"Kak Vaniiii.... huhuhu kemana aja kakak sayang?" Nina langsung memeluk Vania dengan erat.

"Tau nih ngilang dua minggu, gak ada kabar. Gak tau apa laki lo udah segila apa? Bapak mertua lo juga panik pas tau lo minggat." Sahut Ravi menatap sahabatnya kini malah terkekeh.

"Hehehehe adalah..." balas Vania sekenanya.

"Ardhan ikut?"

Vania mengangguk "Ada di bawa sama Naren sama Idan. Sambil ngasuh bocil-bocil juga. Kalian kenapa gak keluar? Tamu-tamu udah mulai datang loh."

"Nih laki nya si Nina lagi ribet soal baju."

"Hahaha masih soal baju? Ya ampun gue kira lo udah mulai kendor, Pi."

"Gak bisa kalau urusan nya sama aset hidup gue, Pan."

"Lo habis ini balik ke rumah kan kak? Kita mau tetanggaan lho."

"Hahaha kayaknya balik lagi ke persembunyian, Ndra. Jatah cuti gue masih 3 minggu lagi soalnya."

"Sorry, terus lo sama Bian gimana?" Tanya Ravi yang langsung mendapatkan cubitan maut dari istrinya.

"Gak tau deh. Gue masih berusaha supaya berpikir jernih."

"Gue denger-denger Bang Bian ribut gede sama nyokap nya tau kak. Kayaknya gara-gara kejadian lo di labrak sama Tante Pany tempo hari deh. Terus kalau kalian ketemu sekarang gapapa?"

"Ya gapapa lah... hadapi aja."

"Lo yakin?"

"Yakin. Kita tuh emang butuh space. Karena dari awal masalah ini muncul kita sama-sama gedein ego masing-masing. Susah nemu jalan keluar nya."

"Tapi lo gak akan milih pisah kan?"

"Kalau itu gak tau deh, Ndra. Hahaha. Ih kok kalian muka nya gitu sih? Gue gak papa kok serius. Liat muka gue gak ada sedih-sedih nya kaan?" Seru Vania dengan nada ceria yang dibuat-buat.

"Jangan sok kuat deh lo! Gue tau lo sedih. Lo napa milih minggat sih Pan? Kita semua khawatir lo sama Ardhan minggat. Mana gak bisa di hubungi sama sekali. Laki lo mewek noh."

"Iya kak kita semua khawatir sama kakak. Kakak juga gak ada pamit sama kita."

"Yang namanya minggat ya tanpa pamit, oneng. Konsep nya kan begitu. Kalau pamit ya mau holiday." Sahut Danindra.

"Sembarangan lo bilang bini gue oneng. Gelut ajalah kita."

"Yaelah bercanda gue bang ah. Sewot mulu dih sama gue."

"Minta maaf sama bini gue."

"Ck. Iya iya. Maapin gue ya ipar. Gue gak sengaja. Reflek aja reflek." Danindra berusaha tersenyum semanis mungkin kepada iparnya yang malah tertawa geli.

"Hahaha santai sih Ndra. Mas Ravi nih yang suka lebay."

"Mas gak suka istri mas di katain oneng sama titisan lumba-lumba."

"Mas mas apa yang ngeselin?"

"So sudden amat, Ndra?" Tanya Vania geli.

"Ya tinggal jawab aja."

"Apa?"

"Nyerah."

"Mas-alah buat loh!!!" Tunjuk Danindra tepat di wajah Ravi.

"Anjing ya lo! Mau nikah masih aja ngajak gue gelut terus! Minimal kayak si Aji kek, sama abang nya patuh. Lo sengak banget sama gue. Gue kutuk jadi lo jadi paku biar gue pukul pake palu segede megalodon. Mampus."

"Udah woy! Ini lo mau akad, Ndra. Lo gak degdegan apa? Dulu si Rapi, Idan sama Naren aja sebelum akad gugup banget. Bisa-bisa malah ngebodor gini sih.."

Pengabdi Istri (The Series)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα