3. ABO

505 39 2
                                    

Suara ketukan hak sepatu terdengar di sepanjang koridor, suasana sekitar yang sedikit ramai itu semakin ramai, kala Samuel yang berjalan di depan Liam tersebut itu tersenyum tipis menanggapi beberapa orang-orang yang menyapanya

"Hai Sam"

Gadis dengan postur tinggi sedikit gagah yang bisa di tebak ber-gender Alpha menyapa Samuel dengan akrab

Dia Tesla Amiera, Alpha wanita yang menjadi teman sekelas Samuel, sekaligus teman sebangkunya

Selain berada di dalam kelas yang sama, mereka juga sering kali terkena rumor secara bersamaan yang dimana para pelajar menyebutkan bahwa mereka adalah pasangan

Liam mengamati Samuel yang semakin di tempeli banyak orang-orang dalam diam, tepat di belakangnya

Ia menghela nafas gusar, baiklah untuk sekarang ia akan kembali memutar arah dan berniat akan lewat dari koridor sebelah

Liam membawa kedua kakinya berjalan sedikit cepat menuju kearah kelasnya melalui tangga yang lain

Untung saja sekolah ini sekolah elit dengan banyak jalan pikirnya

Di pijakan terakhir tangga, pergelangan tangannya tiba-tiba dicekal oleh lelaki bermata biru yang dari awal terlihat mengamatinya

"Yo! Liam, bukankah ini kebetulan"

Liam mengernyit tak senang, ia menarik-narik tangannya mencoba melepaskan diri dari cekalan Eliot Spitzer,

Seorang Beta yang berpostur menyerupai Alpha, bahkan Liam pun kalah tinggi dari lelaki berdarah Rusia itu

"Lepaskan tanganku dasar sialan"

Geram Liam menatap Eliot sengit

Eliot semakin mengencangkan cekalan nya, lelaki itu menyunggingkan senyum menatap minat kearah ekspresi yang dibuat oleh wajah Liam

"Memangnya apa untungnya bagiku jika aku melepaskan peganganku? " remeh nya

"Lepaskanlah dirimu sendiri "

"Alpha konon "

Tawanya mengejek, meremehkan Liam yang menggeram rendah karena kesal

"Brengsek " Liam mendesis

Ia semakin menarik kuat-kuat tangannya dari cengkraman itu hingga memerah kontras

"Ohoo kau sangat lemah melebihi Omega yang paling lemah di dunia ini bung"

"Aku perihatin padamu, semoga saja omega mu kelak tidak mengetahui kekuatan lemah mu ini" ejek nya

"Atau...bisa jadi kau yang di dominasi oleh omega mu itu" Eliot tertawa semakin menjadi-jadi karena perkataannya sendiri

"Yah tidak heran karena wajahmu seperti Omega, dan lihat ini selain memakai sweater pink, kau juga memakai lipstik bro? bukankah itu tidak masuk akal bagi seorang Alpha"

Eliot menyunggingkan senyum "aku semakin meragukan status mu"

Liam menggertak "itu tidak lucu kau tau? "

"Lepaskan tanganku keparat, aku tidak peduli dengan omong kosong yang kau ucapkan itu "

Eliot mengedikkan bahunya acuh "aku akan melepaskan peganganku, jika kau bersedia menjadi bottom ku"

Liam semakin geram dibuatnya

"Carilah Omega atau Beta sejenismu sialan "

Lelaki berdarah Rusia itu berdecak-ria dan menggeleng "kau tau aku tidak suka yang berlendir, dan juga menurutku kau lebih cantik dari omega manapun"

"Oh ya, Omega akan menggila dan lemah jika bercinta tapi berbeda dengan Alpha yang lebih memiliki banyak stamina, bukankah begitu Samuel Cristopher "

Eliot sedikit mendongak menatap kearah belakang

Liam yang melihat itu ikutan menoleh ke arah belakang, tepat di mana Samuel menatap tajam kearah wajah Eliot begitu juga sebaliknya

"Lepaskan"

Lelaki yang menjadi teman kecil Liam itu menggertak

"Memangnya apa urusanmu bung ini urusan kami, kalau kau mau menjawab teman, bukankah itu tidak masuk akal"

Eliot berucap enteng

"Di zaman sekarang orang mana yang mau melakukan kebaikan tanpa imbalan hmm? "

Liam terdiam mendengar penuturan dari adik kelasnya itu

Hal itu membuat Eliot semakin tersenyum penuh kemenangan dibuatnya, ia mendekatkan kepalanya dan menopangkan dagu lancipnya itu di atas pundaknya

"Ayolah bung, kau tau kan selain temanmu yang dominan, dia juga selalu bertindak mencurigakan kepadamu, bukankah begitu kawan? " bisik nya yang terkesan penuh provokatif

"Jangan salah, aku hanya mengawatirkan mu saja"

Eliot menjauhkan kepalanya dan tersenyum ringan menatap mereka berdua secara bergantian

"Oke hanya itu yang ingin ku sampaikan"

"Dan kau Liam, tawaranku padamu masih berlaku asal kau tau"

"Jadi..." Eliot memasang pose seolah-olah tengah menelfon "jangan ragu untuk menghubungiku kapan saja"

"Penis ku selalu terbuka untuk mu"

Ia berbalik, berjalan menjauh dari mereka berdua yang masih menatap punggungnya dengan tatapan yang berbeda-beda

"Liam, kau... baik-baik saja"

Liam menoleh mengangguk santai, mengibaskan tangannya acuh

"Yah jangan percaya omong kosongnya, kau tau kan dia selalu begitu"

Lelaki itu terkekeh ringan, dan bergerak menarik ujung baju kemeja Samuel

"Ayo kita bergegas, bukankah sebentar lagi bell sekolah akan berbunyi? "

Samuel mengangguk paham

Senyuman yang tadi Liam perlihatkan kepada temannya sedikit memudar di sepanjang perjalanan

Perkataan Eliot semakin terngiang-ngiang jelas di pikirannya

"Di zaman sekarang orang mana yang mau melakukan kebaikan tanpa imbalan hmm? "

Kata-kata itu berputar-putar meneror dan menguasai pikirannya

'kubu mana yang harus ku percaya '



Alpha ComplexWhere stories live. Discover now