CHAPTER 44

8 2 1
                                    

Pagi-pagi sekali Arya bergegas untuk meluncur ke rumah Kristina, mencari tahu apa yang terjadi pada Kristina sehingga gadis itu mengabaikan telepon dan ratusan pesan darinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi-pagi sekali Arya bergegas untuk meluncur ke rumah Kristina, mencari tahu apa yang terjadi pada Kristina sehingga gadis itu mengabaikan telepon dan ratusan pesan darinya. Pemuda itu buru-buru, dia bahkan tidak menyentuh sarapan yang sudah Marsya siapkan saking buru-burunya.

“Arya sarapan dulu!” teriak Marsya.

“Buru-buru, Ma!”

“Abang kamu ke mana, sih? Buru-buru amat perasaan,” curhat Marsya pada Linda yang tengah menguyah rotinya. “Ya udah kamu buruan makannya. Udah jam berapa ini.”

Kembali pada Arya yang sudah berada di perjalanan ke rumah Kristina bersama sopirnya. Pemuda itu tidak diam, dia terus berusaha menghubungi Kristina melalui panggilan suara, dan video. Namun, tiada jawaban, padahal nomor Kristina masih aktif.

“Na, kamu ke mana, sih?” gumamnya. “Nggak biasanya kamu kayak gini. Kalau ini bagian dari kejutan buat ultah aku beneran nggak lucu, deh. Jawab dong.”

“Pak, berhenti!”

Perjalanan belum usai, tetapi Arya meminta sopir untuk berhenti karena ekor matanya tidak sengaja melihat Yunita turun dari motor di depan toko alat tulis. Cepat-cepat Arya keluar dari mobil, lalu memasuki toko itu. Dia pikir, Yunita mengetahui soal Kristina.

“Kak Arya?” tanya Yunita, tampak kaget melihat keberadaan Arya. “Kak Arya kok di sini? Ngapain?”

“Lo tahu di mana Kristina?” Arya bertanya to the point. “Gue udah hubungi dia berkali-kali, tapi dia nggak pernah angkat. Gue ke rumahnya juga dia nggak ada. Lo tahu kan dia ke mana? Dia nggak apa-apa, kan?”

Yunita menelan salivanya. “Kenapa nanya gue?”

“Lo kan sahabatnya. Harusnya lo tahu di mana Kristina?”

Yunita terkejut mendengar pertanyaan Arya. Sama halnya dengan Arya yang terkejut ketika melihat ekspresi Yunita tiba-tiba berubah sinis. “Ck. Lo kan pacarnya. Harusnya lo lebih tahu soal Kristina. Ck. Harusnya dari awal gue nggak ngebiarin Kristina dekat sama lo.”

“Maksud lo apa, Yun?” tanya Arya.

“Gue pikir Kristina beruntung punya pacar kayak lo. Ternyata gue salah, lo yang jauh lebih beruntung punya pacar kayak Kristina.” Yunita kembali mengeluarkan kalimat yang tidak bisa Arya mengerti. “Mbak, ini uangnya. Makasih.”

Yunita kemudian berjalan melewati Arya yang kini mengikutinya, meminta penjelasan mengenai ucapan Yunita barusan. Namun, Yunita sama sekali tidak mau berbicara banyak dan memilih pergi bersama Reygan, menjauh dari Arya.

“Yunita! Maksud lo apa? Yun!”

Dari kejauhan ada seseorang memandangi Arya dari dalam taksi melalui jendela yang terbuka. Cukup lama dia memperhatikan gerak-gerik Arya di luar sana. Dia memerintah pengemudi untuk menjalankan mobilnya setelah menerima panggilan telepon.

***

Mobil hitam milik Arya melaju tanpa tujuan setelah berjam-jam terparkir di depan rumah Kristina yang sepi penghuni. Entah ke mana lagi dia harus mencari keberadaan Kristina. Siapa lagi yang harus dia tanyai soal menghilangnya Kristina.

Angin malam memainkan rambut Arya yang baru saja keluar dari mobil. Pemuda itu melangkah dengan pikiran tak keruan. Rasanya, Arya ingin mengamuk tatkala mengingat ucapan dan sikap Yunita tadi pagi. Dia sama sekali tidak tahu apa kesalahannya pada Kristina sehingga membuat Yunita semarah itu padanya.

“Kak Arya!”

Langkahnya terhenti, dia kemudian menoleh ke sumber suara. Tidak jauh dari tempatnya berdiri dia melihat Mika dan beberapa pengamen cilik yang pernah Arya temuin di pasar malam tempo hari sedang duduk di pinggir jalan.

“Sini!” panggil Mika.

Arya menghampiri Mika. Sekilas Arya melihat teman-teman Mika sedang menghitung uang hasil ngamen hari ini. Pemuda itu tersenyum, lalu duduk di sebelah Mika.

“Kak Arya kok sendirian? Kak Tina nggak ikut?” tanya Mika polos, sementara Arya hanya bisa menggeleng. “Kenapa?”

“Kak Tina sibuk.”

“Sibuk? Padahal aku sering loh makan es krim sama Kak Tina di sini,” curhat Mika.

“Makan es krim? Kak Tina sering ke sini? Sendirian?”

“Iya. Katanya lagi nyari anspirasi.” Mika kembali bercerita, membuat Arya terkekeh karena kata yang diucap salah. Inspirasi maksudnya. “Kak Tina sering loh traktir kita makan. Ya kan, Kak Ran?” Kali ini Mika menoleh ke arah temannya.

“Iya. Kak Tina juga sering ngasih kita buku cerita,” ujar bocah yang dipanggil 'Kak Ran' oleh Mika. “Kak Tina bilang Kak Arya lagi sakit, sekarang Kak Arya udah sembuh?”

Arya mengangguk. “Hari ini Kak Tina ke sini?”

Mika menggeleng, beberapa anak-anak yang sudah selesai menghitung uangnya juga melakukan hal sama. “Kak Tina udah jarang ke sini, padahal dia janji mau kasih kita hadiah kalau bukunya udah selesai,” balas Mika.

“Kira-kira kalian ingat nggak terakhir Kak Tina ke sini?”

“Terakhir dua minggu yang lalu, sih,” balas Koko.

“Emangnya kenapa, Kak?” tanya Rani.

Arya tidak membalas, dia hanya menggeleng seraya tersenyum pada bocah-bocah itu. “Kak Arya boleh nanya sesuatu nggak?” Arya menatap bocah-bocah itu satu-satu. “Kalau Kak Arya nyari Kak Tina siapa orang pertama yang harus Kak Arya tanyain?”

“Orang tuanya lah, Kak,” jawab Rani.

“Kenapa Kak Arya nanya gitu? Kak Tina pergi, ya?” Mika bertanya polos, sedangkan Arya sendiri tidak sanggup bercerita pada mereka. Masih terlalu kecil untuk tahu urusan orang dewasa.

“Nggak,” balas Arya. “Cuma tebak-tebakan aja. Berhubung kalian bisa jawab, yuk Kak Arya traktir makan. Kalian mau makan ayam goreng nggak?”

“Mau!”

Bocah-bocah itu menjawab kompak, lalu berlari menuju warung pinggir jalan di sekitar sana. Namun, Arya masih belum beranjak dari duduknya. Pemuda itu tampak berpikir, Arya baru menyadari kalau dia belum pernah bertanya pada Akbar soal Kristina.

Arya lantas mengeluarkan gawai dari sakunya, lalu mengetik sesuatu di sana.

Arya Syahrizal H

Malam, Om.

Om, ada waktu?

Bisa kita ketemu?

Ada yang pengin saya bicarakan.

“Kak Arya! Kok masih bengong di situ! Ayo sini!”

***

BERSAMBUNG

KRISTINA [END]Where stories live. Discover now