10. Selesai Acara

2.9K 321 13
                                    

Acara dansa sudah selesai dan yang seperti yang kalian duga Askana banyak sekali menginjak kakinya Nathan, bagaimana tidak dia itu tidak pintar berdansa. Setiap kali akan melakukan gerakan lain dia pasti menginjak kaki Nathan tetapi ntah kenapa Nathan malah tersenyum seperti dia puas?

Askana sedang duduk di luar tepatnya duduk di halaman rumah keluarga Anderson, yang pastinya duduk di kursi.

"Kamu berdansa dengan baik."

Tiba-tiba saja sebuah suara membangunkan lamunannya dan ketika dia melihat siapa itu yang ternyata adalah Nathan, ntah sudah berapa kali dia mengejutkan Askana dengan muncul tiba-tiba.

"Tidak, akulah yang berdansa dengan buruk dan selalu menginjak kaki mu." Askana kemudian melihat kaki Nathan, dia merasa bersalah karena terus menginjak kaki Nathan dia tahu itu pasti sakit kalau di injak.

"Tidak masalah, karena ini pertama kalinya kamu berdansa jadi itu adalah hal yang wajar." Nathan duduk di samping Askana dan dia menatap Askana dengan tatapan penuh arti, sepertinya itu tatapan mata ketertarikan?

"Terima kasih... Aku pikir kamu marah." Askana menghela nafas lega, Askana kira Nathan akan benci padanya karena dia adalah pedansa yang buruk.

"Aku tidak marah, jika kamu mau kamu bisa terus menginjak kakiku." Nathan mencondongkan tubuhnya, wajah Nathan dan wajah Askana saat ini hanya berjarak beberapa inci yang membuat Askana bisa merasakan nafas hangatnya.

"K-kenapa aku harus terus menginjak kakimu?" Askana sedikit memundurkan tubuhnya untuk menjaga jarak dengan Nathan.

"Aku rela di injak-injak olehmu jika kamu mau injak-injak aku." Ucapan Nathan tampak aneh, kenapa dirinya rela di injak-injak oleh Askana?

"Ah... Itu tidak perlu..." Askana tertawa canggung, dia menatap langit malam yang indah sebelum kembali menatap Nathan yang masih menatap dirinya.

"Kamu akan pulang?" Tanya Nathan, senyuman masih ada di wajahnya tetapi tatapan matanya mengatakan dia tidak ingin Askana pergi.

"Ah... Iya, aku akan pulang." Jawab Askana, dia menatap Nathan dengan tatapan polosnya.

Nathan memalingkan pandangannya ke arah langit malam yang indah, senyumannya pudar jelas dia merasa sedih dan kecewa dengan jawaban yang di ucapkan Askana.

"Apa kamu tidak ingin lebih lama di sini?" Nathan memegang tangan Askana dan mengusapnya dengan lembut.

"Aku—"

"Askana!"

Sebelum menyelesaikan ucapannya tiba-tiba saja seseorang memanggil dirinya dari kejauhan, terlihat Zydan dan Alex sedang berlari menuju arahnya tetapi tatapan mereka tampak kesal.

"Kakak?"

Zydan dengan cepat menggendong Askana ke dalam pelukannya berniat menjauhkan Askana dari Nathan.

"Askana, Ayah sama Ibu sudah menunggu di mobil jadi ayo kita pulang." Ucap Alex, dia menatap Askana dengan tatapan dan senyuman yang lembut tetapi ketika dia menatap Nathan tatapannya berubah menjadi tatapan benci.

"Ah? Baiklah."

Askana kemudian menatap Nathan, dia menatap Nathan dengan senyuman yang lebar, "Sampai jumpa, Kak Nathan!"

Nathan tersenyum cerah melihat Askana yang menatapnya dengan senyumannya yang imut itu, Sampai jumpa, Askana.

Setelah itu mereka bertiga beranjak pergi dari sana dengan Zydan dan Alex yang tidak mengucapkan selamat tinggal kepada Nathan, tetapi sepertinya Nathan juga tidak peduli dengan hal itu malahan dia terus-menerus tersenyum.

"Kenapa Kak Zydan dan Kak Alex tidak mengucapkan selamat tinggal kepada Nathan?"

"Itu tidak perlu."

"Benar, itu tidak perlu."

Askana menatap heran kedua kakaknya itu, mengapa mereka seperti itu kepada anak tuan rumah yang punya acara?

Sementara itu dari kejauhan terlihat seseorang yang sedari awal menatap mereka terutama saat Nathan mendekati Askana, orang itu terus diam di sana dengan tangannya di silang di dada.

"Aku mengerti kenapa kamu meminta ku untuk mengadakan dansa di pesta, tetapi firasatku mengatakan bahwa kamu punya banyak saingan, anak ku."

Benar, orang itu adalah Mateo ayahnya Nathan.

Mateo terus mengikuti Nathan yang ntah mau pergi kemana, karena dia khawatir pada anak kesayangannya ini dia mengikutinya sampai keluar menuju halaman rumah tetapi siapa sangka anaknya itu pergi untuk menemui Askana sampai-sampai dia melihat anaknya itu memegang tangan sang putra kecil keluarga Devildra.

ᖫ⭑⭑⭑⭑ᖭ

Ruangan yang elegan dengan perabotan yang tersusun rapi dengan satu orang dewasa dan satu seorang anak kecil di dalam ruangan tersebut, saat ini mereka belum memulai pembicaraan mereka. Orang dewasa itu menatap anak kecil itu dengan tatapan yang serius.

Tidak lain lagi mereka adalah Mateo dan Nathan.

Berdehem, "Nathan, kamu memintaku untuk mengadakan acara dansa dadakan di pesta ulang tahunku dan dirimu bilang akan berdansa dengan menantuku di masa depan. Apa yang kamu maksud itu Askana putra kecil dari keluarga Devildra?"

"Benar, ayah. Askana terlihat sangat imut, kan?" Ucap Nathan dengan santainya sembari menyesap teh.

"Kudengar dia belum lama bangun dari komanya karena dia tidak sengaja jatuh ke dalam kolam yang ada di sekolah." Mateo bersandar di sofa dan menyilangkan kakinya.

"Aku juga dengar dari si kembar itu dan katanya dia juga mengalami amnesia, tapi syukurlah perlahan pulih." Nathan tersenyum tipis.

"Ayah terserah padamu ingin memiliki istri seperti apa, ayah hanya mengikuti keinginan mu." Ucap Mateo dengan acuh tak acuh.

"Kalau begitu aku ingin Askana menjadi istriku dan dia akan menjadi menantu mu."

"Terserah."

To Be Continued

ARKANA: New Life in the NovelWhere stories live. Discover now