BAB 11. Tak bisa tahan

262 5 1
                                    

Tubuh Affandi membeku saat melihat Hera datang memasuki ruang rawat inap Keisya. Biasanya dia merasa senang dengan keberadaan Hera, namun kali ini justru kebalikannya. Apalagi saat ini Hera datang membawakan Keisya lip balm yang semula dia beli untuk Hera pakai sehari-hari, sedangkan untuk hari-hari tertentu dia belikan beberapa pewarna bibir yang warnanya lebih menyala.

"Lo ngapain ke sini, Ra? Terus... Kenapa lipbalm-nya bisa ada sama lo?" tanya Keisya, membuat Affandi semakin panik saja.

"Aku datang ke sini karena di sekolah gak lihat Kak Keisya, terus dengar-dengar Kak Keisya izin pulang karena sakit. Eh aku gak sengaja temuin lipbalm di luar ruangan, apa ini lipbalm yang kari cari?" tanya Adelia sembari menatap Affandi dan Keisya.

"Apa itu lipbalm-nya, Om?" tanya Keisya.

"Iya, itu lipbalm-nya." Affandi langsung mengambil alih pelembab bibir yang sedikit memiliki warna tersebut dari tangan Hera. "Makasih ya, Hera."

"Sama-sama, Om. Lain kali jangan sampai ketinggalan lagi, ya," balas Adelia kemudian mengedipkan mata Hera dengan genit, membuat Affandi kembali menegang.

Berbeda dengan Keisya. Dia menunduk merasa cemas, apa yang dia bicarakan dengan Affandi terdengar oleh Hera saat masih berada di luar.

"Oh ya, Ra. Tadi kamu di luar dengar apa aja?" tanyanya.

"Aku cuma dengar Kak Keisya minta ditunjukin lipbalm, terus Om Affandi diam aja kayak orang kebingungan," jawab Adelia berbohong karena sebenarnya, dia mendengar semua percakapan antara suami dan gundiknya itu yang berseteru karena noda lipstik di kerah kemeja yang dikenakan Affandi.

"Tapi kenapa lo bisa tau di mana ruang rawat gue?" tanya Keisya sambil menyipitkan mata, menatap Adelia seolah sedang menyelidikinya.

"Aku datang ke rumah kalian, tapi di sana sepi. Jadi, aku mutusin buat coba cari-cari ke beberapa rumah sakit. Sempat salah cari di beberapa rumah sakit lainnya, tapi pas aku cari nama Kakak di sini, aku langsung dikasih tau di mana ruangan Kak Keisya dirawat sama susternya," jelas Adelia sedikit mengada-ada. Karena sebenarnya dia hanya mencari nama dan ruangan Keisya dirawat, sedangkan rumah sakitnya sudah tahu dari Affandi.

"Oh gitu, ya." Keisya mengangguk-angguk sebagai tanda mengerti.

"Makasih ya, Ra. Lo perhatian banget sama gue," ucap Keisya.

"Sama-sama, Kak. Tapi aku justru ngerasa gak enak karena datang ke sini gak bawa apa-apa buat Kak Keisya.

"Enggak apa-apa, Hera. Lo datang ke sini aja udah buat gue senang," tukas Keisya.

Adelia mengulas senyum di wajah Hera dengan paksa, lalu dia menyerahkan lip balm kepada Keisya.

"Pakai, Kak. Biar Kak Keisya gak pucat, terus cowok yang Kak Keisya suka ...." Adelia menjeda ucapan sambil melirik ke samping menatap Affandi.

"Gak berpaling ke cewek lain," lanjutnya berhasil membuat Affandi tersindir hingga tersedak ludahnya sendiri.

"Aduh... Om Affandi kenapa bisa tersedak? Tunggu sebentar," pinta Hera. Buru-buru dia mengeluarkan botol minumannya dari dalam tas lantas menyerahkannya kepada Affandi.

Affandi menerima botol tersebut sembari melirik Keisya, merasa ragu untuk meminum air dalam botol milik Hera.

Keisya mengangguk sebagai tanda memberikan izin kepada Affandi.

"Minumnya gak aku kasih racun kok, Om. Aku juga gak penyakitan. Om Affandi tenang aja." Hera mengerlingkan mata genit, membuat Affandi harus mati-matian menahan senyum.

"Lo baik banget sih, Hera. Selain lo perhatian sama gue, lo juga perhatian sama Om gue," ucap Keisya.

"Oh ya jelas. Mbak harus baik biar bisa bikin kamu kecewa berat setelah tau kalo Hera yang kamu lihat baik ini, hanya ingin menghancurkan hidup kamu dan penghianat ini," balas Adelia dalam hati.

Gundik Di RumahkuWhere stories live. Discover now