3

7.3K 33 0
                                    


"Maaf, Tuan ...."

Ucapan sang pelayan yang membawa sebotol vodka pesannya, tentu mampu menarik perhatian. Apalagi, dengan kalimat tidak dituntaskan keseluruhan.

Seperti ragu sekaligus takut berucap.

"Ada apa, Miss Clara?" Drecon bertanya sopan guna pastikan tujuan wanita itu.

Tentu, mereka cukup mengenal satu sama lain. Walau, tak punya hubungan akrab. Hanya sekadar sebagai pelayan dan pelanggan di bar Marco David.

Mungkin, lima kali pertemuan. Itu pun saat Clara membawakan pesanannya ke ruangan khusus, seperti sekarang.

"Bos menyuruh saya bertanya ke Anda, apakah Anda ingin ditemani dua wanita peladen, Tuan? Kata bos ini gratis."

"Tidak usah." Drecon putuskan cepat. Ia bicara dengan suaranya yang tegas.

"Aku tidak menginginkan wanita satu pun sebagai peladen," pertegas Drecon.

"Lebih baik kau meminta bosmu itu ke sini karena aku mau bicara dengan dia."

"Tolong minta Marco kemari." Dercon membuat suaranya sopan, kali ini.

"Iya, Tuan. Akan saya sampaikan pesan Anda pada Bos. Saya keluar dulu."

Derzon hanya sekali anggukan kepala. Ia sudah memalingkan wajah dari sosok Clara yang juga beranjak menjauh.

Pandangan tertuju ke botol vodka. Dua tangan bekerja pada benda berbeda.

Yang bagian lalu mengambil gelas. Lalu di sebelah kanan, tergenggam botol minuman keras akan ditenggaknya.

Vodka terisi penuh ke gelas, tak disertai dengan es batu. Drecon menghabiskan semuanya beberapa detik kemudian.

Ditambah dua gelas lagi untuk diminum dalam waktu kurang dari lima menit saja. Bukan karena haus. Tapi, butuh sesuatu untuk redakan panas di dada.

Namun, tidak cukup berhasil usahanya menghilangkan marah. Terlebih lagi, ucapan-ucapan Darwin masih terus saja tergiang-giang di telinga dengan jelas.

Mustahil bisa dilupakan. Pastinya akan membekas jadi ingatan paling dibenci hingga beberapa tahun kedepan.

Namun, tak berarti memicu hubungan dengan Darwin tambah buruk. Ia sebisa mungkin akan menghormati sang kakak sebagai keluarga satu-satunya dimiliki.

Walau, tak ada aliran darah yang sama di antara mereka. Tapi, Darwin adalah yang paling berharga bagi Drecon.

Permintaan sang kakak tentu tidak akan bisa diabaikan, walau sulit dilakukan.

Ya, sama sekali tak ada keinginan untuk menjauhi Sessina. Apalagi, mengakhiri hubungan mereka yang telah terjalin.

Dirinya dan Sessina bukanlah kekasih, namun kedekatan sudah lebih dari lima tahun ini, sangat istimewa baginya.

Setiap minggu, bahkan dihabiskannya waktu bersama Sessina. Membangun hubungan yang semakin intim.

Memang, mereka pasti akan berakhir di ranjang dan bercinta panas, tapi tidak hanya sekadar pemuasaan nafsu.

Lebih dari itu. Namun, tak bisa juga dibilang dalam tahap cinta yang serius.

Drecon enggan menggali perasaannya sendiri karena akan lebingungan sendiri, terkhusus saat harus menggali menerus.

Belum lagi, ketika nanti sudah disadari, tak tahu bagaimana cara yang paling benar dan tepat untuk mengekspresikan.

Pilihan terbagus adalah tidak terlalu rumit memikirkan. Dijalankan saja apa adanya hubungan dengan Sessina.

"Kau sudah lama di sini, Bung?"

Segala bentuk pemikiran yang sudah membawanya melamun, seketika jadi buyar karena sapaan sang sahabat.

Marco bahkan menepuk-nepuk bahu kirinya lebih dulu, baru kemudian ikut duduk di sofa, tepat di sebelahnya.

"Kau menolak wanita-wanita penghibur yang aku sudah siapkan, Bung?"

"Bukankah tadi kau sendiri meminta padaku ingin ditemani mereka?"

"Tidak jadi." Dua patah kata yang akan cukup menjadi jawaban, pikir Drecon.

"Tidak jadi? Apa alasannya, Bung? Kau tidak merasa mereka seperti gadis kecil kesayanganmu itu, Drecon?"

Sebutan yang dilontarkan sang sahabat, tentu sudah dipahami mengarah pada siapa. Ia mendadak menjadi emosi.

Diraih cepat kerah kemeja Marco. Ingin dilayangkan tonjokan ke wajah kawan baiknya itu, namun kemudian urung.

Akal sehat segera menyerukan padanya jika tindakan akan dilakukan termasuk berlebihan, padahal Marco bercanda.

"Sessina jauh lebih berharga dibanding wanita-wanita penghiburmu di sini," ujar Drecon sinis seraya bangun dari sofa. Berusaha menjauhi sang sahabat.

"Sessina berharga bagimu? Seharusnya kau mempertahankan dia. Jangan kau turuti perintah diberikan Drawin."

"Sekalipun kau harus masuk penjara, Dre. Kau harus berani menanggung itu semua jika ingin bersama Sessina."

CERITA PANAS DEWASA II (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang