Dia tergelak, "idiot? Kau menyebut bandmu itu?"

"Bukan, bukan. Tapi kami sering menyebut diri kami idiot. Mike tuh, yang terobsesi dengan kata-kata 'idiot'." Kataku, "nama band kami, 5 Seconds Of Summer."

Dia mengangguk-angguk sambil bersedekap, "great name, 5 Seconds Of Summer. Untuk apa kalian butuh lima detik di musim panas?"

"Kak, itu hanya nama. Band kami nyaris dinamakan Bromance oleh Mike kalau nama band ini bukan 5SOS." Jelasku.

"Hmm, singkatannya 5SOS." Kata Ben.

Aku mengangguk, "keren kan?"

"Hahaha, ya, keren, keren."

"Sebenarnya sih aku masih agak bingung, kak." Ucapku.

Dia kemudian menatapku serius dan menarik kursinya lebih dekat padaku, "bingung kenapa?"

"Yaaa, antara pendidikan dan karir, mana yang lebih penting? Belakangan ini kurasa pendidikan lebih penting dibandingkan musik."

Kulihat Ben yang hanya tersenyum menanggapi pertanyaanku, "hey, Lucas, dengar. Aku pernah mengatakannya kan? Lakukan apa yang membuatmu senang. Jika memang pendidikan lebih baik untukmu, fokuslah pada itu, sama seperti musik, jika memang musik lebih baik menurutmu." Tuturnya.

"Tapi aku tidak bisa memilih diantara keduanya."

Dia menghela nafas pelan, entah kenapa aku merasa agak membebankan kakakku dengan kebimbanganku ini.

"Well, you see. Kau mempunyai bakat musik yang keren, suaramu bagus dan permainan gitarmu juga bagus, di sisi lain, kau pintar dalam pelajaran, kau selalu mendapat nilai bagus di bidang Matematika dan Fisika." Katanya.

"Jadi?" Tanyaku.

"Jadi diantara kedua itu kau harus memilih mana yang lebih kau sukai, begini, lho, seperti, mana yang lebih membuatmu senang, yang tidak membuatmu stress suatu saat." Jelasnya.

"Begitu ya, sebenarnya ini pilihan yang sulit."

"Kurasa lebih baik kau fokus pada bandmu ini, Luke."

Aku hanya mengangguk, mungkin aku memang harus menekuni dunia musik yang kuidamkan selama ini. Dulu aku ingin sekali menjadi bagian dari sebuah band, seperti Blink-182, Good Charlotte, Green Day, dan sebagainya. Sekarang aku sudah memiliki bandku sendiri.

"Hmm, aku akan memikirkannya nanti. Pembicaraan ini membuat kepalaku agak pusing." Kataku.

"Hahaha, yasudah, ini sudah hampir malam, cepat pulang, nanti Mom dan Dad mencarimu." Ucap Ben, telapaknya menepuk bahuku pelan.

"Oke, kak, thanks for everything." Kataku. Kami berdiri dan dia memelukku, aku memeluknya balik.

"Anytime." Jawabnya.

Aku melepas pelukannya dan berjalan ke arah pintu toko bersama Ben.

"Aku akan berkunjung lagi lain waktu." Kataku disaat kedua kakiku menapak keluar toko roti Ben.

"Kau bisa mengunjungiku kapan saja," ucap Ben.

"Oke, aku pulang ya." Kataku sambil melambai padanya. Ben membalas lambaianku sebelum akhirnya ia kembali masuk ke dalam toko rotinya dan kembali mengurus pesanan para pembeli.

Soal pembicaraanku dengan Ben tadi, aku merasa agak lega karena telah mencurahkan apa yang kurasakan saat ini. Aku lebih suka bercerita pada Ben dibandingkan Jack, Ben akan memberikanku saran dan pendapatnya, kalau Jack, dia malah akan mentertawakanku, Jack sulit untuk diajak serius.

A Half Beat ➳ Luke.Hemmings [ON-HOLD]Where stories live. Discover now