4. Gue Pamit

24 9 0
                                    

Hanya sehari MOS kali ini tidak biasanya seperti dulu harus di lakukan selama seminggu, alasan di balik itu semua karena kepala sekolah ingin anak didik untuk lebih cepat melakukan pembelajaran.

Pembagian kelas juga di lakukan hari ini, kemarin Revan menyuruh seluruh anak didik baru membuat surat cinta untuk Kakak kelas. Sehingga Queen mencak-mencak dia harus memberi ke siapa sampai akhirnya dia tulis saja yang menurutnya cocok.

Dan gilanya tidak boleh sesama jenis kelamin, harus di kasih ke lawan jenis. Saat ini langkah Queen menuju ruangan OSIS, saat masuk dia hanya melihat Revan. Sungguh dia bersyukur kali ini tidak bertemu Raihan yang suka menggodanya.

"Kak, suratnya jangan di baca ya," katanya menunduk malu takut sekali kalo surat itu di baca orang-orang.

Revan terkekeh pelan. "Terus di suruh buat surat untuk apa? Ya, untuk di bacalah," balas Revan sewot.

"Tapikan, gue malu Kak."

"Ya udah, jangan malu atau jangan-jangan buat Kakak OSIS lo taksir," godanya memainkan alis.

"Ihh, nggak Kak."

"Hahaha, gemes banget sih nih bocil." Revan tanpa sadar mencubit pipi chubby Queen.

Tanpa sengaja Queen menepis, dia meneguk ludahnya menatap takut Revan. "Maaf Kak, gue reflek beneran." Queen mengangkat tangannya membentuk 'V'.

Sedangkan lelaki itu malah terkekeh merasa hal itu lucu, dia juga tidak merasa tersinggung karena mengetahui hal itu kurang sopan.

Di beda tempat laki-laki itu mendorong pelan kepala sang gadis yang menempel padanya.

"Please, geseran dikit Sen," risihnya mendorong lagi dan lagi tapi tidak membuat Silvia menyerah.

Walau kemarin dia sudah di tolak, kali ini Silvia maju lagi tanpa gentar.

"Lo nggak sadar? Banyak yang liatin," keluh Raihan meringis menahan malu.

"Gue nggak akan sadar kalo sama lo, bahkan gue malu-maluin sekalipun. Lo hanya milik gue, Rai."

"Astaga! Lo harus di ruqyah biar cepat sembuh."

Gadis cantik itu tersenyum manis, mendongak menatap wajah lelaki itu. "Gue nggak butuh itu semua yang gue butuhin cinta lo."

Darahnya seketika naik atas ubun-ubun, menyingkirkan tangan Silvia dengan kasar lalu ia pergi begitu saja dari sana meninggalkan gadis cantik itu mendelik tak terima.

"Ihh! Gue nggak akan nyerah, Rai. Lo harus inget, gue Silvia akan selalu berusaha buat dapatin cinta lo," teriaknya sembari menghentakkan kaki.

Ada anak laki-laki yang lewat gemas sendiri dengan raut wajah Silvia tapi sayang gadis itu tidak akan mau berurusan dengan mereka selain dengan Raihan.

***

"Aduh, capek banget ya?" keluhnya mengatur napas naik turun, kini gadis cantik itu dengan ketiga teman barunya mendapatkan hukuman.

Sebab, mereka tidak sengaja menabrak seorang guru sambil menggosipkan orang tersebut secara terang-terangan.

"Lo tau nggak, Pak Anjir? Gue di kasih tau Kakak kelas kalo Pak Anjir itu nyeremin ihh," cibirnya yang tak lain Hawa gadis yang bertubuh lebih pendek dari yang lain memiliki wajah Babe Face.

"Yahh, gue dengar-dengar Pak Anjir itu kumisnya panjang gitu terus orangnya galak mungkin, ya ampun!"

"Itu beneran?" sambar Chaya ikutan menyempil ngibahan keduanya.

Queen hanya senyum-senyum saja karena bingung harus berkata apa tentang guru itu.

"Terus, gue juga sempat tau dari Kak Revan kalo Pak Anjir itu pemarah dan jelek orangnya."

Asmara Abu Onde histórias criam vida. Descubra agora