Ayahnya memang tidak mau dirinya pergi jauh dari istana apalagi demi masuk ke sebuah akademi, makanya dia memberikan banyak pengawal agar kepada Yeonjun, semuanya agar Yeonjun tetap aman selama di akademi, walaupun aslinya itu tidak terlalu dibutuhkan mengingat dia bisa menjaga dirinya sendiri.

Tapi yang tidak diketahui oleh Yeonjun adalah ayahnya tentu saja punya rencana lain selain memberikannya pengawal dan buktinya adalah saat ini.

Semua yang terjadi kepada Soobin adalah salahnya.

Salah dirinya yang masuk ke akademi yang sama seperti Soobin, jika dia tidak melakukan hal tersebut, pasti keluarga Avaline akan baik-baik saja sampai saat ini.

Dia seharusnya tidak bertemu dengan Soobin, keberadaannya malah menjadi malapetaka untuk keluarga Avaline yang memang kabur dari jeratan ayahnya.

Namun semuanya terbongkar akibat seorang informan yang memang ditugaskan untuk mengintai dirinya, dia sangat yakin jika semua tentangnya pasti diberitahukan kepada ayahnya itu.

"Sialan," umpat Yeonjun sambil mengacak-acak kasar rambutnya, dia benar-benar sangat merasa bersalah kepada Soobin.

Dia tau kalau semuanya adalah salah ayahnya, namun tetap saja semuanya terjadi berhubungan dengan dirinya.

"Akan aku bunuh dia apapun yang terjadi!" lanjut Yeonjun sambil memukul dinding batu yang ada di belakangnya itu.

Para pengawalnya cuma bisa diam melihat Pangeran mereka yang sedang mengamuk saat ini, mereka tidak berani menghadapi Yeonjun, makanya mereka memilih untuk diam.

"Salah satu dari kalian kembalilah ke istana dan beri kabar kepada Ratu jika aku baik-baik saja dan akan kembali beberapa hari lagi, lalu sisanya siapkan acara pemakaman untuk semua anggota keluarga Avaline."

"Baik, Yang Mulia."

Para pengawalnya itu dengan secepat kilat langsung pergi dari pandangannya.

Langkah kaki Yeonjun kembali berjalan menuju ke kamar orang tua Soobin, saat baru saja ingin masuk, dia bisa melihat Soobin yang sudah bangkit berdiri saat ini.

Ketika berdiri pakaian Soobin benar-benar terlihat sekali jika dipenuhi oleh darah orang tuanya sendiri.

Lalu Yeonjun kembali fokus menatap Soobin yang pipinya terdapat bekas air mata yang sudah kering, lalu tatapannya masih kosong dan bibirnya yang sudah sangat pucat.

Dia tau mana Soobin ada banyak, namun tetap saja semuanya akan melemah jika berada pada kondisi seperti saat ini.

"Aku sendirian," ucap Soobin pelan namun terdengar sangat pilu sekali.

Kakinya tampak bergetar, Yeonjun bisa melihat hal tersebut, dia tau kalau Soobin mencoba untuk berdiri disaat tubuhnya benar-benar terasa lemah sekali.

Baru saja dia mau melangkah, tubuhnya kembali terjatuh dengan cepat ke lantai dan membuat pakaiannya kembali kotor dengan genangan darah dibawahnya.

Kali ini mukanya juga ikut terkena genangan darah tersebut, Soobin mendongakkan kepalanya sambil melihat Yeonjun yang sedang menatapnya dengan tatapan kasihan.

Biasanya Soobin paling tidak suka dengan tatapan kasihan atau menyedihkan dari orang-orang kepadanya, namun untuk kali ini, dia tidak bisa mengatakan apapun, karena dia memang pantas untuk dikasihani oleh orang-orang.

Apalagi melihat tatapan itu membuat Soobin kembali menangis, dia tidak bisa melakukan apapun selain menangis.

"Aku benar-benar berakhir sendirian."

"Tidak, kamu tidak akan sendirian," jawab Yeonjun dengan cepat saat mendengar suara Soobin yang diikuti oleh isakan dari laki-laki tersebut.

Langkah kaki Yeonjun berjalan mendekat kepada Soobin dan kembali memeluk tubuh pria di hadapannya, dia tidak memperdulikan pakaiannya sama sekali, lagipula apa yang bisa dia lakukan untuk saat ini selain menenangkan Soobin?

The Forever Ties -yeonbinKde žijí příběhy. Začni objevovat