MENGAJAR ANAK JALANAN

2.9K 269 55
                                    

"Gue baru menyadari satu hal, ternyata peran keluarga di masa Dewasa itu penting banget, tapi gue sadar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gue baru menyadari satu hal, ternyata peran keluarga di masa Dewasa itu penting banget, tapi gue sadar. Takdir enggak memihak, gue harus lewatin Sendirian tanpa adanya dukungan dan kasih sayang, sial."----Januarta Dirgantara.

☁️☁️☁️

         Sinar Matahari mulai tenggelam di permukaan Bumi, warna jingganya perlahan-lahan berubah menjadi gelap dan di ganti ribuan bintang bersinar di atas langit. Jalanan di kota Bandung tampak macet karena orang-orang baru saja pulang dari berkerja. Setiap Januarta keluar rumah dia sering mengamati lingkungannya, terlihat seorang ayah yang mencari nafkah dengan berkerja serabutan tanpa peduli se-lelah apapun dirinya, para ibu yang mencoba menjadi tulang punggung keluarga untuk anak-anaknya.

Para anak-anak jalanan yang putus sekolah karena masalah ekonomi, dan masih banyak lagi. Mengapa Dunia sekejam ini bagi mereka yang tidak mampu? Harus capek dulu baru bisa makan tanpa peduli sehancur apa tubuh mereka karena kelelahan.

Januarta memberhentikan motor Supra miliknya di pinggir jalan, laki-laki ber-hoodie hitam itu mulai turun dari atas motor dan berjalan membawa plastik berisi makanan serta alat tulis.

Setibanya di bawah jembatan dia di sambut hangat oleh ke sepuluh anak-anak yang tengah memisahkan botol plastik dan kertas dari dalam karung. "Kakak!” seru mereka semua berlari ke pelukan Januarta, cowok bertubuh jangkung itu membalas pelukan mereka.

Disinilah tempat yang selalu dikunjungi Januarta setiap hari Jumat, walaupun sering mendengar deruman kendaraan dari atas jembatan tak membuat Januarta berhenti untuk mengajari mereka agar bisa membaca dan berhitung."Kalian semua apa kabar? kangen kakak enggak?"

"Kangen. Kak Arta apa kabar?" tanya mereka melepaskan pelukannya.

"Kak Arta baik. Kalian semua udah pada makan belum?"

"Belum kak!"

"Kalau belum hari ini kakak bawa ayam geprek buat kalian dan alat tulis baru." ucap Januarta mengangkat kantong plastik tersebut.

Senyum kebahagiaan tercetak jelas di wajah anak-anak itu, perut mereka sedari tadi terasa pedih karena belum makan, sebab uang  tidak mencukupi untuk membeli sebungkus nasi. Menahan rasa lapar sudah menjadi kebiasaan, bahkan bukan hal pertama kali bagi mereka. "Yey! Akhirnya kita makan enak."

"Kita punya alat tulis baru, aku enggak sabar belajar kak."

"Kakak terima kasih banyak."

"Kak Arta emang yang terbaik."

Sederhana bukan? Tapi mampu membuat seseorang bahagia. Januarta kemudian menyuruh mereka semua untuk duduk rapi dan mulai membagikan nasi kotak di bantu oleh Tegar.

"Ayo kak, kita makan." Ajak mereka secara bersamaan di balas gelengan kepala.

“Kakak udah makan tadi,” balas Januarta tidak tega melihat anak sekecil mereka harus berkelahi dengan waktu, Seharusnya waktu mereka di habiskan bermain dan menikmati masa kecil, bukan malah memikirkan besok mau makan apa?

SEMICOLON [ Segera Terbit ]Where stories live. Discover now