6

12.1K 29 0
                                    

"Pantas saja!"

"Pantas kenapa?" Verrova segera saja mengonfirmasi karena tak paham akan apa yang diteriakan Donna.

"Pantas saja kau terlihat berbeda hari ini, Kawan. Kau tampak lebih ceria dan cerah. Ternyata ada penyebabnya."

"Aku turut merasa senang, Verr!"

Verrova merasa terkejut sendiri dengar seruan cukup keras diloloskan sahabat baiknya, setelah diberitahukan soal apa yang ia dan Trenzer lakukan semalam.

Donna juga memamerkan senyuman sarat akan keanehan. Sulit bagi dirinya menerjemahkan pasti apa artinya.

Namun, yang jelas memerlihatkan jika sang sahabat bereaksi berlebihan atas ceritanya. Diluar ekspektasi sendiri.

Kini, timbul semacam penyesalan sebab sudah membocorkan pada Donna soal percintaan pertamanya dan Trenzer.

Namun tak bisa ditahan juga dorongan untuk berbagi cerita. Apalagi, mereka sangat terbuka pada urusan satu sama lain, walau bersifat privasi sekalipun.

Harusnya diberikan pengecualian yang menyangkut Trenzer, jika akan tahu respons sang sahabat berlebihan.

"Aku masih tidak menyangka saja, kau sudah merasakan kembali seks de--"

Langsung ditutup mulut sang sahabat agar tak melanjutkan ucapan. Verrova menyesal tidak lakukan lebih awal.

Harusnya sebelum kata seks terlontar dari mulut Donna dengan lancarnya. Dan, penyesalan tak berguna sekarang.

"Cukup, ya, Donna! Cukup!" Verrova pun berbisik dalam nada suara cukup lantang. Kata-kata juga ditekankan.

"Bisakah kau menjaga volume suaramu, Don? Jangan bicara keras-keras."

Hanya perlu lakukan pencegahan yang semakin ketat. Bisa saja, sang sahabat akan berkata dengan asal-asalan lagi.

Tidak ingin juga, dirinya jadi melarang Donna mengutarakan pendapat yang ingin disampaikan. Walau rawan juga.

Topik pembicaraan mereka berdua kali ini, rasanya begitu sensitif. Sesegera mungkin Verrova kehendaki selesai.

Namun, mustahil Donna akan berhenti tiba-tiba. Sudah tampak jelas dari cara sang sahabat memandangnya.

Ekspresi Donna mendukung pula.

"Kau mau bilang apa?" tanya Verrova curiga. Jika diam saja, ia yang malah tak tenang. Lebih bagus mengonfirmasi.

"Jangan bicara keras-keras. Ingat?"

"Iya, Verr. Aku akan bicara yang lembut, sopan, dan juga tidak keras-keras."

"Lanjutkan saja apa yang kau mau tadi katakan. Aku akan dengarkan."

"Aku lupa apa yang mau aku katakan, setelah kau membekam mulutku."

"Baiklah. Bagus kalau kau jangan lanjut berkomentar. Kau pasti cuma berniat mengejekku soal kejadian semalam."

"Kau berburuk sangka sekali padaku, Verr. Padahal, aku senang kau sudah kembali jadi wanita dewasa normal."

Alis kanan langsung terangkat. Dapat dipahami jika ucapan sang sahabat mengandung sindiran untuknya.

Walaupun, Donna mengatakan dengan nada biasa saja dan cenderung tetap bersemangat. Namun, telinganya tidak akan salah dalam menangkap.

"Kau kira aku bukan wanita normal, ya? Kenapa kau menuduhku begitu?"

Harus ditanyakan alasan. Pasti ada yang menjadi latar belakang. Tak mungkin tidak disebabkan oleh suatu hal.

Dirinya semakin penasaran. Dan jika tak sesuai dugaan, maka patut untuk diluruskan demi menjaga harga diri.

"Katakan padaku, Donna," pintanya lagi dengan nada suara semakin serius.

"Kau jarang bercinta dengan pria, sejak kau tidak punya kekasih, Kawan. Aku pun berpikir kau tidak normal."

"Kau mungkin kehilangan ketertarikan pada pria karena produksi hormon wanitamu yang sudah berkurang."

"Produksi hormonku berkurang? Mana mungkin itu terjadi, Donna. Kau tahu sendiri, kondisi rahimku sangat bagus."

"Malah bisa memproduksi bayi, sampai Uncle Trenzer memintaku menampung benih pertamanya di dalam rahimku."

Sedetik selepas berbicara, Verrova sadar jika sudah salah dalam menjawab. Tak seharusnya keluar kata-kata tersebut.

Reaksi sang sahabat?

Menampakkan raut keterkejutan yang kentara. Sudah jelas, Donna pasti tidak menyangka akan mendapat informasi demikian dari dirinya.

"Kau sungguh, Verr? Kau disuruh oleh mengandung bayi dari pria itu?"

Ketika hendak disahuti, ada seseorang yang mendekat. Maka dari itu, tak bisa dilanjutkan obrolan mereka.

"Hai, Jamie."

"Hai, Donna. Hai, Verrova."

"Bisakah aku meminta perawatan dari Verrova sebentar? Aku rasa tubuhku sedang tidak beres dan perlu diperiksa."

CERITA PANAS DEWASA II (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang