Crazy Night

286 28 23
                                    

Ponselnya terus berbunyi menampilkan notifikasi bar dari sang adik yang sudah menanyakan posisi kakaknya karena sebentar lagi prosesi wisudanya akan dimulai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ponselnya terus berbunyi menampilkan notifikasi bar dari sang adik yang sudah menanyakan posisi kakaknya karena sebentar lagi prosesi wisudanya akan dimulai. Sedangkan Jihan hanya menghembuskan nafasnya kasar dan melihat arloji di tangannya sebelum akhirnya ia menyambar kunci mobilnya dan berangkat sendiri tanpa menunggu laki-laki yang katanya ingin datang ke prosesi wisuda adiknya itu dua hari yang lalu.

Membanting sedikit pintu mobilnya, Jihan merasa kesal dengan Juan yang sama sekali tidak memberikan kabar bahkan membalas pesannya. Jika memang laki-laki itu tidak berniat ingin datang, seharusnya ia memberikan kabar kepada Jihan sehari sebelumnya dengan begitu Jihan bisa tahu dan tidak datang terlambat seperti ini. Terlebih jarak Jakarta - Depok yang bisa menghabiskan waktu selama satu jam di tengah macetnya Jakarta di jam rush hour seperti ini.

Tubuh mungilnya tergencet beberapa kali karena harus berdesakan dengan beberapa orang yang Jihan yakini merupakan wali dari teman seangkatan adiknya itu membuat Jihan harus menghembuskan nafasnya kasar sebelum akhirnya ia berhasil menembus kerumunan dan netranya menangkap sang adik yang tengah melambaikan tangan ke arahnya.

Berdecak kesal, Evan segera mengomeli Kakaknya yang terlihat anggun dengan menggunakan kebaya berwarna merah maroon. "Lo abis dari mana sih, Kak? Lama banget perasaan? Bukannya gue udah chat ya kalau wisuda gue mulai jam 10 dan estimasi kelar jam 12 siang?"

"Iya, sorry, lo tahu sendiri kan Jakarta semacet apa? Tapi gue kan pada akhirnya bisa nyampe juga ke sini ya walaupun telat lima belas menit."

"Ck, tapi tetep aja telat!" dengus Evan masih dengan wajah cemberutnya yang malah membuat Jihan terkekeh gemas.

"Ya udah, nggak usah ngambek gitu dong, nanti kita makan-makan enak ya habis ini? Gimana? Lo milih sepuasnya deh mau apa, gue yang traktir."

Mendengar kakaknya berniat untuk mentraktir itu membuat bibir Evan terangkat tipis. "Bener ya traktir apapun yang gue pengen?"

Menganggukan kepalanya, Jihan berdehem sembari tangannya merapikan rambut sang adik yang terlihat sedikit berantakan. "Iya, bener."

"Asik!" pekik Evan senang. Tak lupa ia mencium pipi sang kakak sekilas sebagai tanda terima kasihnya. "Makasih, Kak. Hehe." Hal itu hanya membuat Jihan menggelengkan kepalanya tak percaya.

"By the way, Kak Juan kemana, Kak? Dia nggak jadi dateng?"

Ah, ya, Jihan hampir saja lupa dengan kekesalannya terhadap laki-laki yang tiba-tiba menghilang itu hari ini. Karena hampir saja Jihan tak jadi datang ke acara wisuda adiknya apabila ia tidak nekat untuk berangkat sendiri dengan mobilnya.

"Nggak, dia masih ada acara."

Melihat kekecewan di mata adiknya, Jihan sebenarnya tidak tega apabila dirinya harus berbohong seperti ini. Terlebih lagi Evan itu sangat mengidolakan Juan bahkan ia bercita-cita ingin menjadi pilot juga karena Juan. Tapi siang ini Juan malah tidak jadi datang dan hanya memberikan harapan palsu kepada adik kesayangannya.

Love Me GoodbyeWhere stories live. Discover now