BAB 8 NEW PRICE SMA BAKTI BUANA

23 13 2
                                    

Happy Reading
°°°


"Duh, sebel banget sama makluk yang suka lupa ingatan." Kesal Aneska.
Aneska tengah menunggu seseorang di sebuah taman kota. Sudah dua puluh menit ia menunggu. Ia yang bosan itu mendengarkan lagu yang ia putar setiap hari dengan mengunakan Aerphone.

~Bukan Cinta Biasa (Afgan). Menikmati setiap alunan nadanya. Entah, mengapa lagu itu menjadi lagu Favoritnya. Liriknya begitu mendalam untuk Aneska.

    Memandangi indahnya bunga yang ada di taman. Melihat orang yang tengah menikmati masa muda dengan pasangan berlalu lalang. Setiap weekend memang banyak orang yang tengah menikmati harinya healing ke taman kota.

   Hari Minggu ini ia seharusnya diajak Varen untuk healing, karena Aneska sangat gabut di rumah saja ia menyetujui ajakan Varen. Namun, kecewa rasanya Aneska, Varen melupakannya.

     Orang Tua Aneska juga selalu bekerja dan itu lebih baik daripada setiap hari di rumah karena setiap hari juga ia akan dimarahi. Aneska tak pernah benar di mata orang tuanya.

“lama banget si pak beruang kutup.” Kesal Aneska dan ingin pulang karena, cuaca siang, panasnya seperti membakar kulit.

Brak!
Suara seorang jatuh berada di depan mata Aneska. Ia sontak langsung kaget. Aneska mendekat untuk menolong. Memanggil-manggil orang yang tengah pingsan itu namun, tak bangun.

“Aduh mati nga nih ?”

Aneska pun membantu mendudukannya di samping pohon Karena, ia tidak kuat jika mendudukan di bangku taman.  badannya terlalu kecil sedangkan, laki-laki itu badannya lebih besar darinya. Aneska menyipratkan air yang ia temukan di bawah pohon ke wajah laki-laki membuat laki-laki itu mengerjabkan matanya, terbangun.

“etdahhh.” Kaget laki-laki itu melihat Aneska dan memegang kepalanya yang pusing akibat panas matahari yang menyengat di siang itu, kemungkinan ia kurang minum membuat ia melemas dan terjatuh.

"Dah bangun ?" Aneska mengechek dengan melambaikan tangan didepan mata laki-laki itu.

"Gue dimana ?" Melihat sekitar yang tampak sangat asing dimatanya.

"Lo tadi pingsan, nih minum."  Aneska yang peka pun langsung memberikan air yang ia beli saat ada seorang penjual berjualan dekat tempat Mereka. Dan laki-laki itu meneguknya hingga separo.

"Lo kenapa pingsan ?" Tanya Aneska.

"Gue pusing banget gara-gara matahari panas banget." Jelasnya.

"Lemah banget lo. Gara-gara panas aja pingsan." Aneska dengan sangat judes.

Vikra yang tau itu pun langsung kaget. Bahkan, ia belum kenal namun wanita itu langsung menyindirnya.

"Yakan, gue pingsan mana ada yang tau. lagian kalau nga ikhlas nolong ya gausah ." Kesal Vikra.

"Minimal makasih kek."

" Y makasih."

"Panda. Woi Aneska." Ditengah perbincangan mereka ada seorang yang memangil. Namun, Aneska tidak respon sama sekali, Aneska malah pergi menjauh dan meninggalkan,  berjalan Kesegala arah.

"Freak lo." Teriak Vikra.

"Lo siapa, tadi sama Aneska?" Tanya Varen ke laki-laki yang ia tidak pernah ketemu. Dia melihat dari atas hingga rambut.

"Gue Vikra. Tadi si cewek lo bang nolongin gue. Tapi malah kayak reog." Jelas Vikra.

"Tolongin ?" Tanya Varen bingung.

"Iya, cewek lo, siapa? Ane ane tuh nolongin gue pas pingsan. Tapi malah ngehina gue masa katanya gue lemah."

"Namanya Aneska. Dia emang gitu gausah dimasukin hatilah. Tapi bener kena panas aja Lo pingsan. Lemah Lo." Varen ikut mengeledek.

"Aelah. Jodoh emang udah ada yang ngatur." Kesalnya.

"Eh btw lo RT mana kok gapernah liat sih ?" Tanya Varen.

"Gue pindahan dari Kalimantan, disini mau cari kost an bang. Ada rekomendasi ngak kayaknya lo orang sini ya?"

"Wah kebetulan di tempat gue kemarin lagi kosong. Kalau lo mau, gue anter ke kost gue."
"Lo punya kost an ?"

"Gak, gue juga ngekost."

"Kirain. Bang gue gaktau tempat disini lo bisa anterin gue ngak ke SMA Bakti Buana. Lo pasti tau kan?"

"Hmm taulah. Ngapain kesana Minggu gini?, Lagian pasti sekolah juga tutup. Ketemu mbak Kunti lo ?"

"Ya nga sekarang sih, besok kan bisa. Gue mau daftar sekolah disana."

"Hmm. Tapi entar deh gue pikir-pikir."

"Ayolah bang tolongin gue. Masa gue di sini sendiri, nga ada yang nolongin gue. Duh kasian sekali Vikra."  Vikra membuat wajah dibuat semelas-melas mungkin.

"Ye. Gue anterin besok."

"Yee." Vikra pun berteriak dan refleks memeluk Varen dengan bahagia.

"Busett, gue masih waras lo." Geli Varen dengan mendorong Vikra kebelakang hampir ngejengkang.

"Hehe." Vikra pun hanya meringkis.

"Btw, kita ngobrol tapi nga kenal. Nama Lo siapa ?"

"Varen."

°°°

"Saya mau ngekost disini bu langsung bayar cas 3 tahun, Deal." Vikra menyetujui untuk ngekost di tempat Varen dan rekan kerjanya itu dan langsung membayar cas dengan jumlah uang tiga puluh juta.

" Oke siap mas Vikra ini kuncinya. Untuk kamar tidurnya biar diantar mas Varen ya. Karena, kamarnya sebelahan." Kata ibu kost.
"Hah, ini saya sebelahan sama makhluk ini Bu ?" Tanya Varen dengan ngawur.

"Iya mas, yang rukun ya haha."

"Ayok anterin mau rebahan santuy gue."

"Buset malah ngelunjak Lo." Geram Varen tapi tetap mengantar Vikra hingga kedepan kamar tidurnya.

Mimpi apa varen semalam ketemu makluk bentukan kaya gini.

"Vikra, kalau tidur ati-ati disini banyak setannya." Kata Varen menakuti.

"Tenang, gue apal Ayat Kursi. Kalau nga mempan gue lempar aja kursi teras lo." Jawab Vikra dengan tenang walaupun sebenarnya hatinya Jedag jedug menahan rasa takut.

"Kampret Lo."

Varen begitu menggoda untuk menakuti dan meninggalkan ia sendiri. Sebenernya bulu kuduk Vikra berdiri melihat suasana hening dan gelap. Apalagi ini tempat yang baru untuk ia tempati. Belum mengerti suasananya.
Brag! Suara jatuh mengagetkannya.

"Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar, aaa setan." Vikra yang kaget lari masuk kedalam kostnya.
"Nah ini lampu udah bener, daripada mati lampu. Heran deh kost an elit lampu sulit." Kata Firman.

Firman tengah membenarkan lampu diatas genteng karena, kabelnya terkelupas jadi ia harus membenarkan walaupun keadaan sudah malam. Ia harus mengerjakan tugas kampus yang harus ia kumpulkan hari esok. suara genteng yang tak sengaja jatuh kebawah.

°°°


   Pagi yang indah bagi Vikra yang menapaki sekolahnya untuk pertama kali. Badannya yang tinggi dan bidang, rambutnya rapi yang dipoles mengunakan Pomade, mengenakan seragam hitam putih dipadu dengan jas almamater khas sekolah Bakti Buana menambahkan kesan tampan. Vikra sekilas memang mirip Varen.

   Wanita-wanita yang melihatnya itu sontak melototkan matanya. Bertanya-tanya dalam benaknya, siapa laki-laki tampan itu yang kini berjalan bersama guru mereka, pak Varen?
Netranya melihat gedung-gedung sekolah yang itu menjulang tinggi dan begitu indah.
Varen yang tau Aneska tengah berjalan itu memanggilnya.

"Aneska."

Panggilan itu tidak dihiraukan oleh Aneska. Ia melangkah pergi dan langsung menuju kelas. Namun, belum masuk Cengkalan tangan Varen menghentikan langkahnya.

"Nes,"

"Hmm?"

"Jangan marah dong." Bujuk Varen.

"Iya, Aneska jangan marah-marah dong." Vikra membantu membujuk.

"Loh Lo. Ngapain disini ?" Tanya Aneska kaget.

"Mau jual pecel lele. Sekolah dong." Jawab Vikra ngawur namun, langsung di siku Varen.

"Jangan becanda." Bisik Varen.

"Oh." Jawab Aneska kesal.

"Panda maaf, kemarin udah telat jemputnya. Kamu pasti nunggu lama ya?" Wajahnya penuh penyesalan.

Aneska hanya diam tak ada kata yang ia ucapkan.

Riuh para siswi Bakti Buana yang tengah memperhatikan sosok laki-laki tampan bak prince di kerajaan-kerajaan.

"Ganteng banget dia."

"Aduh mau pingsan, manis banget."

"Makin betah nih sekolah disini."

"Hai." Sapaan wanita-wanita menggoda Vikra.

"Hai." Jawab Vikra yang dibuat se cool mungkin dan senyuman yang sangat manis membuat pesona ketampanannya semakin bertambah.

"Heem heem. Nes ganteng nih kenalin dong." Kata Dea yang baru datang.

"Hai." Sapa Dea dengan centil.

"Hai." Balas Vikra.

"Aelah sok kecakepan Lo." Bentak Varen dan Aneska  berbarengan.

Vikra yang mendengar refleks menutup telinga.

"Ih dia emang ganteng tau." Kata Dea yang tidak terima.

"Idih, ye serah Lo." Kesal Aneska dan masuk kekelasnya.

Begitu juga Varen yang pergi ke kantor guru. Dea pun ikut masuk ke ruangan kelas itu meninggalkan Vikra sendiri di luar.

"Ini kenapa para human ?" Monolognya dan ikut masuk ke kelas Aneska. Karena, bel masuk juga sudah berbunyi.

Thingkyu
❤️❤️❤️

Melancolie || On Going Where stories live. Discover now