Bab #2

33 3 0
                                    

“Eh?” Jones mengerutkan dahinya. “Kenapa kita sekarang menuju kuburan?”

Yap, tadi niatnya Jones mau ngantar Carl pulang dulu, urusan dia hengout sama Roxie dan Gabriel bisa dipikirin nanti-nanti. Carl berbaik hati ngasih dia petunjuk jalan, loh, kok malah nyasar ke kuburan?

Carl mengangguk samar. “Berhenti.”

“Tapi-”

“Sekarang juga.”

Jones mendengus, tapi dia memutuskan untuk menurut. Mereka berdua turun di antara batu nisan yang tak banyak jaraknya.

Bulu kuduk Jones meremang. Apa yang sebenarnya akan mereka lakukan disini?

Carl berhenti di sebuah lapangan luas yang di tengahnya ada sebuah patung berbentuk malaikat bersayap yang terbuat dari batu marmer. Jones ikut berhenti, sambil membawa motornya.

Lengang. Carl hanya berdiri membelakangi Jones.

Jones sebenarnya ingin bertanya, tapi baru aja melangkah, DOR! Ada petir yang entah dari mana menyambar dekat lapangan luas itu.

Jones panik, berusaha mencari tempat persembunyian, tapi gak berhasil.

Di saat dia saking paniknya, saat itulah dia melihat sesuatu yang ganjil. Carl bahkan tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Bersuara pun tidak.

“Carl! Apa yang sedang terjadi?” Jones berseru, berusaha mengalahkan suara gemuruh petir.

Tidak ada jawaban. Jones menepuk dahi. Pasti orangnya mulai budeg.

Petir terus menyambar, hingga pada satu titik, tubuh Carl tiba-tiba bergetar pelan, terangkat ke udara, lantas dia meraung kencang.

Splash!

Lima meter dari tanah, seberkas cahaya tiba-tiba menyelimuti tubuh Carl, dan saking besarnya, cahaya itu juga menyelimuti tubuh Jones. Area lapangan itu menjadi bola lampu raksasa untuk sesaat.

Sesaat. Cahaya itu berangsur-angsur pudar, kemudian benar-benar hilang. Jones masih membeku di tempatnya.

Lah, si Carl, dia santai mendekati Jones. Seperti biasa, ekspresinya datar nan tenang.

Dia menatap tajam Jones yang masih membeku.

“Hei.” sahut Carl pelan.

Jones langsung berkedip, geleng-geleng kepala buat ngusir mimpi buruk.

Dia menatap Carl. “Apa itu barusan?”

Carl tidak langsung menjawab. Dia menatap Jones lebih tajam lagi, lalu berbicara, “Ada baiknya jika kau berjanji tidak memberitahukannya pada siapapun.”

Jones mengangguk. “Gue janji.”

Carl menutup matanya, keknya dia menyesal mengatakan itu kepada Jones. Tapi baiklah, dia juga udah ketahuan lebih dulu.

Carl menghembuskan napas panjang, lantas menatap Jones sekali lagi. “Jika aku memberitahumu, kau akan menceritakannya pada temanmu yang lain.”

Jones bersikeras, tapi Carl lebih dulu menutup mulutnya. “Aku akan menceritakannya besok di sekolah. Bawa teman-temanmu. Setuju?”

Jones mengeluh dalam hati, tapi dia sih iya-iya aja.

“Bagus. Sekarang kau bisa pergi, tetapi jangan lewat jalan yang tadi. Saranku, kau lurus, belok kanan, lurus di perempatan, lalu belok kiri atau kanan tergantung kau mau kemana. Ke kiri jika mau ke kafe, kanan jika ingin pulang.” Selintas senyum merekah di wajah Carl dan dia menambahkan, “Saat aku masih SMP, aku sering menghabiskan waktu disana. Dan aku pernah melihatmu bersama temanmu yang rambut sebahu.”

SMA Criminal Case | Kelas X-3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang