12 🕷️ Accompanied by Kortopi

57 6 0
                                    

Di antara seluruh anggota Genei Ryodan, bisa dikatakan bahwa Kortopi adalah yang terlemah. Begitu kira-kira yang pernah aku baca di website-website yang mengupas seluk beluk Genei Ryodan meski memiliki tingkat kecepatan dan kegesitan tubuh yang bagus tetapi Kortopi kebanyakan tidak menggunakan nen-nya untuk tipe serangan. Ia memiliki nen yang unik yaitu kemampuan untuk menggandakan benda. Tampak seperti tidak terlalu berguna jika dalam pertarungan. Namun, meski terlemah ia bukan berarti tidak boleh diwaspadai, statusnya saja bahkan sampai menjadi buronan tinggi di asosiasi Hunter. Kelincahan, kegesitan, dan pandainya menyembunyikan hawa keberadaan bisa membuat ia menjadi sosok yang berbahaya.

"Sudah sampai." Suara Kortopi membuatku mengalihkan atensi pada si pendek berambut panjang hingga menutup wajah itu. Aku hanya mengangguk dan menunggu Kortopi membuka jeruji besi dengan luas hanya sepetak sempit. Lalu Deefy akhirnya benar-benar bisa keluar dari dalam kurungan Genei Ryodan.

"Reist!" seru Deefy menyambarku dengan pelukan. "Kau tidak apa-apa?"

Aku membalas, "Memangnya aku kelihatan tidak apa-apa?"

Deefy memindai tubuhku dari atas ke bawah, baju compang-camping bekas pertarungan dan penyiksaan, kulit yang di beberapa bagian ada luka jahitan meski sakitnya sudah tidak terasa lagi karena kemampuan nen Machi. Wajahku bisa kutebak ada banyak lebam karena berguling-guling saat menghindar dari serangan.

"Apa yang terjadi?" Deefy pada akhirnya bertanya.

Aku menghela napas, mengajaknya pindah terlebih dahulu. Kortopi rupanya membawa kami ke pintu belakang markas ini. Selain pintu utama tadi, ada pintu rahasia yang menjadi jalan keluar Genei Ryodan kalau-kalau mendapatkan kepungan meski tidak mungkin terjadi. Di depan pintu keluar tersebut, ada sebuah batu besar yang menjadi tempat kami berdua berbincang sambil menikmati malam berbintang. Bulan yang menggantung di langit juga dalam keadaan terang tanpa halangan dari awan. Cerah dan cantik hingga kami sama-sama tersenyum memandanginya.

Pada akhirnya, aku menjelaskan kepada Deefy dimulai dari aku yang disiksa oleh Feitan dan kemudian berduel dengan Omokage yang membuatku berhasil mengalahkannya sehingga menempati posisi nomor empat di Genei Ryodan. Deefy mendengarkan penjelasanku saksama, ketika aku selesai bercerita, ia masih terdiam dalam hitungan beberapa puluh detik dalam kebisuan.

"Pada akhirnya kau benar-benar jadi anggota mereka, ya." Deefy berkomentar. Aku mengintip ke wajah Deefy yang masih setia memandang langit untuk melihat eskpresi semacam apa yang dibuat olehnya. Wajahnya datar. Aku tidak bisa menebak bagaimana isi hati Deefy saat ini.

"Kau kecewa?" tanyaku serius. Jujur saja aku tidak mau sampai ada sesuatu hal tak mengenakkan di antara kami berdua dikarenakan ia adalah satu-satunya teman terdekat yang aku punya.

"Untuk apa aku kecewa padamu?" Deefy terkekeh pelan. "Kau sudah berhasil mengejar impianmu untuk menjadi bagian dari Genei Ryodan."

"Ya, meskipun tidak sesuai ekspektasi karena aku tidak berniat untuk bergabung di waktu-waktu ini," balasku.

"Malah bagus jadi kau tidak bertemu dengan Hisoka." Deefy berucap dengan kekehan kecilnya.

Benar. Hisoka si badut gila. Aku tidak yakin melawannya jika benar-benar di timeline asli. Meskipun, mungkin jika dunia Hunter X Hunter sudah memasuki timeline asli, aku mungkin ragu-ragu saat akan memutuskan untuk bergabung.

"Kau sendiri mau apa setelah ini, Deef? Mau bergabung juga dengan Genei Ryodan?" Aku bertanya serius. Pada sat menceritakan tentang aku yang menggantikan anggota Genei Ryodan, aku juga menjelaskan bahwa keberadaan Deefy menjadi pertimbangan sengit antara aku dan Nobunaga. Yang berarti saat ini Deefy harus pergi sejauh mungkin tanpa memiliki hubungan sedikitpun dengan Genei Ryodan, termasuk denganku karena aku sudah menjadi bagian dari mereka. Ah tidak, maksudku bukan memutus hubungan yang seperti itu, hanya saja hubungan buruk. Deefy tidak boleh memiliki hubungan buruk apalagi sampai menjadi musuh Genei Ryodan.

"Daripada bergabung dengan Genei Ryodan rasanya aku lebih teringin jadi musuh mereka." Jawaban Deefy terdengar serius saat mengatakan hal itu.

"APA? JANGAN BERCANDA, DONG!" Suaraku meninggi menanggapi ucapannya sedangkan Deefy masih tetap dalam mode santai.

"Sama sepertimu yang penasaran bagaimana jika menjadi anggota dan bisa dekat dengan Feitan, aku juga penasaran bagaimana jika aku jadi musuh mereka. Aku bertanya-tanya, apa mungkin jika aku bergabung organisasi aku bisa mengalahkan Genei Ryodan? Jika aku bertarung, apa aku bisa menang? Lagipula, kau temanku, kan? Jika aku mati maka kau akan mengulang waktu dengan regresi, kan?" Deefy berkata panjang lebar.

Aku tertegun mendengarnya, sempat kehilangan kata-kata untuk sepersekian detik. Deefy adalah teman atau sahabat paling dekat denganku dari kecil. Hampir segala hal tidak pernah aku sembunyikan darinya termasuk kekuatanku sendiri yang memiliki regresi sebagai kemampuan andalan saat ini. Benar memang apa yang diungkapkan olehnya bahwa aku tidak akan rela jika Deefy mati begitu saja. Opsi yang akan aku lakukan jika menyaksikan itu dengan mata kepalaku sendiri sudah jelas akan melakukan regresi ke masa Deefy masih hidup.

Akan tetapi, bermusuhan dengannya? Aku menjadi bagian dari Genei Ryodan dan sudah pasti aku juga akan ikut bermusuhan dengannya. "Hei, kau mau bermusuhan denganku?"

"Hanya coba-coba, Reist. Anggap saja challenge. Kau suka sekali kan kalau mendapat challenge?" Deefy menatapku dengan kedua alisnya yang dinaik turunkan.

"Suka sih suka. Tapi tidak begini juga, Deef." Aku menanggapi ragu-ragu. "Bukannya kau menyukai Chrollo?"

"Aku suka dan mengidolakannya tetapi rasanya aku lebih ingin mencoba jadi musuhnya dulu. Itu lebih terlihat menarik." Deefy masih tetap pada pendiriannya. "Ya, bisa saja pemikiran ini akan hilang di masa depanmu tetapi seandainya tidak hilang, siap-siap saja."

Aku menghela napas, tidak bisa menghalangi Deefy karena itu pasti sudah menjadi keputusan yang ia pertimbangkan. Sama seperti aku yang mengutarakan impianku pada Deefy, ia tidak pernah menghalangi meski kadang mengomel tentang penjahat itu mengerikan dan lain-lain. Jika jalan yang dipilih oleh Deefy adalah hal demikian, aku akan menunggu hingga waktunya tiba dan bertanggung jawab atas janjiku pada Genei Ryodan yang akan mengurus hal itu jika benar ia akan menjadi musuh.

Tidak lagi membahas tentang permusuhan, aku dan Deefy pun akhirnya mengobrol santai. Ini akan menjadi pertemuan terakhir di antara kami sehingga mengobrol ringan sambil menikmati udara malam dengan sesekali disertai candaan yang menghasilkan tawa menjadi kegiatan. Kortopi juga masih ada bersama kami, berdiri di samping batu besar yang menjadi tempat duduk kami. Lantas ketika obrolan kami sudah berada di ujung dan tidak ada lagi pembahasan, Deefy berpamitan pergi.

"Jaga dirimu." Aku berucap sambil merangkulnya erat. Deefy adalah seorang reinkarnator sama sepertiku yang juga adalah penggemar Hunter X Hunter.

"Kau juga. Jangan mati cepat biar nanti kita bisa main-main lagi." Deefy membalas. Aku mengerti dengan kata main-main yang diucapkannya. Itu pasti merujuk pada rencananya untuk bermusuhan.

Kemi berdua pada akhirnya berpisah. Deefy melenggang pergi meninggalkan lokasi markas Genei Ryodan, sosoknya sudah tidak bisa kulihat lagi saat ia memasuki area perhutanan. Meski mendengar semua pembicaraanku dengan Deefy, Kortopi ternyata cukup pendiam hingga tidak mempertanyakan. Akhirnya, aku dan Kortopi kembali masuk ke dalam untuk beristirahat setelah seharian yang cukup melelahkan.

.
.
.

T B C ~

Bab 12 dipublikasikan pada :
Selasa, 23 Januari 2024, 06:47 WIB.

A/N : Ada sedikit hint nih. 🌝

Sampai jumpa di bagian berikutnya ~

🌹 Resti Queen.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Listen To Me, Fei! (Hunter X Hunter FF | Feitan X OC)Where stories live. Discover now