bab 13. power limitations

10 3 2
                                    

"Duke!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Duke!"

Langkah kaki dari seorang wanita yang berjalan dengan capet di belakang Kai. Panggilan demi panggilan terus terdengar namun semua diacuhkan oleh Kai.

Isabella berhenti sejenak, perut yang mulai terlihat membesar membuat daya gerak tubuhnya tak bebas. Malaikat kecil telah dititipkan sang dewi padanya, tentu ia harus menjaga dengan baik di kehamilan pertamanya.

Merasa tak bisa mengejar sang duke kembali, isabella terdiam sejenak. Ia bersandar pada dinding lorong melihat bagaimana cepatnya sang duke berjalan.

"Hah... dia masih belum luluh bahkan saat aku sedang mengandung.."

Mulai merasa lelah, isabella duduk disalah satu sofa yang memang selalu ada di setiap lorong. Menarik nafas dan menghembuskan dengan pelan adalah cara yang pas untuk menenangkan diri.

Isabel sangat lelah, semua sikap yang diberikan Kai membuatnya muak, sangat muak. Ia sudah lelah, lelah dengan segala apa yang ada di negara ini. Negara jauh dari tempat kelahirannya, perbedaan budaya dan perasaan tidak nyaman setiap ia tidur.

Terlalu lama duduk, Isabel berdiri perlahan ia akan masuk kedalam kamarnya. Beristirahat dan menenagkan diri.

Melewati taman dan melihat seseorang yang sedang menatap pohon besar di tengah tengah taman. Ia telihat termenung dibawah rimbunan pohon menutupi sinar matahari.

Merasa ada yang memperhatikan, ia berbalik dan menatap lembut pada sosok wanita yang sedang mengelus perutnya tiba tiba.

"Yang mulia dukeness."

Isabel terperenjat, ia menatap sosok wanita tersebut dan berjalan mendekat. "Aku tak pernah melihatmu. Dari nada suaramu, apa kau dari kerajaan Arion?" Tanya Isabel seraya mendekat.

Sang gadis menunduk pelan, melihat perut isabel yang membuncit. "Benar, yang mulia. Saya dari kerajaan Arion. Sepertinya duke akan segera memiliki penerus.."

Isabel mengelus perutnya, ia tersenyum getir dan menatap kearah perutnya.

Melihat hal yabg berbeda, sang wanita hanya tersenyum. "Dia akan jadi pria yang kuat, pria paling pemberani dan tak pernah ada ketakutan di dalam matanya. Seorang pedang bagi kerajaannya." Ucap sang wanita seraya mengelus perut Isabel.

"Terima kasih atas doanya. Aku belum mengenalmu, siapa dirimu?"

Sang wanita hanya tersenyum. "Saya hanya seorang yang di utus, saya tak akan lama disini yang mulia..."

"Yang mulia, anda mendapat surat dari kerajaan Arion."  Seorang pelayan datang dengan menunduk. Mendengar surat tiba tiba dari kerajaan asalnya, Isabel segara saja beranjak pergi.

Terlihat mata yang sinis menatap kearah wanita dengan pakaian serba putih itu. Sang oelayan tentu beranjak pergi, mengikuti sang dukeness.

Rambut putih panjang Lucia begitu indah jika terkena cahaya sinar matahari, ia berjalan pergi menemui seseorang untuk menyelesaikan masalahnya.

FairytaleWhere stories live. Discover now