ia menangis.

"Mas Adhil, di antara banyaknya cara Tuhan untuk memberikan luka, kenapa harus dengan mengambil kamu dari hidupku? Kenapa harus kamu, saat hanya kamu satu-satunya dunia yang aku miliki?!" Teriak Inaya dengan serak, menatap hamparan laut luas di hadapannya dengan sorot mata penuh luka.

Payung Teduh Yang Sendu || On going Where stories live. Discover now