BAB 5. Mendekati pelakor

342 12 1
                                    

"Oh. Maaf kalo aku jadi nakut-nakutin Kakak," ucap Adelia pada Keisya.

Terpaksa Adelia harus menyebut Keisya dengan sebutan 'Kakak' karena saat ini Adelia sedang bersemayan di tubuh Hera, gadis yang usianya satu tahun lebih muda dari Keisya, juga merupakan adik kelas dari gundik suaminya itu.

"I-iya, gak papa. Gue dengar, kemarin-kemarin lo gak masuk sekolah karena masuk rumah sakit, ya," tanya Keisya memastikan.

"Apa ada hubungannya Hera sama si Keisya? Sampe si Keisya peduli sama si Hera begini," batin Adelia.

"Sebelumnya, nama lo siapa?" tanya Keisya.

"Hera," jawab Adelia.

"Oh iya, Hera. Jadi begini, kemarin gue cari lo, gue pengen beli kue yang lo jual. Gue senang lo akhirnya bisa masuk sekolah dan jualan lagi," ungkap Keisya sembari menjatuhkan pandangan ke semua kue di keranjang yang dibawa Adelia.

Adelia menyeringai melihat ekspresi di wajah Keisya saat melihat kue-kue yang akan dijual hari ini. Keisya terlihat menelan ludah susah payah seolah semua kue buatan Mama tirinya itu sangat lezat baginya.

"Kakak mau beli kue jualan aku?" tanya Adelia mencoba memancing Keisya.

"Iya, gue mau. Gue mau borong semua kue ini, jadi lo jangan jual ke siapa pun ya. Gue... gue tiba-tiba kepengen banget makan kue jualan lo," jawab Keisya antusias.

"Kakak lucu banget sih. Mau beli kue jualan aku udah kayak bumil lagi ngidam aja deh," tukas Adelia berusaha menyindir Keisya, hanya saja dibarengi kekehan agar terdengar seperti gurauan saja.

Tawa Keisya mengalun terdengar garing. Keisya merasa tersindir, namun dia bisa apa? Tak mungkin baginya untuk marah pada Adelia. Sebab, semuanya bisa menjadi kacau bila Keisya mengakui bahwa dirinya merasa tersinggung dengan candaan Adelia tersebut.

"Jadi, semuanya berapa?" tanya Keisya mencoba mengalihkan topik.

"Kita masuk ke kelas dulu yuk, Kak. Biar aku enak aja ngitung semuanya."

"Oh ya udah, ayo!" seru Keisya.

"Eemm... Kak. Kalo boleh aku tau, apa Kakak mau makan semua kue ini sendirian?" tanya Adelia seraya melangkah beriringan dengan Keisya.

"Iya, kenapa?" tanya Keisya, lalu menoleh ke samping menatap Adelia yang dia lihat sebagai Hera.

"Kue sebanyak ini emang bakal habis dimakan sendirian, Kak?"

"Habis, tapi gak dimakan sekaligus."

"Aduh... Mending jangan dimakan nanti-nanti. Soalnya kalo terlalu lama dibiarin, rasa kuenya mungkin bakalan kurang enak, Kak," jelas Adelia.

"Yahh... Terus gimana dong?" Keisya menatap Adelia, kedua alisnya nyaris bertaut merasa sedih.

"Tenang, Kak. Aku punya solusi. Gimana kalo sekarang Kakak beli kue jualanku secukupnya aja. Yahh... yang sekiranya Kakak bakal kuat menghabisinya selama di sekolah," saran Adelia.

"Kalo Kakak mau, aku bisa bikin kue lagi buat Kakak nanti malam. Biasanya kan kalo malam suka laper tuh, aku bisa bawain kuenya langsung ke rumah Kakak. Bagaimana?" tanya Keisya memberi tawaran.

"E-emang lo mau?" tanya Keisya terlihat antusias.

"Mau dong. Kan aku jualan niatnya pengen bikin pelanggan merasa puas, terutama Kakak yang niatnya pengen borong kue jualan aku." Adelia tersenyum lebar menatap Keisya.

"Oke, kalo gitu sekarang gue beli sepuluh kue dulu," ucap Keisya sambil memilih beberapa aneka kue tradisional di dalam keranjang yang sudah dibungkusi.

Gundik Di RumahkuWhere stories live. Discover now