5. Lelaki Bertopeng Harimau

25 9 0
                                    

Suara Bel pulang hal paling di tunggu-tunggu anak sekolah. Kini Raihan menaiki motornya sendiri, ia sebenarnya ingin mengajak Queen namun mengingat perkataan gadis itu beberapa waktu lalu ia urungkan.

"Untung sayang, gue nggak akan nyerah dapatin hatinya," tekat Raihan menghidupkan mesin motor lalu melongos begitu saja dari parkiran.

Di persimpangan, belokan jalan ia berhenti di sebuah warung dengan beberapa orang memakai baju hitam menatapi dirinya.

"Bu, ini satu ya!" ucapnya menunjuk sebuah Aqua botol berisi penuh. Ia pun meminumnya seketika tenggorokan kering menjadi segar.

Setelah membeli Aqua tersebut, Raihan merasa orang-orang di sana menatap sinis kepadanya. Ia menghampiri dan bertanya.

"Om, kenapa liatin saya kayak gitu?"

Lelaki paruh baya itu tersenyum miring, lalu menjawab, "Kebetulan korbannya datang sendiri."

"Gue Om?" Raihan menunjuk dirinya sendiri.

"Siapa lagi kalo bukan kamu bocah tengil."

Tanpa aba-aba kelima laki-laki di sana langsung menangkap tangannya belum Raihan melawan dia sudah di keroyok.

"Eh, kok mainnya keroyokan. Kalo laki lawan satu-satu dong!" protesnya mendengus kesal. "Lepasin gue, Om."

"Kita bukan Om kamu."

Raihan terkekeh pelan seolah tak takut akan terjadi sesuatu yang buruk.

"Gue nggak bisa bela diri sialan! Nyesel gue dulu di suruh Ayah belajar karate malah bolos terus," batinnya menggerutu kesal.

"Sekarang kamu ikut kita! Nggak ada penolakan lagi, kamu nggak bisa lepas dari kita, haha." Tawa salah dari mereka tepat di wajah Raihan.

Ia membuang muka, jujur hawa di sini sangat tidak menyenangkan.

"Udah deh Om, jangan ketawa di depan gue. Bau tau!"

Sedangkan teman lainnya menahan tawa karena anak tengil ini sangat tidak bisa di atur.

"Diam kamu atau kamu akan mendapatkan akibatnya."

"Idih, jangan gitu deh Om. Jelek banget mukanya, sok bengis segala," kata Raihan menoleh ke samping.

Lelaki yang berambut cokelat dengan kesal tempeleng Raihan untuk diam.

"Jika banyak omong lagi, saya buang kamu ke sungai."

"Ihhh takut," ledeknya dengan senyum tengil.

Salah satu dari mereka meminta lakban ke warung sambil mengancam sehingga di kasih begitu saja, Raihan melihat itu menatap remeh kelima lelaki itu.

"Alah cuma lakban doang, Om kalo mau saya kasih duit bilang aja tapi lepasin, okey?"

"Banyak bacot," serunya menarik lakban itu dan memotong menempeli ke mulut Raihan biar diam.

"Nah, ini baru benar."

Kelima lelaki itu saling bertos ria, Raihan juga sudah mengomel di mana ia tidak bisa berkata-kata lagi. Hanya bisa. "Mhhh mhhh."

"Jangan banyak bicara lagi, kita harus selesaikan tugas ini."

Di angguki yang lain, mereka pun menelpon Bos mereka jika misi mereka selesai.

"Bos, kita sudah mendapatkan korban," ucapnya lalu mematikan ponsel karena sudah melaporkan apa di perintahkan oleh atasan mereka.

Kelimanya langsung menarik tubuh Raihan hingga mendorong paksa ke mobil, Raihan hanya bisa memberontak sekali-kali ngereog tapi kalah dengan kekuatannya. Mobil tersebut melaju cepat meninggalkan motor milik Raihan di sana.

Asmara Abu Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu