26. UNTUK DIA DAN MALAMNYA

65.7K 5K 7.1K
                                    

VOTEE DULU

SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKAA AAMIIN

26. UNTUK DIA DAN MALAMNYA

Mengertilah, bahwa tidak semua dari cinta harus dimiliki, termasuk orangnya.
***

"Sekarang kamu tinggalnya sama Oma, ya?" Ayah Razi mendahului pertanyaan itu ke Aruna.

"Iya, Om."

Aruna memang berpisah rumah dengan Angkasa, yang notabenenya adalah saudara kembarnya. Ia tinggal bersama Oma, Ibu dari Ayahnya. Meski begitu, Angkasa dan Ayahnya kerap berkunjung ke kediamannya meski hanya sekali dua kali dalam sebulan. Sebenarnya, tidak ada yang perlu disedihkan dari hidup Aruna, Aruna merasa bahwa selama ini, Tuhan sudah memberikan semua yang semestinya. Jika orang-orang tidak sepakat dengannya. Itu persepktifnya.

"Oma sehat kan?" tanya Ayah Razi lagi, dan segera di balas anggukan oleh yang ia tanya. "Sehat, Om."

Memecah keheningan antara dirinya dengan Razi, Aruna kemudian meminta laki-laki itu memutar lagu, segera lagu milik Raisa Anggiani berjudul kau rumahku, mengalun, menemani perjalanan malam mereka.

Gemar s'kali kaulukiskan bintang untukku
Sungguh lihai tanganmu menata kembali hati
Yang hampir mati
'Kan kuletakkan hangat di tengah dekap kita...

Jangan biarkan ku pulang
Ke rumah yang bukan engkau...

Tangan Ayah Razi kemudian mengganti lagu itu dengan suara Iwan fals, di judul lagu selamat tinggal malam. "Nah, ini favorit, Om."

"Om suka lagu iwan fals?" tanya Aruna.

"Iya, Ayah kamu dulu juga suka. Lagunya booming sekali era itu."

Mungkin. Aruna tidak tahu selera musik Ayahnya, ia tidak tahu banyak tentang pria itu. Sedikit seperti sekadar hari ulang tahun, makanan favorit dan ukuran sepatu saja.

"Kalau Aruna, suka lagu apa?" tanya Ayah Razi.

"Dia pengagum semua lagu Nadin Amizah," jawab Razi, mendahului Aruna.

Ketika dengan Aruna, Razi selalu mendengar perempuan itu membicarakan Nadin Amizah, mendengarkan musiknya di setiap saat.

"Kok kamu tahu?" tanya Ayah Razi, mata pria itu melirik putranya yang sedang duduk di sebelahnya.

"Dia sering denger kalau saya lagi mutar lagu itu, Om, hehe," jawab Aruna.

Ayah Razi mengangguk. Kedekatan antara Razi dan Aruna memang sangat dekat.

Jakarta selalu tidak bisa ditempuh dengan buru-buru. Jakarta adalah persoalan kesabaran, Jakarta adalah tentang semua hal yang hampir tidak pernah berhenti. Perjalanan mereka, tiba dalam waktu 40 menit.

Mobil Ayah Razi berhenti di pelataran rumah tingkat dua berwarna krem. Suasana penuh sepi sangat terasa sekali di lingkungan rumah itu. Seperti untuknya bukan siang, tapi memang malam.

Ayah Razi mengamati rumah itu, "Oma kamu ada?"

"Nggak ada, Om, kebetulan ada di rumah kerabat, lagi ada acara arisan," jawab Aruna.

"Jadi ini kamu sendirian?"

Aruna tersenyum simpul, "Sudah terbiasa, Om." Setiap kali ada acara arisan, Omanya akan berangkat dengan supir dan pembantu.

"Aduh, bahaya kalau kamu sendirian begini, apalagi daerah rumah kamu sepi."

Area rumah Aruna benar-benar sepi, hampir beberapa rumah tidak berpenghuni. Namun, Aruna bukan tipikal manusia yang kerap mengeluhkan takdirnya. Pun, ia tidak ingin merepotkan siapapun. Baginya, hidupnya ini adalah tanggung jawabnya. Itulah mengapa, ketika sedang butuh-butuhnya, Aruna masih tetap enggan meminta bantuan.

DIA RAZIWhere stories live. Discover now