"..., tidak." Saat dia menangkup kedua sisi wajahku, dan mengarahkan mataku agar menatapnya, saat itu juga setitik air kembali meluncur bebas dari sudut mata kananku. Bukan takut lagi, tapi menyesal karena telah membohongi pacarku. "Bisakah kita pindah dari sini?"

Kulihat, dia mengangguk pasti.

***

Sepertinya aku mengambil keputusan yang salah.

Aku memang bisa menghindar dari Park Ji-young, namun harga yang harus kubayar justru hilangnya waktuku dengan Han Seungri. Aku melupakan alasan kenapa Han Seungri tinggal di apartemen—untuk mempersingkat waktu pergi bekerja. Sedangkan jika dia tinggal di rumahnya, otomatis jaraknya ke kantor jadi lebih jauh.

3 hari tinggal di sini, kami jadi tidak memiliki waktu mengobrol sebanyak sebelumnya. Dia jadi berangkat lebih pagi, bahkan saat aku belum terbangun. Dan pulang sedikit lebih malam. Di hari pertama kami tinggal aku betulan tidak mengobrol karena ketiduran saat menunggunya. Namun untuk dua hari kemarin kami bisa mengobrol walau hanya sebentar, karena lagi-lagi aku ketiduran saat menunggunya yang sedang mandi.

Dan menemukan Han Seungri masih tertidur lelap di sampingku pagi ini, entah kenapa aku merasa bersalah. Aku menyesal sudah egois kemarin, sampai membuatnya mendapat lingkaran hitam di bawah matanya. Dia jelas kurang istirahat.

Kuusapkan jemariku di sana, tercekat saat yang kulakukan itu ternyata mengganggu tidur Han Seungri. Dia terbangun.

"Selamat pagi."

"Mhm, selamat pagi." Dia mengusap wajahnya, aku jadi merasa bersalah.

"Maaf, aku mengganggu tidurmu ya?"

"Tidak. Sekarang jam berapa?"

"Setengah tujuh." Melihatnya yang sudah menukar posisi jadi duduk, aku lekas bangkit. "Aku mandi lebih dulu, aku harus membantu Mama."

"Mhm."

Aku mandi hanya sekitar 20 menit. Tapi yang kutemukan begitu keluar dari kamar mandi Han Seungri justru kembali terlelap, mana posisinya meringkuk seperti bayi. Kenapa pacarku sangat menggemaskan?

Ingin aku bangunkan agar ia siap-siap karena kami akan ke gereja jam 8 nanti, tapi aku tidak tega. Jadilah aku berlalu saja, berikan dia istirahat sebentar lagi, toh dia termasuk orang yang cepat dalam bersiap.

"Han Seungri di mana?"

Wajahku yang semula tertunduk menatap kaki seketika mendongak, menemukan sosok Mama Han yang terlihat anggun. "Masih tidur."

Mama Han justru tertawa mendengar balasanku. "Anak itu, biarkan saja, sebentar lagi juga pasti bangun karena tidak menemukanmu."

Bagaimana? Astaga jangan membuatku salah tingkah pagi-pagi!

"Mama, aku ingin membantu. Apa yang harus kukerjakan?"

"Aish, tidak usah. Semua sudah selesai. Lagipula kau sudah banyak membantu kemarin-kemarin. Duduk saja."

Penolakannya membuatku merengut. "Bosan, benar tidak ada yang harus kukerjakan?"

"Tidak ada, Tari sayang."

Pada akhirnya, setelah mengembuskan napas kasar, aku melangkah gontai menuju ruang tengah. Han Seungri masih tidur dan aku tidak punya pekerjaan, sungguh membosankan. Aku harus apa sebelum pergi ke gereja satu jam lagi?

Sebelum dilanda bosan, aku memilih memainkan ponsel. Akhir-akhir ini aku jarang bermain ponsel. Dan baru kuingat aku belum mengucapkan natal pada keluargaku. Segera saja kuhubungkan video call pada nomor Papa.

Cupcakes | JisungWhere stories live. Discover now