Chapter 32 : The Beginning

441 28 1
                                    

Minggu Ini Jaemin disibukkan dengan persiapan ujian yang akan dilaksanakan di awal minggu depan. Saat Jeno perhatikan anak itu terlihat serius dengan semua buku-buku yang mereka beli kemarin. Sepertinya Jaemin memang sungguh-sungguh ingin melanjutkan pendidikannya ke universitas.

Hal itu membuat Jeno merasa sedikit lega, setidaknya ia tak salah menyarankan anak itu untuk kembali melanjutkan pendidikannya sesuai dengan anjuran ayah. Jeno tahu ayah sudah menginginkan hal itu sejak lama karena Na Jaemin juga harus memiliki hak yang sama dengannya.

Lihatlah kasih sayang ayah pada anak itu begitu terlihat jelas. Andai jika Ibu Na Jaemin juga masih hidup apakah ayah juga akan membawa wanita itu untuk tinggal bersama mereka?

Dan untungnya wanita itu telah tiada, jadi Jeno tak perlu merasa lebih sakit lagi. Dia bahkan tak bisa membayangkan jika dirinya hidup ditengah-tengah kebahagiaan ayahnya sendiri.

Setidaknya saat ini bertiga itu lebih baik. Na Jaemin, dirinya dan juga ayah. Itu sudah lebih dari cukup.

"Na istirahatlah dulu, lagi pula masih ada banyak waktu jangan terlalu keras juga."  Jeno menghampiri Jaemin dengan membawa secangkir coklat hangat kesukaan Jaemin.

Kegiatan Jaemin berhenti. "Aku sudah menunggu kesempatan ini sejak lama Jen." Jawab Jaemin sembari menyeruput coklat hangatnya.

"Kau memang pekerja keras." seru Jeno.

Jaemin terkekeh. "Aku tidak ingin mengecewakanmu, aku ingin mendapatkan nilai yang baik."

Jeno tersenyum. "Kau pasti bisa, kau kan pasti mewarisi kecerdasan ayah"

"Aku tidak yakin, kecerdasan ayah sepertinya hanya menurun padamu." balas Jaemin.

"Kau sangat pandai bercanda Jaem." Tutur Jeno mengacak rambut Jaemin.

"Ahh tidak! rambutku berantakan lagi." kecut Jaemin sebal.

Jeno tertawa disana, Jaemin tampak menggemaskan dimatanya apalagi saat bertingkah seperti anak kecil. "Kalau begitu sini!" Jeno menepuk pahanya meminta Jaemin untuk duduk disana.

Jaemin yang tengah merapihkan rambutnya malah terdiam, dia sedikit ragu karena malu.

Jeno menarik tangan Jaemin sampai tubuh anak itu tertarik dan kini sudah berada dipangkuan Jeno.

Tangan Jeno melingkar di perut Jaemin membuat pipi Jaemin semakin merona.

"Mau jalan-jalan keluar?"

"Keluar? Kemana?"

Jeno tampak menimbang. "Hmmm...Taman hiburan? Kau belum pernah pergi kesana kan?" Jaemin lantas menggeleng.

____

Jeno dan Jaemin— keduanya sama-sama berjalan berdampingan di taman hiburan yang sempat Jeno bicarakan tadi siang dirumah. Sudah banyak wahana permainan yang mereka coba Na Jaemin tampak menikmati hal itu dan Jeno senang melihatnya.

Ini adalah pertama kalinya mereka menghabiskan waktu bersama dari pagi sampai petang. Walaupun begitu dibalik kebersamaan mereka hari ini Jaemin merasakan ada yang aneh pada Lee Jeno.

Jarang-jarang lelaki itu mengajaknya main ke luar rumah.

Sebenarnya bahkan dari sejak awal lelaki itu memperkenalkan dirinya pada teman-temannya Jaemin sudah mulai merasa curiga. Mungkinkah ada maksud tertentu atau alasan lain kenapa Lee Jeno melakukan hal tersebut.

Karena Jaemin tahu, Lee Jeno memiliki pribadi yang tertutup sehingga hal itu kini menjadi pertanyaan dalam benaknya kenapa Jeno memperkenalkannya pada orang-orang sebagai kekasihnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rainbow in the Rain : NoMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang