BAB 18

32 2 0
                                    

Hayyan membawa Haura singgah untuk makan tengahari di sebuah cafe yang menghadap laut di Kota itu. Sementara menunggu hidangan mereka sampai, Hayyan berdehem untuk menarik perhatian gadis yang terpesona oleh pemandangan indah yang terbentang di depan mereka.

 Sementara menunggu hidangan mereka sampai, Hayyan berdehem untuk menarik perhatian gadis yang terpesona oleh pemandangan indah yang terbentang di depan mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ehem," menarik perhatian Haura untuk berbicara dengannya.

Hayyan merasa perlu untuk memulai percakapan dan mengungkapkan perasaannya kepada gadis itu. Dengan suasana indah di tepi laut, dia berharap dapat menciptakan kesempatan untuk berbagi bersama.

Mata Haura terus berpindah dari keindahan laut ke raut wajah Hayyan, penasaran dengan apa yang akan dikatakannya. Detik demi detik terasa panjang, seperti menunggu di ambang kesadaran baru di mana kata-kata yang akan diucapkan mungkin akan mengubah segalanya.

Dengan hati berdebar, Hayyan mencari kata-kata yang tepat untuk menyampaikan isi hatinya, berharap Haura akan merespons dengan baik.

"Saya ada sesuatu nak cakap dengan awak," ujarnya dengan suara yang sedikit gemetar namun penuh dengan kejujuran dan ketulusan. Wajahnya mencerminkan campuran antara kegelisahan dan keberanian.

'Fuhh, nak tamatkan latihan komander tak berdebar sampai macam ni sangat,' sempat Hayyan mengutuk diri sendiri, mencoba untuk meredakan kegugupannya dengan sedikit humor.

"Apa dia?" Haura menjawab dengan rasa ingin tahu yang jelas terpancar dari matanya, menunggu dengan antisipasi akan kata-kata selanjutnya yang akan diucapkan oleh Hayyan. Suaranya tenang, tetapi ada getaran kecil yang terdengar, menunjukkan ketertarikan dan keingintahuannya terhadap apa yang ingin disampaikan oleh Hayyan.

Suasana tenang dan sejuk angin laut menyelusuri wajah mereka, menciptakan momen yang sempurna untuk berbagi cerita dan kenangan.

"Saya sukakan awak. Maksud saya, saya cintaikan awak lillahi ta'ala," tanpa selindung, Hayyan menyatakan perasaannya dengan tulus. Kata-katanya keluar dengan kepastian dan ketegasan seolah-olah dia meluncurkan serangan dengan presisi seorang sniper dalam misi.

Haura tidak sempat memproses ucapan dari lelaki dihadapannya itu, hanya terkebil-kebil, pandangan ikhlas dari Hayyan dibalas sebelum dia mengeluh lembut.

"Maaf,  saya tak ada perasaan dengan awak, sikit pun tak ada." Lembut nada suaranya dalam menjawab, tetapi dalam masa yang sama, getaran sakit akan jawapan yang diberikan terasa jelas, seolah-olah menindak perasaan sebenarnya.

Hayyan mengangguk kepala, wajahnya dipalingkan menghadap laut. Sakit di hatinya terasa begitu dalam, tetapi dia tetap melepaskan senyuman manis ke arah Haura, cuba menutup rasa sakit yang membelenggu dirinya pada saat itu. Meskipun terasa hampa dan kecewa, dia mencoba untuk menghadapinya dengan sikap yang tabah terhadap kejujuran Haura.

"Faham, tapi saya tak minta jawapan awak sekarang. Saya beri awak tempoh untuk awak beri jawapan semula nanti," ujar Hayyan dengan penuh pengertian, meminta Haura untuk berfikir dengan tenang sebelum memberikan jawapan kepadanya. Dalam kata-katanya itu, terpancar kesabaran terhadap keputusan yang mungkin akan diambil oleh Haura nanti.

SAAT BAHAGIA✨ | OGWhere stories live. Discover now