15. ANGGAP SAJA WAKTU ADALAH PUNYA KITA

47.5K 4K 5.7K
                                    

VOTEEEEE DULUUUUU

SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKAA AAMIIN

15. ANGGAP SAJA WAKTU ADALAH PUNYA KITA

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk kenal.

***

Marak! Pelecehan seksual yang terjadi di sekolah.

Ekspresi Ayah Ilusi terlihat tidak tenang ketika membaca judul berita terhangat pagi itu. Wajahnya penuh gelisah, pikiran buruknya dengan cepat menguasainya, apalagi ketika mengingat kejadian yang dialami oleh adik perempuan satu-satunya. Ia masih menyimpan rasa marah yang menggebu-gebu di dadanya.

"Kenapa, Pak?" tanya Ibu Ilusi. Wanita itu meletakkan secangkir kopi dihadapan suaminya.

"Ini lho, sekarang pelecehan seksual itu udah makin parah, makin ngeri," jawab Ayah Ilusi. Ia masih sibuk membaca koran yang ada di tangannya itu.

"Saya khawatir banget, anak kita dua-duanya perempuan, saya nggak tenang tiap kali baca berita kayak gini," lanjut Ayah Ilusi. Mengutamakan isi hatinya.

Ibu Ilusi sangat paham dengan keluh sang suami, ia juga merasakan hal itu di tengah banyaknya berita tentang pelecehan seksual.

Ya, dunia memang bukan tempat yang aman. Dunia bukan tempat untuk merasa tenang selalu. Manusia selalu saja dihantui oleh banyak bahaya.

Termenung dengan pikirannya, Ibu Ilusi disadarkan oleh pernyataan sang suami. "Oiya, kontrak kerja di Jakarta dua bulan lagi habis, dan kabarnya akan segera diperbaharui. Tapi, tempatnya bukan di Jakarta, Bu."

"Terus dimana, Pak?"

"Di Bogor."

"—Kalau jadi, mau tidak mau, kita harus pindah ke Bogor," ucap Ayah Ilusi. Ia menutup koran yang dibacanya.

Ayah Ilusi adalah seorang pekerja wiraswasta yang tidak menetap, tapi, gajinya cukup menjanjikan. Itulah mengapa, jika nanti diperuntukkan untuk pindah, Ayah Ilusi siap, dengan membawa keluarganya karena zaman sekarang, susah, jika harus memulai semuanya dari 0 lagi, apalagi ia sudah nyaman dengan yang ditekuninya itu selama 10 tahun terakhir. Dari pekerjaan Ayah Ilusi itu, ia berhasil menyekolahkan 2 orang anak perempuannya, juga.

"Tapi, sebelum terlalu jauh, kita harus mendiskusikan dulu ke anak-anak, ya, Pak? Mencari bagaimana baiknya," tutur Ibu Ilusi.

"Tapi, bapak merasa kalau ini udah keputusan yang terbaik, Bu," pendapat Ayah Ilusi.

"HELLOWWWWW SEMUA MUANYAAAA, SELAMAT PAGI DUNIA TIPU-TIPU DAN PENUH SENDAU GURAU INI," Jiara yang baru bangun menyapa kedua orang tuanya dengan heboh. Adik Ilusi itu adalah salah satu pembawa energi positif yang cukup baik di keluarga ini.

Kehadiran Jiara membubarkan obrolan tentang kepindahan itu.

"Bahas apa sih? Pagi-pagi udah kayak rapat menteri aja?"

"Lagi bahas model sepatu baru buatan Jiara, karena Ayah udah terima gaji," jelas sang Ayah, tersenyum kepada putrinya.

"WAHHHH," Jiara kegirangan. Ia kemudian meneriaki kakak perempuannya besar, "KAK ILUS AYO BANGUN, KITA SHOPPING HARI INIII."

***

Manusia cenderung menyukai hal-hal yang menyenangkan sesaat. Manusia entah kompleks atau sederhana, mereka lebih memilih kemudahan dibandingkan kesusahan. Mereka lebih arif bertapa pada bagian yang cepat dibandingkan lambat. Seperti, tak rela jika dirinya tunduk sebagai budak atas sebuah proses.

DIA RAZIWhere stories live. Discover now