Chapter 3 : Full of Saddness

1.7K 157 1
                                    

Aku tidak ingin langsung mengabaikannya karena menurutku ini masalah yang cukup serius. Aku merasa bahwa Na Jaemin baru saja menciumku. Itu yang kurasakan ketika tengah berbaring, tapi aku tak ingat betul karena aku setengah tertidur, tapi rasanya cukup jelas bagaimana benda lunak itu menempel pada bibirku, sekarang aku hanya perlu kejelasan dari Na Jaemin.

"Nana aku sedang bertanya padamu!" aku sekali lagi menegaskan. Aku tak suka ketika melihat wajah itu selalu menunduk ketika berada dihadapanku, membuatku semakin ingin marah saja. 

Tautanku masih bertahan di lengannya menunggunya menjawab—sampai akhirnya Jaemin menoleh kearahku.

"A-aku tidak melakukan apapun." Ungkapnya.

Sedangkan aku tak percaya, aku tahu dia sedang berbohong. Rahangku tiba-tiba saja mengeras.

Perasaan baru tadi aku menegaskan padanya agar dia berhati-hati padaku, tapi dengan beraninya dia mengabaikan peringatanku itu. Jaemin suka sekali membuatku marah, Kenapa dia selalu bersikap menyebalkan? Saat ini dan saat kita tinggal bersama dulu. Dia selalu menjengkelkan.

Aku menarik lengannya membawa tubuhnya agar semakin dekat denganku.

Dia cukup terkejut dengan tindakkan yang baru saja kulakukan bahkan dia hampir saja terhuyung ke depan jika saja aku tak sigap untuk kembali menahan tubuhnya.

Aku menggertakkan gigiku sembari menatap tajam padanya sedangkan dia hanya menunjukkan wajah datarnya.

"Kau pikir aku tidak tahu bahwa kau baru saja mencium bibirku huh?"

Sebisa mungkin aku menunjukkan wajah sangarku padanya.

"Uh?" bisa-bisanya aku hanya menerima helaan napas dari bibir tipisnya itu.

"A-aku tidak menciummu." Jaemin mencoba menyangkal.

"Jika bukan— bisakah kau jelaskan benda apa yang kau tempelkan pada bibirku itu?" aku berucap sinis, bisa-bisanya lagi aku menganggap bahwa Na Jaemin adalah anak yang polos.

Sungguh dia lebih bahaya dari yang kukira, aku harus mulai berhati-hati padanya.

Berikutnya dia sudah berani menonggakkan kepalanya padaku, sudah kuduga dia lelaki yang cukup berani rupanya. pasti Jaemin sedang mencoba membela dirinya.

Coba kita dengar apa pembelaannya.

"Aku minta maaf." Jaemin akhirnya tak berani menatap lama mataku, dia kembali menunduk—dan apa maksud dari ucapan permintaan maafnya? jadi dugaanku itu benar? Aku malah jadi naik pitam.

"Saat kau tertidur aku melihat bibirmu dan aku menyentuhnya dengan jari tanganku. Jadi tolong jangan salah paham! aku menyentuhnya karena bibirmu terlihat indah" Jaemin tiba-tiba menjelaskannya.

"Apa?"

Jaemin berucap dengan nada menyesal, dia sudah memalingkan mukanya dariku karena malu, sedangkan aku hanya bisa terdiam.

"Apa yang baru saja kusalahpahami?"

Lantas helaaan napas panjang keluar dari bibirku, Huh sepertinya aku yang terlalu overthingking.

Aku menyisir sisi rambutku dengan jari, tapi Na Jaemin memang tidak bisa dimaafkan karena dia menyentuh tubuhku yang lain tanpa seizinku. Jadi aku ingin sekali menghukumnya.

"Nana apa yang ada pada tubuhku adalah milikku dan kau perlu izin sebelum menyentuhnya!" Aku memperingati lagi sambil membuang nafas bersamaan dengan perasaanku yang sedikit kesal.

Na Jaemin perlu sedikit di didik.

"Ya aku tahu itu, Ibuku juga pernah mengatakan hal itu."

Tiba-tiba saja membahas hal tersebut membuatku menjadi sedikit sensitif. Apalagi saat dia berkata tentang 'Ibu'

Rainbow in the Rain : NoMinWhere stories live. Discover now