13. Who Are You, Bianca?

4 2 0
                                    

Halo selamat malam!!
Apa kabar kalian semua??
Maaf karena baru kembali update, saking sibuknya dengan RL sampai lupa bahwa ada cerita yang belum sampai pada endingnya.

Saya harap kalian memaklumi kesibukan(sok sibuk sih sebenernya) si pelajar kelas 11 yang di semester dua ini banyak kegiatannya.

Dan terima kasih sudah setia menunggu kelanjutan dari cerita Antara Cinta dan Pendidikan ini. Terima kasih dan selamat membaca!!!!

***

“Apa yang sedang lo sembunyiin dari dunia, Bianca Dirgantara?” –Bara Argantha.

 ***

RUANG TENGAH keluarga Argantha kini diselimuti hening.

Usai tangisnya mereda tadi, Bianca membisu, tak mempedulikan tatapan intimidasi Saga yang duduk di samping kirinya atau Bara yang duduk lesehan di dekatnya. Tatapan kosong perempuan itu tertuju ke ujung jemari kakinya yang bergerak menghilangkan rasa gugup, dia bahkan mengabaikan suara tawa mami dan adiknya dari arah dapur.

Sebelumnya, Bianca sempat bertanya mengapa adiknya ada di sini yang langsung dibalas oleh Bevaro. Laki-laki itu menjelaskan dari dia yang tak sengaja bertemu dengan Saga di gerbang sekolah saat tengah menunggu jemputan ayah Nami, dan diajak ikut bersamanya ke rumah ini dengan alasan Mami mengajak makan malam bersama. Selain itu, Saga turut menjelaskan karena dia dan mami pun sangat merindukan Bevaro.

Sekarang anak itu ada di dapur bersama mami, tengah bercanda ria sambil membantu memasak sesekali. Meski Mami sudah melarang tapi Bevaro tetap bersikeras ingin membantu. Bahkan dengan santainya dia meninggalkan kakak perempuan satu-satunya di ruang tengah bersama dua laki-laki yang menuntut minta penjelasan.

So?

Saga menaikkan sebelah alisnya, menatap Bianca masih dengan pandangan datar.

Bianca sedikit meringis melihat tatapan itu. “Bian nggak masuk sekolah udah empat hari karena sa—”

“Mana ada orang sakit keluyuran keluar rumah, bahkan sampai baku hantam sama anak geng motor?” Tubuh perempuan itu menegang, matanya membelalak ke arah di mana laki-laki yang tadi berbicara duduk. “Dia anggota HAEROS, geng motor yang sering main kucing-kucingan sama polisi.” Bara menjelaskan tanpa Bianca minta.

Saga yang sejak tadi diam lantas beranjak kemudian bersimpuh di depan Bianca. Dia menatap wajah perempuan Dirgantara itu lamat-lamat, lalu menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinga dan mengusap pipi kiri Bianca dengan lembut. “Boleh liat lukanya?”

Tatapan teduh yang terpancar dari mata Saga itu membuat Bianca terpaku. Bianca merindukannya. Tatapan itu mengingatkannya pada seseorang dua tahun lalu, seseorang yang sangat dia rindukan, seseorang yang raganya ingin sekali dia peluk dengan erat agar tak pergi meninggalkannya.

“K-Kak ....”

Perempuan itu melirih, tanpa disadari permata bening mulai meluruh dari matanya tanpa dia kehendaki. “Bi-Bian rindu di-dia.”

Saga tersenyum kecil mendengar lirihan itu, dari mulutnya tak ada satu kata yang terlontar untuk diucapkan. Dia hanya diam untuk menenangkan perempuan itu, tak ada lagi kata penenang seperti yang tadi dia lakukan pada Bianca, situasi ini berbeda dari sebelumnya. Luka itu sama-sama menyayat hati seorang Saga Argantha, luka Bianca Dirgantara yang satu ini bisa dia sentuh, bisa dia rasakan. Bukan enggan lagi mengucapkan kalimat-kalimat yang menenangkan hati, sebab ....

... Saga juga membutuhkannya.

Kepala laki-laki itu sedikit menoleh ke belakang. “Ambilin kain, kotak P3K, sama baskom, isi pake air hangat!” titahnya yang langsung Bara turuti tanpa adanya adu mulut seperti biasa.

Antara Cinta dan Pendidikan [On Going]Where stories live. Discover now