Jika Thailand Zio bisa mengerti, karna bagaimannapun keluarga pramidita pernah menetap di Thailand dan masih memiliki mansion Disana, yang suatu saat akan Zia kunjungi pastinya.

Namun untuk Korea dan Jepang dirinya tak yakin.

Jujur saja Leonzio kurang berminat dengan negara-negara Asia. Seluruh bisnisnya berada di negara-negara Eropa.

Namun semenjak putrinya di temukan di salah satu negara Asia, Indonesia. Membuat zio membangun bisnisnya disana.

Awalnya ia tak ingin, bahkan kesal karna merasa putrinya menderita di negara tersebut.

Namun, setelah mendengar ucapan putrinya, yang mana di sana juga banyak orang-orang baik yang menolongnya tanpa memandang jijik dirinya, membuat perasaan Zio melunak.

Memang begitu adanya, tak jarang ketika Zia masih menjadi pemulung, banyak orang-orang baik yang membagi makanannya, atau apapun itu untuknya.

Padahal Zia juga tau diantara orang-orang baik yang menolongnya tidak semuanya terlihat berkecukupan, bahkan ada bapak-bapak yang sama-sama memulung kardus bekas dan botol bekas dengan menggunakan gerobak. Namun, beliau masih berbagi sedikit makanan untuknya ketika melihat Zia yang benar-benar kelaparan kala itu.

Belum lagi pengalaman hidup baby ana yang asli. Banyak orang baik yang menolongnya meski hanya berupa makanan atau pakaian bekas.

Karna itu Zio membangun yayasan yang berfungsi untuk membantu anak-anak di jalanan.

Meskipun keluarga Skelton terkenal sebagai salah satu keluarga mafia terkemuka, yang sangat di segani di dataran Eropa.

Namun, mereka tak pernah memperdagangkan manusia, apalagi anak-anak kecil.

Meskipun tidak ada mafia yang baik di dunia ini. Namun, Skelton Sangat anti memanfaatkan anak-anak.

Organisasi Mafia mereka hanya bergerak di bidang penyedia perlindungan maupun keamanan dengan bayaran termahal, memperjualbelikan persenjataan. Dan penyedia informasi paling akurat. Itu belum semua, namun tak perlu di sebutkan. Lambat laun semua akan mengerti.

Meskipun perusahaan Skelton berdiri di bidang persenjataan tempur dan sebagainya. Namun tak semua jalur penjualannya menggunakan jalur bersih dan legal.

Bagaimanapun mereka adalah mafia. Namun, meski begitu tak ada pihak pemerintah yang mampu membekuk keluarga Skelton. Karna pemerintah pun memerlukan kekuasaan Skelton untuk kepentingan mereka.

Beginilah cara kerja dunia. Semua harus saling menguntungkan.

Meskipun tidak bisa membantu seluruh anak-anak malang di negara itu. Namun, Zio ingin setidaknya beberapa anak beruntung, sehingga Mampu hidup nyaman dengan pendidikan yang nyaman juga. Dengan yayasan yang ia bangun, mendapat sambutan hangat dari pemerintah setempat. Dirinya tak mengambil pusing hal itu, mau bagaimana orang-orang itu mengatur yayasannya, ia tak perduli.

Yang pasti jika salah satu dari mereka menyalah gunakan yayasannya. Ia tak akan memberi kesempatan dua kali.

Zio juga mengatur orang-orangnya untuk berada di yayasannya, ia benar-benar ingin, anak yang benar-benar tidak mampu, dan dari jalananlah yang merasakan kehidupan nyaman melalui bantuan yayasannya.

Suatu saat yayasan ini akan ia berikan ke putrinya, agar putrinya juga melihat jika Daddynya ini orang baik.

Memikirkan itu membuat zio tersenyum bangga.

Memperhatikan putrinya yang tertidur lelap. Zio juga turut memejamkan matanya dan menyusul ke alam mimpi.

Kedua ayah dan anak itu tidur dengan tenang.

••••••••••••••

"Daddy, bangun. Cepat bangun"

Sebuah suara membangunkan Zio dari tidur nyenyaknya.

Ketika membuka mata dapat ia lihat putrinya yang terbangun sambil mengguncang tubuhnya keras.

"Kenapa baby, ini masih gelap gulita" ucap Zio dengan mata mengantuk. Namun Zio tetap bangun dan menyadarkan pikirannya.

"Daddy, ada orang" bisiknya pelan sambil merapatkan tubuhnya pada Daddynya dan menatap sekitar

Zio yang mendengar ucapan putrinya, waspada seketika.

Dirinya tak menyadari jika ada hal yang salah. Padahal Zio memiliki pendengaran yang sangat tajam.

Namun sepertinya karna ia tidur bersama putrinya, sehingga membuat tidurnya sangat nyenyak dan lelap.

"Sstt.. baby jangan panik" bisik Zio

Zia hanya mengangguk patuh dan tetap duduk di ranjang tersebut.

Terlihat Daddynya yang berjalan perlahan tanpa suara menuju sebuah meja rias.

Zio segera mengeluarkan pistol miliknya dan mengeluarkan satu pistol kecilnya dari sebuah laci.

"Baby pegang ini erat-erat. Jika terjadi sesuatu segera tembak segera. Tidak perlu khawatir. Mereka yang menyusup adalah orang jahat. Kita berhak untuk membunuhnya" ucap Zio seperti menjelaskan kepada anak kecil yang bisa di bohongi

Zia juga tau ini adalah cara dari Zio Agar tak membuatnya takut atau berpikir yang tidak penting.

Dirinya juga menyadari, semenjak menjadi anak seorang mafia, pastinya kehidupannya tidak akan senormal dulu.

Dirinya bukan orang naif yang akan menangis atau dengan lantang mengatakan pembunuhan itu hal yang salah.

Bagaimanapun, dilingkungan seperti ini. Jika bukan kita yang membunuh, kita lah yang akan di bunuh.

Dirinya juga bukan orang naif yang berpikir jika berhenti dari dunia hitam maka semuanya akan baik-baik saja. Dan dapat menjalani kehidupan normal.

Tidak!! Mau berhenti ataupun tidak, musuh akan tetap ada, justru semakin lemah pertahanan yang kita miliki semakin membuat musuh-musuh itu dengan mudah mencelakai mereka.

Zia sangat memahami itu.

"Baik Daddy. Sepertinya diluar sangat banyak langkah kaki. Meskipun mereka mencoba meringankan langkah mereka. Namun Zia masih bisa mendengar jelas" bisik Zia

Zio mengangguk mengerti. Karena ia juga mendengarnya.

Zio juga menatap bangga putrinya, ternyata putrinya menuruni pendengaran tajamnya.

Padahal itu karna Ziana yang hidup sendirian dulu, terutama karena ia adalah seorang perempuan. Membuat nya selalu waspada pada sekitar.

Karna itu pendengaran tajamnya terbawa meskipun ia telah berpindah raga.

Suara sekecil apapun Zia akan segera bangun dari tidurnya, meskipun ia kelelahan.

Zio dan Zia berjalan beriringan menuju balkon kamar. Dapat mereka lihat di bawah sana terdapat banyak orang berpakaian hitam yang sedang beradu tembak dengan para bodyguard Skelton.

Mata elang Zio mengamati segalanya. Begitupula Zia. Meskipun ini pertama kalinya melihat adegan berdarah secara langsung, namun ia tak gentar.

Bagaimanapun usianya telah dewasa.

Mereka berjalan keluar pintu kamar, Zio berencana membawa putrinya ke ruang rahasia mereka di bawah tanah.

"Jangan lepaskan tangan Daddy, mengerti" ucap Zio dengan pandangan yang menatap waspada sekitar

"Baik Daddy" Zia patuh dan menggenggam erat tangan Daddynya

Mereka berjalan menuju lantai bawah menggunakan tangga.

Ketika Zio sibuk memperhatikan kedepan dengan pistol di tangannya Zia menoleh kebelakang dan membelalakkan matanya.

"DADDY AWASSSSS!!!" Teriaknya

Zio terkaget dan segera menoleh kebelakang

DORRRR DORRRRR

TBC~
👇 VOTED!!! YEAYYYYY KOMEN JUGA YAAAAAAA. 1,4K WORD PUAS KAN? PUAS LAH HARUSNYA XIXIXIXIXI

Ziana Second Life  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang