Chapter 20 : Are u Jealous?

1.1K 116 12
                                    

Setelahnya— tepat semenjak aku tahu bahwa Jaemin bekerja di kafe sebrang kantorku, kami jadi lebih sering bertemu. tak jarang aku melihat Jaemin mengantarkan beberapa pesanan ke dalam kantor. meskipun begitu, aku dan dirinya tak pernah bertegur sapa sekalipun. Anak itu berpura-pura seolah bahwa dia tak mengenalku. Akting yang bagus ya Na sampai hal itu kadang membuatku jadi kesal. 

Walaupun begitu tapi kenapa juga aku harus marah? Aku sendiri padahal yang sejak awal meminta Jaemin keluar dari rumah dan bahkan menyuruhnya untuk pergi menjauh. Lalu sekarang—kenapa justru aku yang merasa kesal sendiri? melihat bagaimana sikap Jaemin yang acuh dan tak menyapaku saat berpapasan itu benar-benar membuatku sangat marah sekali.

Tak jarang karyawan perempuan menggoda Jaemin dan mengajaknya berkencan secara terang-terangan, tapi sayang mereka selalu mendapatkan penolakan halus dari Jaemin. Cih, mereka hanya belum tahu saja bahwa ternyata anak itu adalah seorang gay.

Dan mereka pastinya juga tidak tahu bahwa orang yang disukai Jaemin itu adalah Aku.

Eh, tapi dengan sikap Jaemin yang seperti ini apakah dia masih suka padaku? Aku jadi tak yakin dan sungguh hal itu membuatku jadi penasaran.

Haruskah aku bertanya padanya? Tapi— untuk apa juga aku menanyakan hal aneh seperti itu? Aish, kenapa hal tersebut jadi malah membuatku berperang batin sampai-sampai aku bahkan tak fokus dengan jalannya rapat yang sedang berlangsung saat ini.

Sampai aku keluar ruangan pun aku masih tidak tahu apa yang dibicarakan dari hasil rapat tadi, disana ayah yang melihatku gelisah datang mendekat padaku dengan wajah penasarannya.

"Apa yang terjadi padamu? Ayah lihat kau banyak melamun." katanya.

"Tidak." Jawabku singkat.

"Jika itu tentang permintaanku kemarin, ayah minta maaf." lanjutnya kemudian, seketika aku langsung menoleh menatap tajam.

"Bukannya ayah tak memikirkan kebahagiaanmu, kakek yang meminta— beliau memiliki kepercayaan penuh terhadapmu untuk memegang perusahaan ini."

"Dengan menjualku pada ayah Yu Ji Min?"

Ayah seketika terkesiap dengan pertanyaanku, mungkin dia tak menyangka seberani itu aku berkata tajam padanya. Meski begitu tak ada setitik pun rasa bersalah yang ia rasakan pada anaknya sendiri.

"Tapi ya mau bagaimana lagi, ayah yang mengendalikan hidupku— ayah akan menuruti segala permintaan kakek walau itu harus mengorbankan aku kan?"

Ayah terdiam tak bisa menjawabnya.

Aku membuang napas kasar sembari berdecak.

"Kenapa harus hidupku yang ayah kendalikan? Padahal ayah masih memiliki Na Jaemin, Dia juga sama anak ayah juga padahal"

"Atau dulu Ayah sengaja membuangnya karena ingin melindunginya?"

Disana ayah terbelalak, Aku tahu ayah tak bisa menjawab karena dugaanku sepertinya memang benar.

Suasana tiba-tiba hening.

"Dulu ayah bakan tidak tahu Na Jaemin lahir." ucapnya tiba-tiba.

Kali ini aku yang tiba-tiba tak bisa berkata-kata. Menjijikkan jika itu harus membicaran hasil hubungan gelapnya di masa lalu dengan seorang perempuan yang pernah menyakiti hati Ibu.

Ayah tiba-tiba menepuk pundakku. "Na Jaemin berbeda dia anak yang lemah tidak seperti kamu Jen, Tapi yang ayah lakukan saat ini adalah demi kebaikan kalian berdua juga." Beliau langsung pergi setelah mengucapkan kalimat itu.

"Tapi kenapa juga hanya aku yang dirugikan disini? Seberarti apa Na Jaemin di mata ayah?" batinku sembari memandang jauh punggung ayah yang menghilang.

Aku pergi tanpa sadar bahwa ada seseorang yang tengah berdiri dihadapanku hingga tak sengaja aku menubruk tubuhnya sampai dia kehilangan keseimbangan, untung saja aku masih bisa menahan tubuhnya agar dia tidak jatuh.

Rainbow in the Rain : NoMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang