AREEZA - 44 [END]

873 55 4
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Hari ke hari telah berganti. Kini, gadis dengan rambut berkepang dua itu melangkahkan kakinya memasuki rumah sang kekasih. Hari ini, tepat di mana hari Areeza akan meninggalkannya. Ah, bukan. Hari ini adalah hari di mana Areeza akan berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studinya. Semalaman ia tak bisa tidur sebab memikirkan sang kekasih. Apakah ia sanggup melihat wajah Areeza hari ini? Hari yang benar-benar akan membuatnya jauh pada Areeza itu tepat hari ini. Ya, lagi-lagi Lisa harus menghela napasnya berat mengikhlaskan apa yang akan terjadi pada hari ini.

"Assalamualaikum, Bun," ujar Lisa, ketika ia memasuki rumah besar itu dan langsung disambut oleh Reina.

"Waalaikumsalam, Cantik!" jawab Reina antuasias. Ia sangat senang ketika melihat Lisa disertai senyum manisnya.

"Sini masuk, Sayang," titah wanita itu seraya menggiring bahu Lisa untuk duduk di sofa ruang keluarga.

"Ini, Bun, ada makanan dari mama," kata Lisa sembari menyodorkan dua kantong plastik makanan.

"Ya ampun, repot-repot aja sih, Raisa."

"Makasih ya, Sayang," sambungnya.

Lisa mengangguk singkat. "Mama kirim salam katanya, soalnya mama gak bisa ikut ke sini, lagi nganterin papa ke luar kota," jelasnya.

"Iya, gak apa-apa." Reina meletakkan makanan dari Lisa di atas meja. Sedangkan gadis di sampingnya tengah celingukan melihat rumah besar ini yang sepi kelontongan.

"Pada ke mana, Bun? Kok, sepi?" tanya Lisa.

"Alika tidur, Baba masih di rumah sakit. Kalo Adeeza ada di kamarnya, kalo Ale masih tidur," jelas Reina.

"Hah? Masih tidur, Bun? Udah mau jam satu loh ini," kaget Lisa diakhiri dengan melihat jam di tangannya.

"Iya, niatnya sih, habis ini mau Buna bangunin. Buna suruh siap-siap, nanti waktu Baba pulang kita tinggal berangkat ke bandara."

"Lisa yang bangunin boleh gak, Bun?" tanya gadis itu dengan wajah polosnya.

Reina mengangguk pelan. "Boleh. Sana samperin ke kamarnya," titahnya.

"Makasih, Bun." Lisa beranjak dari sofa dan melangkahkan kakinya ke kamar Areeza.

Sesampainya di depan kamar Areeza, dengan sopan gadis berkepang dua itu mengetuk pintu kamar itu terlebih dahulu. Satu kali ketukan, dua kali ketukan, sampai ketiga kali ketukan pun tetap pintu itu tidak terbuka. Alhasil, Lisa membuka kenop pintu itu dan terbuka menampilkan makhluk ciptaan Tuhan yang indah tengah bergulung dengan selimut.

Lisa tersenyum dan mendekat ke arah ranjang tidur besar itu. Kemudian ia duduk di pinggiran ranjang sembari menikmati wajah tampan yang terlelap dari tidurnya yang tenang. Sungguh ciptaan Tuhan mana yang engkau dustakan?

"Al, bangun."

"Al, bangun, Al," ucapnya lagi.

Lisa menepuk-nepuk pelan pipi Areeza agar cowok itu cepat bangun dari tidurnya. "Al, bangun, ih! Kebo banget!"

"Al!" teriak Lisa.

Bukannya membuka mata, cowok itu malah menggenggam tangan mungil Lisa yang berada di pipinya dan membawa telapak tangan kecil itu sebagai bantalan kepalanya.

"Ih, bangun! Tiga jam lagi kamu flight, loh, Al!" pekik Lisa di akhir kalimat.

Akhirnya, Areeza membuka matanya perlahan dengan senyuman yang tak tertahan. Ah, gadis di depannya ini sungguh manis.

AREEZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang