04. Dream's

15 9 8
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





"Benar, nona. Kau sudah di alam baka. Dan ruang siksaan mu hari ini adalah kelas Miss.Oh, nona. Ayo buruan lari, atau kita bisa telat dan duduk di koridor lagi seperti minggu kemarin. "





Si Pria menautkan tangannya di jemari Yoo In dan mengajak gadis itu melangkah tergesa. "Hei... "

"Sudahlah, Yoo In. Nanti siang lagi bercandanya. " Jawab si pria santai tanpa menyadari sedikitpun raut bingung gadis itu.

Yoo In melangkah di belakang pria itu dalam diam, ia memandang lekat tubuh bagian belakang yang sangat dikenalnya itu dalam-dalam.

"Meski dalam mimpi tersingkat, aku harus menikmati kebersamaan kami
Ini sebaik mungkin... Sebab saat bangun nanti aku pasti menangis mengharapkan moment ini terulang lagi. " Cuman Yoo In dalam hati, masih belum ingin mencerna kejadian yang menurutnya 'mimpi' ini lebih serius.





Namun saat Jun makin mempercepat langkahnya hingga kini sungguhan berlari Yoo In mulai panik, di pegangnya erat-erat tali ransel sebelah kiri sementara tangan kanannya digenggam Jun kian erat.

"Gawat, gerbangnya sedikit lagi ditutup! "

Mereka berdua melangkah kesetanan, semakin mendekati Gerbang yang hampir di tutup penjaga adrenalin semakin menggila dalam diri mereka.

Bersyukurlah, keduanya bersama puluhan anak lain berhasil masuk dan selamat menapaki halaman sekola, barulah langkah mereka melambat dan berhenti sejenak menetralkan nafas, sesekali melihat ke belakang pada beberapa anak kurang beruntung yang terkunci diluar pagar dan tengah sibuk memelas bantuan pak satpam sekolah.

"Ah... Kenapa... Tubuhku... Terasa berat sekali yah? Apa karena sudah lama tidak mendaki? "

Entah mengapa Jun terkekeh dalam nafasnya yang masih bengek, menatap Yoo In dengan tampang mengejek. " Kau bercanda mempertanyakan hal konyol begitu? Dan mendaki? Sejak kapan kau mulai mendaki, Yoo In? Dalam mimpi? " Diakhir kalimatnya pria itu tertawa, buat Yoo In mengernyit kan kepala bingung.

"Apa yang lucu, hah? Kau yang lucu, Jun! Mengataiku bermimpi didalam mimpi?! Kau pikir ini film Inception?!"

"Hah? Film apa itu? Film baru? "

"Hah? Kita kan pernah menontonnya bersama, kau lupa? Ah, tunggu. Ini mimpi kita masih masa SMA... Jadi... Benar juga, film itu belum rilis yah. "

"Kau bicara ngelantur terus dari tadi, makin hari kau makin aneh Yoo In! Sudahlah, ayo lanjut ke kelas. "

Yoo In tak menjawab, ia hanya ikut melangkah seperti Jun. Kali ini mereka tak bergandengan lagi. Namun disana, saat Yoo In melangkah lemas sambil melihat kakinya ia terkejut bukan main.

"Jun! Kenapa... Betis aku membesar seperti ini lagi?! "

Jun menatapnya lelah dan menjawab. "Seperti apa? Tiap hari kulihat tampak sama saja. "

"Tidak, Jun! Aku sudah kurus sekarang, harusnya walau mimpi pun aku... Pasti masih dalam bentuk dunia nyata. "

"Kau bicara mimpi terus, sadarlah Yoo In! Ini realita! Bangunlah dan berhenti bilang Mimpi. Ayo kita masuk kelas dengan tenang yah, lanjut main nanti siang, oke? " Pria itu melangkah, kali ini Yoo in tetap berdiri di tempat, lalu menampar pipinya kuat-kuat, kanan-kiri bergantian.

"Akh, sakit. " Belum puas kali ini ia mencubit lengangannya. "Akh, sakit. "

"Nafasku juga hampir habis sungguhan... " Lalu dengan perlahan dan jiwa yang sebenarnya menolak ia menunduk melihat tubuhnya dari ujung kaki sampai dada.

"Tubuh Idealku? Kemana tubuh ukuran Idealku?! "






"Apa ini? Jelas-jelas terasa seperti mimpi tapi mengapa aku bengek, gemuk, juga merasa sakit, sungguhan? Ah, sebenarnya aku kenapa sih? "

Yoo In yang bingung dan mulai panik mulai mencubit sekujur tubuhnya membabi buta sambil terus bergumam. "Bangunlah, bangunlah, bangun, Yoo In. Meskipun mimpi ini menyenangkan karena ada Jun didalamnya, tapi jika rasanya senyata ini juga lama-lama mengerikan. Ayo bangun, bangunlah, Yoo In. "

Orang-orang yang lewat menatapinya aneh, ada yang hendak menolong tapi takut dan akhirnya mundur perlahan.

Hingga akhirnya, pangeran tak berkuda putih, Baek Jun Hyun kembali dengan tampang pusingnya melihat kelakuan aneh Yoo In. Menyisir rambutnya mulai depresi, Jun Hyun menghentak pundak Yoo In untuk menghentikan tingkahnya dan menatapnya.

"Kau Kenapa?! "

"Jun.... "

"Kenapa? " Tanya Jun sekali lagi dengan nada mulai lelah.

"Sakit... " Selanjutnya yang Yoo In lakukan makin buat Jun ingin melempar gadis ini ke tengah samudra rasanya, karena detik ini Yoo In mulai meneteskan air mata.

"Jun, aku senang bertemu denganmu lagi, tapi didalam mimpi yang terasa sangat nyata begini aku juga merasa takut... Bagaimana ini? "

Jun merolingkan matanya jengah, "lagi? Masih membahas mimpi? " Ia menggeleng pusing namun sudah tak ingin peduli, jelas-jelas bel pelajaran pertama sudah bergaung dan ia sudah siap telat sekarang. Tanpa menjawab apa-apa. Jun menyeka air mata gadis itu menggandeng Yoo In dan membawanya ke arah kelas dengan langkah kalem.

Bersyukurlah pada guru Biologi mereka yang malah terlambat masuk, jadi Jun dan Yoo In dapat duduk tenang di kursi mereka, deretan paling belakang dan dekat jendela, posisi paling sempurna untuk hidup.

Yoo In tercenung memikirkan runtutan harinya hingga sampai di mimpi ini. Mengingat-ingat banyak pengetahuan dunia yang sering ia tonton, apa pernah ada manusia yang membahas perihal mimpi yang terasa sangat nyata? Namun sial, ia tak bisa mengingat apapun.

"Yoo In, "

Tak kunjung di jawab Jun menoel pundak Gadis itu hingga mereka saling memandang.

"Belum baikan? " Ujar Jun dengan suara pelan sebab mereka sedang dalam proses pembelajaran.

Yoo In menggelang lemah. Namun sedetik kemudian ia malah tersenyum. "Benar... Setidaknya aku masih bisa melihatmu. Syukurlah... "





























Bersambung...
26 Januari 2024

Turn BackWhere stories live. Discover now