Best Part

160 33 10
                                    

Senyum itu terpatri dari paras ayu Jihan Alessandra pagi ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Senyum itu terpatri dari paras ayu Jihan Alessandra pagi ini. Mungkin perkataan orang itu benar, tentang cinta yang dapat meruntuhkan hatinya yang beku. Mungkin Jihan akan menyetujui perkataan orang jika cinta adalah hal terbaik yang semua orang bisa dapatkan di dunia ini.

Lagu Best Part dari Daniel Caesar itu terus menggema di ruang kantornya, seakan menggambarkan suasana hati Jihan pagi hari ini yang begitu bahagia. Semalam, setelah perbincangan panjangnya dengan Juan, entah mengapa ketakutan yang selalu bersarang di dalam benaknya semakin perlahan menghilang.

Overthinking is a pain killer, sebuah pepatah yang Jihan yakini jika ia masih terus berdiam di tempat yang sama dengan siklus yang tak pernah berubah. Tentang pikirannya yang selalu menciptakan skenario lain yang mampu membuatnya pusing dan ia sadar jika selama ini hal tersebut bukanlah hal yang sehat untuk jangka panjang.

Satu hal yang Jihan sadari yaitu, jika hidup itu adalah sebuah pilihan. Maka dari itu, mulai dari sekarang ia hanya ingin mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang positif. Hal yang mampu membawanya melangkah ke depan, mengukir kembali canvas putihnya dengan tinta hitam yang sempat tertunda bersama laki-laki yang perlahan-lahan membuat kepercayaannya kembali.

"Jadi gimana?" suara rendah laki-laki itu tiba-tiba muncul di ambang pintu yang berhasil membuat tubuh Jihan terkejut. "Kapan mau sebar undangan?"

Siapa lagi kalau bukan Hasan?

Jihan hanya mendengus mendengar perkataan seniornya yang kini bersedekap dada dan menyandarkan tubuhnya di samping pintu kantornya. Berpakaian necis layaknya bos Ibu Kota pada umumnya.

"Mana ada! Masih lama!" sahut Jihan dengan berpura-pura terlihat kesal. "yang ada lo Bang, gimana progres resepsi?"

Hasan hanya terkekeh kecil hingga menampilkan senyum lesung pipinya yang terlihat sangat menawan. "Aman. Kemarin gue sama Lea abis ngecek venue sekalian make sure fine dining, dekor, dan lain-lainnya."

Menganggukan kepalanya, Jihan memberikan afirmasi setuju kepada Hasan akan perkatannya. "Nice! Berarti gue udah harus beli baju kondangan dari sekarang nih."

Melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruangan, Hasan mendudukan dirinya di salah satu single sofa ruangan Jihan yang bermotif putih tulang dan bertemakan vintage itu dengan kaki kanannya yang menyilang ke atas kaki kirinya.

"Jadi, gimana progres lo sama Juan?"

"So far so good." Menaruhkan secangkir teh untuk Hasan, wanita itu juga ikut duduk di kursi seberangnya.

"Gue sekarang nggak mau mikirin hal di luar kendali gue aja sih, Bang," lanjutnya lagi. "Kayak, ya udah aja. What happened in the past, let it be in the past."

"Iya, emang harus begitu, Han." Hasan menyahuti perkataan Jihan dengan meniupkan teh yang masih terasa panas itu ke dalam mulutnya. "Memaafkan dan ikhlas adalah kunci buat menjalani hidup yang lebih baik."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 06 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love Me GoodbyeWhere stories live. Discover now