CHAPTER 6

36 25 45
                                    

Berulang kali Kristina mengecek gawai dengan harapan ada nomor tidak dikenal mengirim pesan untuknya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Berulang kali Kristina mengecek gawai dengan harapan ada nomor tidak dikenal mengirim pesan untuknya. Bukan sembarang nomor tidak dikenal, tetapi gadis itu sedang menanti pesan dari jodohnya. Ya, siapa lagi kalau bukan pemuda cuek berhati malaikat, Arya.

“Ini punya lo, dan ini punya gue.” Atensi Kristina yang semula menatap layar gawai pun teralih ketika Yunita menaruh makanan di hadapannya. “Selamat makan,” lanjut Yunita seraya menyendok makanan dan memindahkannya ke mulut.

Mengalihkan pandangan ke layar gawai yang menyala. Masih tidak ada notifikasi pesan masuk, yang artinya Arya belum menghubunginya. Lantas, gadis itu menidurkan kepala dengan posisi pipi menyentuh meja. Napasnya berembus pasrah.

“Kenapa lo?” tanya Yunita yang sibuk menyantap makanan lezatnya. “Lo nggak makan?”

“Kak Arya kok nggak nge-chat gue, ya?” Kristina berkata, nadanya seperti orang sekarat. “Masa dia nggak peka, sih?”

“Percuma lo nungguin chat dari si triplek, dia nggak mungkin nge-chat lo,” ledek Yunita alih-alih menghibur. “Kenapa lo nggak chat duluan aja?”

Kenapa Kristina tidak menghubungi Arya duluan? Kalau gadis itu punya nomor telepon Arya, dia sudah pasti menghubungi pemuda itu sejak kemarin. “Kalau gue punya nomornya, gue nggak mungkin nungguin Kak Arya nge-chat.”

“Oh .... Jadi, ini ceritanya lo nggak punya nomornya?” tanya Yunita. “Terus, lo nungguin chat dari Kak Arya ... emang, dia punya nomor lo?”

Kristina mengangguk sekali, lantas mengoceh sembari menarik ulur layar gawai setelah menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan, “Udah gue nggak punya nomornya, IG-nya Kak Arya dipri—”

Suaranya terhenti karena Yunita menepuk pundaknya berkali-kali, tetapi hal tersebut tidak berhasil mengalihkan perhatian Kristina yang terpusat pada gawai. “Na, Na, itu—Kak Arya bukan, sih?”

Secara otomatis kepala Kristina terangkat setelah mendengar Yunita menyebut nama Arya. Dia menoleh ke sosok yang dimaksud. Senyumnya mengembang tatkala mengetahui kalau sosok itu adalah Arya, tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama karena Kristina melihat Arya menepuk pundak gadis yang duduk berhadapan dengannya.

Mata, pipi, hati, dan pikiran Kristina memanas melihat adegan itu secara gamblang sehingga gadis itu memilih kembali menidurkan kepala di meja. Wajahnya tampak menyedihkan setelah menyaksikan cintanya sedang bercengkerama dengan gadis lain.

“Itu tuh cewek yang sering gue—” Yunita tidak menyelesaikan ucapannya begitu mendapati Kristina tidak bersemangat. “Kenapa lo?”

KRISTINA [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant