3. Rebutan

19 9 0
                                    

Tiba-tiba dia pusing mengingat ancaman Kakak kelasnya, setelah acara perkenalan para OSIS dia di tarik paksa oleh sahabat Kakak kelas itu.

Entah kemana namun hatinya sangat tidak karuan hingga di sebuah kelas kosong yang tidak di huni, ada tiga gedung khusus untuk setiap kelas dari kelas satu sampai kelas tiga.

Tapi ruangan tidak di huni juga itu juga terpisah, dan Queen benar-benar terjebak di situasi sulit. Memang tadi Eka dan lainnya, mengajak Queen untuk istirahat tapi dia ketinggalan sehingga terjadilah seperti sekarang.

Silvia mendorong bahu Queen hingga mentok ke dinding menatap tajam mata hitam di depannya dengan intimidasi.

"Gue udah bilang jauh-jauh dari Raihan! Lo punya telinga nggak sih? Atau lo mau gue hancurin sekarang?"

Sedangkan kedua gadis lainnya memakan kacang seolah menonton sebuah film, Analiza kini maju mencengkram dagunya.

"Hm, mungkin lo belum tau kita jadi kita harus kasih tau, lo hanya Adik kelas jangan main-main sama kita walau ada satu yang agak waras masuk OSIS dia juga jarang bareng kita," ucapnya datar melepaskan dagu itu dengan kesal.

Kini giliran Naila tersenyum ramah tapi tiba-tiba wajahnya berubah menyeringai lalu mengeluarkan sesuatu di dalam tasnya.

"Lo tau? Kita baru ketemu tapi kita akan ingat lo terus," kata Naila memotret gadis cantik itu yang tercengang.

Mulutnya sedikit terbuka karena terkejut belum lagi Silvia tiba-tiba menarik rambutnya dan mendorong sampai terjungkal ke belakang.

"Foto lo bisa gue sebar atau edit dengan hal memalukan," ujarnya mendekati Queen meringis kecil karena suara tersebut Queen menegang di tempat tidak bisa berkata apa-apa lagi selain pasrah.

"Ingat kata gue, lo hanya jalang kecil yang hanya menghancurkan hubungan orang."

"Dah, jangan nangis ya," sahut Naila mengejek mengikuti kedua sahabatnya pergi dari tempat tersebut.

Queen bernapas lega untuk sesaat dan untungnya mereka tidak mengunci dari luar sehingga dia bisa keluar walau sedikit trauma.

Di lain tempat Raihan menopang dagunya mengingat kejadian beberapa waktu lalu, menggemaskan sekali pikirnya.

Ia juga menggigit bibir bawahnya menahan salting hingga membuat telinganya sangat merah, sedangkan Revan memperhatikan mengumpat dalam hati melihat ekspresi menggelikan itu.

Revan dengan jahil tempeleng lelaki itu yang menoleh galak, sontak seluruh kelas tertawa terbahak-bahak.

Apalagi Nazwa mendekat yang menyukai duda ganteng, Raihan mengetahui itu kicep takutnya Ayahnya di gebet Nazwa.

"Jangan dekat-dekat gue! Sekali lagi jauh-jauh! Ayah gue setia sama Bunda," katanya melongos mengalihkan pandangan ke Revan.

Gadis itu mengumpat ikut tempeleng Raihan yang memiliki mulut tidak tau diri itu.

"Jaga omongan lo! Dih, siapa juga pengen punya anak tiri kayak lo. Tapi karena lo udah negatif thinking liat aja Ayah Barone akan jadi Suami gue," tekatnya membuat Raihan berdiri sendiri.

Baik Revan hanya tertawa puas karena apa yang di katakan Nazwa malah membuat Raihan mendengus kesal.

"Nggak boleh!"

"Lo sendiri ya bilang, liat aja Ayah lo akan berlutut di kaki gue."

"Idihh, nggak akan dan nggak akan pernah."

Setelah perdebatan itu Raihan keluar merajuk layak anak gadis, Revan mengikuti langkah Raihan sambil tertawa ngakak.

***

Asmara Abu Where stories live. Discover now