Bab 21 Jihoon kembali

129 19 4
                                    

Benda bulat berwarna silver dengan ukiran nama Jihoon di dalamnya yang melingkar di jari manis ku, membuat aku terus menerus meliriknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Benda bulat berwarna silver dengan ukiran nama Jihoon di dalamnya yang melingkar di jari manis ku, membuat aku terus menerus meliriknya. Cincin yang aku yakin keasliannya sesuai dengan harganya yang lumayan menguras tabunganku. Aku sempat mencarinya di internet soal cincin couple.

"Sejak kapan Jihoon memiliki perasaan sedalam itu padaku?"

Aku menutup wajahku dengan kedua lenganku diatas meja. Menunggu Jaehyuk yang belum datang, padahal biasanya pria lembut itu tidak pernah terlambat sebelumnya.

Pekerjaanku di Busan tinggal sehari lagi, tapi sampai hari terakhir, aku belum juga bisa bertemu Jihoon. Rasanya benar-benar sakit, tapi aku bisa apa? Rinduku lebih tebal daripada isi rekening ku. Kalau saja rekening ku lebih tebal, aku yakin saat ini aku sudah menyusulnya ke Jepang.

"Apa pinjam uang sama Junkyu ya!" Semakin gelisah, otakku semakin berpikir yang tidak-tidak.

Bukan aku tidak punya tabungan. Aku ada tabungan, tapi kalau yang aku cari tidak tahu dimana batang hidungnya, justru akan menyita waktu dan membuang uangku secara percuma. Aku dan Junkyu lahir dan hidup bukan dari garis keturunan kaya raya, tajir melintir dengan warisan melimpah. Justru aku dan Junkyu lahir dan hidup dari kerja keras orang tuaku, dididik mandiri dan kerja keras. Keluarga sederhana yang hidup berkecukupan.

Aku tidak mempunyai impian yang besar seperti Junkyu. Aku hanya berharap bisa hidup seperti ibuku. Tidak pernah mengeluh soal kekurangan mendiang ayahku, mencukupi segala kebutuhan keluarga, menyayangi anak-anaknya seperti seorang teman. Karena ibuku diberikan cinta yang besar oleh mendiang ayahku. Begitupun aku dan Junkyu.

Kalau impian Junkyu begitu besar itu hal wajar. Karena dia adalah laki-laki. Laki-laki memiliki harga diri yang lebih besar daripada perempuan. Sejak kecil Junkyu memang sudah terkenal karena keimutan dan ketampanannya. Tapi percayalah, Junkyu itu anak yang memiliki sosial distancing yang sangat tinggi. Namun, anak itu bisa menempatkan dirinya dengan baik saat di keramaian.

"Yeri-ya!"

Aku menoleh dan melihat Jaehyuk berjalan tergesa menghampiri ku. Dengan wajah penuh peluh, tapi entah kenapa masih saja tetap tampan dan senyumnya manis.

"Maaf aku terlambat. Ban mobilku kempes jadi aku memanggil mobil derek dan menunggu. Aku kesini naik taksi. Maafkan aku." Jaehyuk tampak tidak enak padaku.

Aku tersenyum supaya Jae merasa lebih baik dan tidak merasa bersalah lagi. "Tidak apa-apa, Jae. Kita tidak bisa memprediksi hal seperti itu. Tapi, kamu baik-baik saja?"

Jae mengangguk dan tersenyum manis. Ya ampun, kalau nggak inget Jihoon, sudah pasti senyum Jae bikin aku meleleh.

Kami kembali bekerja seperti biasanya. Membantu para pekerja lain untuk memasang beberapa furniture yang sudah disiapkan. Sampai akhirnya jam makan siang pun tiba.

"Yeri, ayo makan siang dulu," ajak Jae yang melepaskan sarung tangannya.

"Ayo." Aku mengekor dibelakang.

My Healer // 💎 Park Jihoon Where stories live. Discover now