Bab 4 Busan

179 22 8
                                    

"Busan?" Aku hampir saja berteriak.

Semua rekan kerjaku yang ada di ruang meeting pun menatap ku dengan tatapan banyak arti. Ada yang diam-diam mentertawakan aku juga.

"Ya, Kim Yeri. Hanya seminggu. Cabang di Busan, ingin kamu yang terjun langsung ke lapangan dan menangani desainnya sendiri," jelas Asahi yang merupakan bosku juga temanku.

Aku tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya. Memangnya siapa aku, bisa menolak perintah atasan.

"Baiklah, lusa kan?" tanyaku lagi untuk memastikan.

Asahi mengangguk mantap.

Setelah meeting selesai, aku kembali ke kubikel kerja ku. Menatap layar komputer yang menyala dengan desain interior yang masih berbentuk garis-garis halus.

"Apa aku bisa?"

"Pasti bisa."

Aku langsung menoleh mendengar suara yang menjawab pertanyaan ku tadi.

"Asahi!"

Pria keturunan Jepang yang memiliki kepribadian introvert tapi menyenangkan jika sudah mengenalnya dekat. Juga memiliki lesung Pipit di kedua pipinya itu, menarik kursi kosong yang ada di dekat jendela dan membawanya ke dekat kursiku.

"Aku percaya padamu. Sudah banyak desain yang berhasil kamu capai dan hasilnya memuaskan untuk para klien. Sekalian kamu bisa liburan di sana. Sebenarnya aku menugaskan mu hanya tiga atau empat hari jika klien minta revisi. Sisanya untuk healing. Kamu bisa menikmati waktu istirahat di Busan. Atau ya ... Merefresh isi kepalamu. Oya, siapa tau juga disana ada jodoh mu." Asahi menjelaskan panjang lebar sembari menyandarkan punggungnya.

Aku mendengus keras mendengar kata jodoh. Asahi tau bagaimana hubungan ku dengan Mashiho dulu.

"Baiklah, aku akan berangkat dan berusaha percaya diri. Terimakasih atas loyalitas mu sebagai bos ku. Memberikan waktu untuk healing kepada karyawan seperti ku." Aku menggodanya dan dia tertawa.

"Mendengar kata bos dari mulut mu, ingin rasanya aku menjitak kepalamu. Segala keperluan mu juga akomodasi lainnya sudah aku urus. Kamu tinggal berangkat saja. Sekarang selesai kan saja kerjaan mu, sebelum jam pulang serahkan padaku." Asahi menggerakkan alisnya sebelum pergi meninggalkan aku.

Asahi biarpun terlihat cuek, tapi aslinya dia pria yang sangat peduli dengan sekitarnya. Aku bersyukur dikelilingi oleh orang-orang yang baik.

Sebelum jam pulang, aku menyerahkan semua pekerjaan ku kepada Asahi. Semuanya sudah oke, aku pun pulang. Baru kali ini aku pulang tepat waktu. Biasanya aku pulang menjelang malam terus.

Butuh waktu sejam dari kantor untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku tidak berekspektasi apapun. Aku hanya ingin mandi, makan dan rebahan tentu saja. Apalagi yang aku lakukan? Kecuali aku punya pacar.

"Eoh, Jun ... Kamu nggak kerja?" tanyaku saat baru sampai dan melihat Junkyu sedang malas-malasan di sofa.

"Sudah. Aku lebih butuh tidur daripada bekerja," sahutnya lemas.

Aku meliriknya dan tertawa. Junkyu memang lebih senang menghabiskan waktu di dalam kamar, jika sedang tidak bekerja. Waktunya dia habiskan untuk tidur dan main game.

"Jun, lusa aku ada perjalanan bisnis ke Busan. Sekitar seminggu." Aku mengatakannya sembari memakan buah apel yang aku ambil dari lemari es.

"Terus kenapa?" suara Junkyu malas.

"Ya, mau bilang aja kok. Biar kamu nggak nyariin aku," goda ku. Aku ikut duduk di sofa lain. Sembari menghabiskan buah apel.

Tidak ada jawaban dari Junkyu. Matanya fokus pada layar televisi. Yang menyiarkan drama romantis di salah satu saluran televisi nasional.

My Healer // 💎 Park Jihoon Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon