Messy Hair, Messed Up Heart

411 26 6
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Suara bising yang terdengar dari sudut dapurnya itu berhasil membangunkan laki-laki yang kini menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang dengan memegangi kepalanya yang terasa pening. Ia bahkan lupa berapa banyak gelas yang berhasil ia minum semalaman dan tak tahu bagaimana kini ia bisa berada di apartemennya.

Namun, seakan tak mau ambil pusing, Juan memilih untuk menyibakan selimutnya dan berjalan ke dalam kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci mukanya agar terlihat lebih fresh.

"Iya-iya bawel! Nanti kakak dateng, masih dua minggu lagi, kan?" Pertanyaan itu terlontar ketika pagi ini Jihan mendapatkan kabar dari sang adik jika sebentar lagi ia akan lulus dari gelar Sarjananya yang sudah ia tempuh selama tiga setengah tahun.

Ya, memang enam bulan lebih cepat dari teman-temannya sepantaran. Adik dari Jihan itu sangat ambisius, berbeda sekali dengan Jihan sewaktu kuliah dulu yang sering menghabiskan jatah alphanya untuk membolos kuliah.

"Awas aja ya lo kak kalau nggak dateng karena alesan sibuk!" dengus sang adik dengan nada mengancam seakan memberikan ultimatum kepada kakaknya yang sering sekali melupakan janjinya karena alasan pekerjaannya yang menggunung.

Terkekeh gemas, Jihan lagi-lagi meyakinkan jika dirinya tidak akan melupakan janjinya jika sudah berurusan dengan hari bersejarah sang adik. "Iya, beres. Nanti gue dateng. Ya udah ya, gue lagi masak nih, takut gosong."

"Tumbenan banget masak, lagi kesambet lo?" Bukannya menjawab, wanita itu justru langsung memutuskan teleponnya secara sepihak.

"Siapa, Ji?" Menoleh kaget, Jihan hampir saja melemparkan spatula serta menumpahkan sayur sop yang sudah matang itu dengan kondisi kompor yang masih menyala.

Berdecak dengan menampilkan raut mimiknya yang kesal, Jihan lagi-lagi berbicara ketus dengan laki-laki di hadapannya. "Ck, nggak usah ngagetin kayak gitu bisa, kan?"

Tertawa lirih, Juan berjalan mendekat untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh wanita yang ia yakini telah membawanya pulang ke apartemennya dengan keadaan mabuk semalaman. "Ih! Awas nanti lo tuh bisa kena api, Juan!"

"Ya maap deh, napa sih marah-marah mulu lo pagi-pagi, lagi pms ya?" balasnya dengan balik kesal karena wanita di hadapannya itu sudah memberikan energi negatif yang walaupun sebenarnya sudah tidak asing lagi untuknya.

Memilih untuk mengabaikan, Jihan justru menyuruh Juan untuk duduk di kursi sembari dirinya kini tengah menyiapkan piring dan sayur yang sudah ia buat sebagai obat pengar bagi laki-laki yang kini menuruti perintahnya dengan duduk manis di meja makan.

"Nih, di makan. Gak mau tau harus abis soalnya gue udah ribet banget bikin ini dari subuh, mana jauh lagi harus ke Pasar gue belanjanya," gerutunya yang hanya dituruti oleh Juan yang kini tengah menyuapkan sendok pertamanya ke dalam mulutnya.

Hening dan tidak ada satupun dari mereka yang memulai percakapan, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang memenuhi ruangan tersebut. Mereka memilih untuk memfokuskan kegiatannya untuk menghabiskan makanan di piring masing-masing.

Love Me GoodbyeWhere stories live. Discover now