1

36.2K 101 0
                                    

"Hallo, Uncle." Varrova menyapa sopan pada Trenzer Martin di ujung telepon.

"Kau ada di mana, Uncle? Apakah kau di ruangan kerjamu sekarang?" Varrova lanjutkan dengan ajukan pertanyaan.

"Aku masih di ruang rapat. Ada apa?"

"Aku akan menuju ke ruang kerjamu, Uncle. Kau bisa ke sana sepuluh menit lagi? Kita harus bicara sebentar."

"Oke, Varr."

Jawaban Trenzer sangat singkat, namun sudah cukup bagi Varrova. Ia putuskan sambungan panggilan karena tidak ada yang ingin disampaikannya lagi.

Sedetik kemudian, pintu lift terbuka.

Varrova melangkah keluar dengan kaki jenjang yang bergerak tegas. Pandangan lurus ke depan, melihat ke sekeliling.

Lantai teratas kantor besar Trenzer, tak banyak ada orang ternyata. Hanya dua ajudan yang menjaga di depan ruangan kerja Trenzer. Ia kenal baik mereka.

Solar Ramley.

Stronger Winter.

Keduanya menyambut dengan senyum ramah. Lantas, mempersilakan dirinya untuk masuk ke ruangan kerja Trenzer.

Sebelum masuk, diucapkannya dahulu terima kasih sebagai bentuk sikap yang ramah tamah. Wajib dilakukannya.

Suasana sepi langsung Verrova rasakan, saat tiba di areal dalam ruangan kerja Trenzer. Walau, tak mengurangi kesan mewah nan elegan desain interior.

Verrova memilih duduk di sofa empuk yang berharga fantastis. Ia jelas selalu nyaman menempatkan diri di sana.

Ponselnya lantas berdering. Tandakan ada satu pesan masuk. Ia segera saja mengambil handphone dalam tas.

Si pengirim yakni Red Delivey. Salah seorang kandidat ibu pengganti.

Namun, wanita itu ditolak oleh Trenzer.

Alasan Verrova datang pun karena ia ingin menanyakan secara langsung apa yang menyebabkan Trenzer menolak.

Bukan hanya sekali. Bahkan, sudah ada lima perempuan. Dan, Verrova sudah tak punya kandidat cadangan lagi.

Pesan dikirimkan Red Delivey, tak akan dibaca sampai urusan dengan Trenzer selesai. Baru, dikabari wanita itu.

"Verrova? Kenapa tidak ambil minum? Ada beberapa bir di lemari pendingin."

Langsung dialihkan pandangannya dari layar ponsel ke sosok Trenzer, selepas mendengar suara bass pria itu.

Ternyata, Trenzer sudah berada tidak jauh dengannya. Sekitar dua meter. Dan jadi lebih memendek karena Trenzer yang berjalan semakin mendekat.

"Aku tidak haus."

"Aku sedang buru-buru juga, Uncle. Aku ada pasien yang harus aku temui."

Selesai menyampaikan secara jujur jika tak punya waktu untuk sekadar minum bibir, Verrova mengeluarkan semua dokumen ada kaitan akan Trenzer.

Terkhususnya hasil dari pemeriksaan kesehatan kandidat calon-calon ibu pengganti yang dipesan oleh Trenzer.

"Kau sungguh ada pasien lain? Ataukah kau punya janji berkencan nanti?"

"Aku tidak punya kekasih, maka dari itu aku tidak mungkin berkencan, Uncle."

Tepat setelah menjawab, dipusatkannya lagi atensi pada sosok Trenzer. Dilihat nyata seringaian pria itu ke arahnya.

Tampak aneh nan mencurigakan. Ada kaitan tentu saja dengan jawaban yang baru dilontarkannya. Walau masih tak paham, kenapa reaksinya demikian.

"Kau sungguh tidak punya kekasih atau pria yang tengah dekat denganmu?"

Dipahami cepat pertanyaan diajukan oleh Trenzer, maka dari itu respons pun lekas ditunjukkan, yakni berupa tiga kali anggukan yang mantap.

"Bagus, Verrova. Aku memang inginkan hal ini agar memudahkan rencanaku."

"Rencana apa, Uncle?"

"Menjadikanmu sebagai ibu pengganti untuk benih pertamaku, Verr."

"Karena kau sedang melajang, jadi tidak akan ada masalah sepertinya. Tidak ada laki-laki yang akan marah padaku."

"Aku juga tidak mau menjadikan wanita memiliki kekasih menjadi ibu pengganti dan melahirkan bayi pertamaku."

"Uncle memintaku melakukan apa?"

Verrova bertanya dengan keterkejutan masih belum hilang. Merasa jika semua didengar tidaklah benar dan hanyalah candaan belaka dari Trenzer.

"Aku mau menyewa rahimmu, Verr."

"Aku tidak akan memilih kandidat yang kau sudah berikan. Tidak ada satu pun yang aku sukai. Hanya kau mauku."

"Aku harap kau jangan menolak. Bisa kau anggap permintaanku ini sebagai balasan atas banyak investasi yang aku sudah aku lakukan untukmu, Verr."

"Kau harus membalasnya, Gadis Manis."

CERITA PANAS DEWASA II (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang