01. Kutub Utara dan Kutub Selatan

27 2 0
                                    

Happy reading❤️❤️❤️

Kita seperti es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Terlihat sama di mata orang-orang. Namun jika diperhatikan lebih jeli lagi, sebenarnya itu berbeda.

***

“DARI mana saja kamu?!”

Bianca yang baru saja masuk langsung memutar kedua bola matanya malas mendengar pertanyaan dari Papa. “Sekolah, kenapa?” jawab perempuan itu seadanya.

“Jawab dengan jujur Bianca!” bentak Papa beranjak dari duduknya. “Sudah Papa bilang berkali-kali, jangan pulang terlambat dan gunakan waktumu untuk bela—”

“Kenapa sih, Pa? Memangnya kalo Bian nggak belajar satu hari, besoknya perusahaan Papa bakal bangkrut gitu?! Nggak kan?!” Suara Bianca meninggi dan terselip nada lelah di dalamnya.

“Nurut sama Papa atau kamu—”

“Pa, Bian cuma butuh waktu buat Bian sendiri. Bian nggak bisa selamanya belajar, belajar, dan belajar!”

“BERANI MELAWAN KAMU?!!”

Bianca terdiam, mulutnya sudah mengembuskan napas lelah berkali-kali. Tanpa berucap sepatah kata apa-apa lagi dia, berjalan kembali menuju motor sport berwarna merah-hitam yang terparkir sempurna di pelataran rumah. Perempuan itu segera memakai helm full face tanpa mengindahkan panggilan menggelegar sang papa. Suara panggilan papanya tenggelam, terkalahkan oleh suara deru motor yang sudah siap melesat pergi. Namun, sesuatu menghalanginya di depan gerbang, membuat Bianca membuka kaca helmnya kasar. “Lo ngapain di sini?”

“Kenapa? Orang gue mau ke rumah Atlan, salah?”

Bianca mendelik kasar. “Rese lo!”

“Gue nggak ada salah, kenapa lo malah ngamuk nggak jelas?” sewot Bara pada Bianca.

“Lo ngapain masih di sini? Sana pergi!” usir Bianca dongkol.

“Nggak mau! Lo musuh gue, jadi—”

“Oh iya, gue lupa kalo kita itu musuh. Dulu, pernah ada yang bilang sama gue, kalo sekalinya musuh tetaplah musuh, right?”

DEGGGG!!!!

***

“Kemarin sebelum ke rumah gue, lo ribut ya, sama Aca? Ada masalah apa?”

Hening menghampiri suasana di belakang mushola SMANDA. Membolos di jam terakhir mata pelajaran sudah menjadi hobi The Tamvan; Bara, Atlanta, Cakra, dan Marcho. Keempat laki-laki itu duduk lesehan di permukaan semen dengan sela jari telunjuk dan jari tengah mengapit satu batang rokok kecuali Cakra yang lebih memilih menggunakan vape ( rokok eleltrik ).

“Ngomong sama siapa, Lan?” tanya Marcho disusul asap rokok yang keluar dari mulutnya.

Asap putih mengepul di udara keluar dari mulut seorang Atlanta Laskar Atmadjaya, dagunya terangkat menunjuk Bara yang tengah merokok di dekatnya. Sedikit tentang Atlanta, dia adalah anak tunggal keluarga Atmadjaya yang dikenal soft dan humble. Tetangga Bianca Dirgantara itu memiliki banyak penggemar, entah itu di SMANDA atau di sekolah tetangga—SMANSA. Tanpa ada yang tahu, Atlanta sebenarnya memiliki band bernama SAJAK yang beranggotakan Samudera Biru, Altezza Gibran Anantha, Jeka Tengara Darmawangsa, Atlanta Laskar Atmadjaya—dirinya sendiri, dan terakhir Kaleandra Prasetya.

Atlanta bersama teman-teman band-nya sering menghabiskan waktu luang untuk manggung di kafe milik sepupu Kale di sekitaran alun-alun Bandung. Tak jarang mereka mendapat panggilan dari kafe-kafe lain untuk menghibur para pengunjung dengan lagu-lagu yang mereka bawa. Bahkan Samudera dengan percaya diri berkata bahwa mereka tengah melakukan kafe tour di Bandung dan sedang melakukan Meet and Great bersama penggemar. Meski tahu itu adalah candaan, tapi Atlanta berharap jika kata kafe tour yang dimaksud Samudera, akan berubah menjadi world tour suatu saat nanti.

Antara Cinta dan Pendidikan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang