MARLBORO-3

4.3K 253 29
                                    

MARLBORO-3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

MARLBORO-3

"Arsen sama Gevan lama amat di dapur, lagi ngapain mereka berdua?," Tanya Cigar yang menyadari bahwa tak ada mereka disana.

"Lagi pacaran kali," Jawab Kiano santai yang sesekali menyesap soda kaleng miliknya.

BRAK

Suara gebrakan meja dari Tejo membuat mereka semua terkejut, bahkan air soda yang Kiano minum kini sudah menyembur ke kartu UNO di atas meja.

"Yang bener aja lu, No. Jijik banget." Ujar Julak menatap cipratan air soda yang terkena kearah kartu UNO yang berjejer di atas meja. Kiano cuma bergumam maaf beberapa kali sambil ngelapin mulutnya.

"Dan lu, lu kenapa, Jo?" Lanjutnya bingung.

"No, lu jangan sembarangan. Gua tau yang lu omongin itu unsur bercandaan, tapi gua takut kalo itu bakal jadi kenyataan." Ujar Tejo menatap Kiano dengan tatapan kesal.

"Apa?," Jawab Kiano, jujur dia masih belum paham.

"Masalah Gevan sama Arsen yang pacaran." Jawab Cigar. Cigar ini tipe laki yang peka, cita-cita mau jadi psikolog, katanya.

"Apa salahnya?," Tanya Julak.

"Gua gamau punya temen homo!" Tegas Tejo, pemuda Jawa itu sangat anti dengan sesuatu yang berbau LGBT, apalagi misal temennya jadi salah satu pelaku.

"Cinta kan gak ada yang tau, Jo." Jawab Kiano.

"Tetep aja, intinya gua bakal bikin kalian tetep normal, jangan sampai jadi gay menjijikan." Ujar Tejo penuh ketegasan.

"Menurut lu, Gay itu gak normal?," Tanya Julak.

"Tentu, gay itu sampah. Gua benci gay, jangan sampai ada temen gua yang menjerumus ke hal yang menjijikan kaya gitu." Ujar Tejo.

Semuanya terdiam, terlebih lagi Kiano.

++++

"Hubungan lu sama Liza itu sebenernya apa, Sen?," Tanya Gevan kembali. Sesapan Arsen seketika berhenti, kemudian ia menggosok sebelah tangannya.

"Lu ngerasa dingin gak, Pan?," Tanya Arsen yang mencoba mengalihkan topik lagi, ia seolah menghindar jika ditanyai Gevan tentang hubungan dia dengan perempuan bernama Liza itu.

"Lu kalo dingin mending masuk duluan aja dah, gua lagi pengen disini dulu." Ujar Gevan dengan cuek, ia menjawab tanpa menatap kearah sang lawan bicara.

Arsen berdehem sejenak, "Gua masuk duluan ya." Ujarnya.

Gevan hanya berdehem.

Langkah Arsen kini terdengar semakin menjauh, setelahnya Gevan menunduk, menghembuskan nafas penatnya.

"Kenapa lu selalu ngehindar pas gua tanya soal hubungan lu sama Liza, Sen?," Monolognya.

"Kalopun ada hubungan, kenapa disembunyiin. Dan semisal gak ada ya tinggal jawab gak ada." Lanjutnya.

"Lu selalu bikin gua bingung, Sen."

Setelah mengatakan itu, Gevan mendengar suara benda jatuh dari balik tubuhnya, seketika bulu kuduk Gevan meremang, ia memeluk tubuhnya sendiri sembari menggosok tepi lengannya yang mengenakan kaos pendek.

Menoleh kesana kemari, berusaha mencari tahu apakah ada sosok hantu, tak kuat lama-lama disana, ia kembali masuk kedalam basecamp. Melangkah menuju ruang tengah dimana teman-temannya berkumpul.

"Pan, ngapa baru masuk?" Tanya Cigar.

"Pengen aja, gua sekalian nenangin diri tadi." Jawabnya santai namun sesekali melirik kearah Arsen yang juga dengan menatap kearahnya.

"Gua mau balik, kangen mama." Ujar Gevan dan mengambil kunci serta jaket kebanggaannya. Ia menghampiri teman-temannya guna mengetosi satu persatu dari mereka, sampai dimana itu bagian Arsen, secara singkat tanpa minat, Gevan mengetosi kepalan tangan Arsen dengan raut wajah datar. Sebagai penutup, ia pamit kepada mereka semua.

"Hati-hati anak mama!" Sorak mereka, kecuali Arsen.

Tanpa Arsen dan Gevan sadari, ada dua pasang mata yang sedari tadi mengawasi tingkah aneh keduanya. Baik waktu Arsen yang baru kembali dari taman belakang, dan gestur perilaku Gevan tadi.





MARLBORO Where stories live. Discover now