07 🕷️ Underrated by Phinks Magcub

79 10 0
                                    

Pria tua bernama Omokage itu kali ini sangat marah dan serius. Ia menyerangku dengan membabi buta, memerintahkan pasukan bonekanya yang tersisa untuk memberikan serangan secara bersamaan. Kekuatan dari Boneka Pakunoda yang merupakan tembakan berisi peluru nen serta tembakan beruntun dari Boneka Franklin sangat menyulitkanku untuk menghindar. Akan tetapi, ini halaman luas yang sekitarnya adalah perhutanan sehingga ada banyak pohon menjulang tinggi dan besar yang bisa kujadikan sebagai tameng serta menyembunyikan diri.

Bukan berarti aku takut. Aku hanya menunggu kesempatan yang baik untuk bisa mengalahkan boneka-boneka itu tanpa harus membuat kekuatan baru. Meski aku bisa menuliskan kekuatan yang sangat overpower sekalipun, tetapi kekuatan itu memiliki kelemahan yang hanya bisa digunakan tiga kali dan mengharuskan untuk menghabiskan semua kekuatan di kertas untuk bisa menuliskan kekuatan yang baru nantinya. Aku harus berhati-hati.

Namun, pertarungan ini tampak menjenuhkan bagi siapapun yang menjadi penonton di bangunan besar terbengkalai. Anggota Genei Ryodan yang lain bahkan sempat kulirik tengah menguap karena melihat pertarunganku dengan Omokage yang berlangsung lama. Suara nyaring Uvogin yang mengumpat terus akibat Omokage tak kunjung mengalahkanku pun kian menggema. Ada kegemasan tersendiri mungkin baginya karena tadi sempat bergaduh dengan Omokage untuk memilih siapa yang pantas menjadi lawan tandingku. Dan Omokage yang terpilih justru tidak bisa membunuh seorang anak kecil dalam waktu yang lama.

"Woy, Anak Kecil!" Suara teriakan dari salah satu jendela yang terbuka terdengar. Itu suara seorang pria. Dan ketika aku melirik, aku mendapati pria berambut pirang dengan disisir rapi ke belakang, berpakaian seperti baju olahraga atau baju untuk jogging berwarna hijau bercampur putih. Tatapan pria bernama lengkap Phinks Magcub itu tampak kesal lalu lanjut berkata, "Sombong sekali ingin mengalahkan salah satu anggota kami. Ternyata hanya begitu kemampuanmu, hah? Bisanya hanya menghindar. Cuih!"

"Cih." Aku berdecak kesal mendengar ia meremehkanku.

Mataku pun melirik ke posisi boneka-boneka yang dikendalikan oleh Omokage dan memperhatikan pergerakan mereka sehingga bisa memprediksi serangan mereka berikutnya. Lantas, aku memusatkan kekuatan pada otot kaki dan menambah kekuatan pada kepalan tangan. Lantas, aku mulai menerjang untuk menyerang duluan.

Dihadang oleh empat boneka sekaligus, yaitu Boneka Machi, Boneka Pakunoda, Boneka Bonolenov, dan Boneka Uvogin tak membuatku merasa takut. Mereka sepertinya menunggu untuk membiarkanku mendekat agar bisa menghabiskan dari jarak dekat. Tembakan-tembakan dari Boneka Pakunoda masih bisa kuhindari sambil berlari.

Boneka Machi pun menggunakan kekuatan nen untuk membuat benang-benang putih tipis untuk memerangkapku. Namun, mataku ini begitu jeli hingga bisa menangkap siluet dari benang tersebut dan menghindarinya. Ketika aku melompat ke arah Boneka Uvogin, ia mungkin berpikir bahwa aku hendak menendangnya sehingga menyilangkan tangan di depan dada. Namun, yang kulakukan bukan untuk menendang, melainkan menjadikannya sebagai pijakan untuk melompat ke sisi lain di seberang.

Tujuan utamaku bukan mereka berempat. Namun, Boneka Phinks Magcub yang berdiri di samping Boneka Nobunaga Hazama. Kesal karena aku diremehkan oleh Phinks yang asli membuatku bertekad untuk menghancurkan Boneka berwujud Phinks itu hingga berkeping-keping.

Dan itu memang yang terjadi, kecepatan lari dan lompatku tidak bisa ditahan oleh pedang Nobunaga. Sehingga, aku bisa dengan mudah untuk mengapitkan kaki di leher Boneka Phinks dan mematahkannya. Lantas, aku meninju wajahnya dengan kuat dan ditambah kekuatan nen yang dialirkan pada kepalan tangan agar mudah hancur. Begitu hancur bagian kepalanya pun, aku masih meninjunya berkali-kali di bagian perut, memintaku tangan dan kaki hingga melepas paksa tubuhnya layaknya memutilasi.

"Oi! Kau dendam padaku, ya, Bocah?" Teriakan Phinks yang asli kembali terdengar. Aku menoleh ke sumber suara, perlu mendongak karena posisi Phinks berada di jendela terbuka lantai dua. Aku tak membalas perkataannya dan hanya mengangkat jari tengah yang kutujukan padanya. Phinks tampak semakin kesal sedang rekan-rekan yang lainnya justru tertawa.

Listen To Me, Fei! (Hunter X Hunter FF | Feitan X OC)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα