BAB 15

42 2 0
                                    

Suasana meriah di Tadika Permata Kemas menyambut kegembiraan yang tak terlupakan setiap kali waktu pulang tiba.

Kanak-kanak pulang dengan semangat membara, menceritakan kisah-kisah kecil mereka dengan penuh semangat kepada ibu bapa yang tersenyum lebar di luar pintu. Suara tawa dan guruh kecil dari percakapan anak-anak menjadi lagu keceriaan yang mengiringi setiap langkah mereka pulang, menciptakan kenangan indah di setiap sudut tadika.

Sementara itu, Haura dan Kak Sal menemani segelintir murid yang masih menunggu kedatangan ibu mereka. Suasana taman permainan dipenuhi dengan keindahan teratai warna-warni yang berdesir dengan lembut, mengiringi langkah mereka dengan penuh kasih sayang.

"Mummy Haura, jom main dengan Isya dekat situ," ujar Isya sambil lembut meraih tangan Haura. Haura tersenyum dan mengikuti langkah kecil itu menuju taman.

Isya melepaskan lembut genggamannya dari tangan Haura, terpesona oleh pemandangan yang memikat di dekatnya. Matanya terpaku pada kucing yang tidur dengan tenang di tepi pasu bunga, sedangkan angin lembut membelai bulu halus hewan itu. Sementara itu, Haura mengikuti pandangan anak kecil itu dengan senyuman lembut.

"Isya," serunya dengan langkah lembut, mendekati gadis kecil itu yang tengah asyik mengelus lembut bulu kucing. Haura menatapnya penuh kelembutan sebelum bertanya, "Boleh Mummy Haura tanya sesuatu?"

Anak kecil itu melihat Haura sambil mengangguk pelan. "Mummy Haura nak tanya apa tu?" Tangan Isya masih sibuk mengusap bulu kucing yang lembut.

Haura duduk di kerusi kosong di taman, matanya memandang kejauhan sebelum akhirnya bertanya, "Uncle Zaf dah sihat?" Pertanyaan itu terus menghantui benaknya sejak semalam, kekhawatiran yang tumbuh seiring waktu, terutama setelah lelaki itu menyelamatkannya tiga hari yang lalu.

"Daddy Zaf ke Mummy?"

"Ya, betul," desis Haura, merasa janggal dengan gelaran 'Daddy Mummy' yang diberikan kepada Hayyan dan dirinya.

Isya berdiri dan meminta izin untuk duduk di pangkuan Haura. Tanpa ragu, Haura mengangkat dan dengan penuh kelembutan, menempatkan anak kecil itu di pangkuannya.

"Daddy Zaf dah okay, Mummy. Kesian Isya tengok Daddy Zaf," ucapnya sambil merengkuh jari-jari Haura yang memeluk dirinya dari belakang.

Haura mendengar itu dan terdiam sejenak, matanya mencerminkan kekhawatiran. Meskipun ia merasa risau, di dalam hatinya terbersit keengganan untuk terlibat lebih jauh dengan lelaki itu. Bayangan kata-kata perempuan bernama Nina masih segar dalam ingatannya, menjadi penghalang yang membuatnya ragu.

"Aku tak suka kau rapat dengan Zafran," terdengar ugutan Nina masih menghantui pikirannya.

"Mama," jeritan Isya, diikuti dengan tubuhnya yang turun dari pangkuan, mengejutkan Haura dari dunia lamunannya.

Dengan langkah terkedek-kedek, anak kecil itu berlari menuju ke arah Farra yang tersenyum penuh kelembutan, sambil mendekap anaknya yang melingkari kakinya.

Haura tersenyum kecil dan melangkah ke arah ibu dan anak itu.

"Kak Farra," sapa Haura dengan lembut.

Haura tidak menggunakan panggilan 'Puan Farra', sebab perempuan itu sendiri yang mengarahkannya untuk memanggilnya dengan gelaran kakak.

"Haura," seru Farra dengan senyuman, memanggil gadis itu dengan penuh kehangatan.

"Haura okey?" tanya Farra tiba-tiba, membuat Haura merasa terkejut dengan pertanyaan mendadak itu.

'Err, Kak Farra tahu ke apa yang terjadi,' gumam Haura dalam hati, sementara tangannya meremas-remas sesama sendiri, penuh kekhawatiran dan ketakutan akan pandangan perempuan itu terhadapnya, terutama karena telah menyebabkan kecederaan pada adik lelakinya.

SAAT BAHAGIA✨ | OGWhere stories live. Discover now