T3 (8) : Queen?

1.2K 90 1
                                    

♥ Happy reading ♥

Bagaimana perasaan kalian kalau kalian mempunyai cita-cita tapi terhalang oleh misi? Kesal? Tentu. Sekarang, hal itulah yang sedang dirasakan oleh Za.

Dia ini sangat ingin menjadi seorang dokter, tapi karena misi penyamaran ini, jalannya sedikit dipersulit. Menjadi seorang pembully urakan yang terkenal suka membolos pelajaran, sungguh tak pernah ia pikirkan.

Bagaimana dia bisa menjadi seorang dokter kalau pekerjaannya saja membolos pelajaran? Bayangkan, berapa banyak materi pelajaran yang terpaksa harus ia lewatkan? Beruntung dia memiliki akal yang masih berfungsi dengan sehat.

Jadi, demi mempertahankan reputasi urakan dan sering membolos nya, Za benar-benar membolos pelajaran. Tapi tanpa mengurangi segenap ilmu yang seharusnya dia dapatkan, gadis itu membolos di perpustakaan.

Sangat pintar. Juga sangat mengejutkan guru penjaga perpustakaan. Tapi dengan tatapan dingin Za, guru itu tak berani bertanya-tanya.

"Melanjutkan respirasi eksternal, setelah dipompa oksigen akan mengalir melalui aliran darah dan disaat yang bersamaan, juga mengeluarkan karbon dioksida. Proses ini dikenal dengan sebut respirasi internal."

Za membaca buku dengan sangat pelan, sesekali dia menganggukkan kepala jika memang mengerti, kemudian membaca ulang jika masih belum paham.

Gadis itu membalikkan halaman, kemudian salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas ketika bel istirahat berbunyi nyaring.

"Waktunya pertunjukan," gumamnya lalu menutup buku dan pergi begitu saja. Kira-kira akan ada apa lagi di kantin hari ini? Za harap, pertunjukan itu tak akan membuat dirinya mengamuk saat itu juga.

"Za!"

Za terlonjak, lagi-lagi suara manis itu mengejutkannya. Kenapa gadis ini selalu tau di manapun dia berada? Mencurigakan.

"Apa?" jawab Za malas.

Percayalah, jiwanya itu sebenarnya sangat ingin menerima Aira sebagai temannya, tapi keadaan yang membuatnya harus pura-pura cuek. Sepertinya dia juga sekarang mulai terbiasa dengan sikap ini.

"Hehe ... kantin yuk! Eh, tapi nanti jangan kayak kemarin, Aira takut tau."

"Kalo takut kenapa mau temenan sama gue?"

"Emm ... ya karena, kamu itu baik. Aira pernah liat kamu bantuin Nenek-nenek nyeberang jalan waktu kelas 11."

Sekali itu, Za terhenyak. Jadi, Za yang asli ini sebenarnya orang yang baik? Dia kira, Za itu manusia kejam tanpa hati. Atau mungkin, sebenarnya Za hanya kejam para orang-orang tertentu? Entahlah.

"Za! Kok bengong?"

Za menghentikan langkah sebelum benar-benar memasuki kantin. Gadis itu memandangi Aira dari atas sampai bawah, menilai. Anak ini, kawan atau lawan?

Hanya ada satu cara untuk memastikannya. "Lo ... beneran mau temenan sama gue?"

Pertanyaan itu membuat Aira berbinar. "Iya, Za. Beneran! Serius, nggak bohong!"

Sorot itu terlihat tulus, tapi Za harus tetap profesional. "Pesenin gue mie ayam sama es jeruk. Bawang gorengnya banyakin."

Kemudian tanpa membalas perkataan Aira, Za berlalu begitu saja. Meninggalkan Aira yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Jadi ... kita temenan apa enggak, ya?"

The Twin Transmigration Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu