Bab #9

19 0 0
                                    

"Kok lu tau alamat rumah gua?" Jones nyeletuk ke Carl pas di jalan.

"Entahlah, aku hanya bertanya dengan tetangga sekitarmu." Carl menjawab tanpa menoleh.

"Bilek amat. Apa juga gara-gara tadi malam?"

"Tadi malam? Oh, kau membicarakan tentang manifestasiku."

"Lah, betulan bukan lu?"

"Bukan."

"Buset, lama-lama gua bisa jadi gila."

"Terserah."

"Betewe, ni motor gede banget. Gak capek apa lu bawanya?"

"Tidak juga. Aku tidak terlalu memakainya kecuali ke sekolah."

"Lu ada SIM kan?"

"Rencananya sih, aku ingin tes sore ini."

"Kenapa gak kemaren? Kan Minggu, bebas."

Carl ngangkat bahu. "Aku hanya malas, antriannya panjang."

"Ditunggu ya dek." Jones nyengir.

"Setidaknya aku akan mendapatkan SIM. Kau bahkan belum menginjak umur enam belas tahun."

"Bacot." Jones mendengus.

Sepuluh hari kemudian—eh, sepuluh menit kemudian maksudnya—mereka sampai.

"Makasih ya." Jones ngebalikin helm Carl.

Carl cuma ngangguk, ngelepasin airpods punya dia.

"Kok lu make airpods mulu?" Jones nanya. "Emangnya tuh telinga gak sakit?"

"Ini bukan airpods. Bentukannya saja yang mirip." Carl menjelaskan.

"Terus itu apa?"

"Aku tidak ingat namanya, tapi ini melindungi telinga dari kotoran atau tekanan berlebihan dari helm."

"Oh gitu." Jones ngangguk. "Terus lu masih bisa dengerin gua tadi?"

"Kau itu teriak-teriak, tentu saja aku bisa mendengarmu."

Jones:

"Sori ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sori ya. Gua gak tau."

"Iya, gapapa."

Baru mau ke kelas, tiba-tiba ada yang nelpon Jones.

"Ya Allah, ni anak gak bisa nunggu." Jones ngambil ponselnya di kantong, tapi langsung kena mental. Bukan Ramirez yang nelpon, tapi Pak Richard. "Mampus gua."

"Halo, Pak?" Jones ngangkat telpon.

"Assalamualaikum, Vid."

"Waalaikumsalam, Pak. Kenapa ya?"

"Carl udah dateng?"

SMA Criminal Case | Kelas X-3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang