10 🕷️ Debated by Nobunaga Hazama

53 7 0
                                    

Chrollo sebagai komandan dari Genei Ryodan akhirnya meresmikanku sebagai anggota dengan nomor 4. Katanya aku harus memiliki tato laba-laba sesegera mungkin. Tadinya Feitan berinisiatif untuk membuatkannya tapi aku menolak. Meski seingin itu aku dekat dengan Feitan, tetapi setelah tadi aku mendapatkan berbagai macam siksaan untuk dikorek informasinya dengan sangat menyakitkan membuatku trauma melihat Feitan yang sudah siap dengan jarum besar dan memperlihatkannya padaku. Seolah-olah dari pandangannya itu menyiratkan ia yang sudah segenap hati ingin melukaiku lagi. Alih-alih merasa senang, aku merasa ngeri.

Aku memutuskan untuk membuat tato laba-laba di kemudian hari. Entahlah, mungkin aku akan mencoba mengakrabkan diri dengan anggota lain lalu memintanya mengantarku ke tempat pembuatan tato.

Lalu, agenda berikutnya pun dimulai. Chrollo menjelaskan padaku mengapa mereka bisa ada di kota ini sekarang dan alasan Pakunoda berkeliling mencari informasi serta melakukan penyusupan. Ia menjelaskan bahwa ada sebuah organisasi yang sedang menjadi incaran mereka saat ini dan pengintaian mereka terhenti karena Pakunoda yang ditugaskan untuk melakukan misi tersebut tersendat di tengah jalan akibat bertemu denganku. Ia yang sekilas bisa melihat memori di dalam otakku merasa janggal hingga ia membawaku ke sini dan terjadilah pertarungan tadi.

"Kalau saja Pakunoda tidak bertemu dengan Reist, mungkin kita sudah membuntuti bajingan itu sekarang." Ingin aku menanggapinya dengan, "Woy, Phinks. Mau kutelanjangi kolor olahragamu itu agar kau tidak mampu berolahraga lagi?" tentunya itu hanya di dalam hati. Mana mau aku merusak suasana di saat sedang serius seperti ini. Bisa-bisa anggota lain akan memandangku dengan tidak baik. Aku harus memberikan kesan sebagus mungkin sebagai anggota baru.

"Anak itu memang beban." Feitan memberikan tanggapan. Apa katanya tadi? Beban? Haha. Lihat saja nanti ke depannya. Aku akan menunjukkan progres besar sampai ia tidak akan mampu mengataiku seperti itu lagi.

"Sekarang kita kehilangan jejak," kata Shizuku ikut terjun dalam obrolan ini.

"Kita perlu melakukan pengintaian sekali lagi." Nobunaga juga ikut berbicara.

Chrollo terdiam untuk sesaat lalu mendongak dan berucap, "Yah, karena ini adalah hasil perbuatan Reist, jadi dia harus bertanggung jawab, kan?"

"Kenapa ini bisa jadi kesalahanku? Padahal aku hanyalah korban yang diculik oleh Pakunoda." Aku menjawab.

Chrollo hanya tersenyum sambil kemudian menjawab, "Buktikan padaku bahwa kau layak menjadi anggota."

"Anjir!" Itu umpatan dalam hati. Bahasa semasa hidupku di dunia lama keluar setiap kali aku merasa ... kesal? Aku tidak tahu perasaan apa ini. Hanya saja aku tak nyaman karena terpaksa harus melakukan sesuatu di luar rencana dan urutan yang aku buat. Padahal niatnya tadi aku hanya berkeliling dan menikmati waktu dengan Deefy tapi malah tidak sengaja bertemu Pakunoda yang berujung menjadi anggota. Aku memang berniat untuk menjadi anggota Genei Ryodan tetapi tidak di waktu ini dengan usia sekarang. Sialnya, aku sudah terlanjur basah.

Oh, barusan aku memikirkan nama Deefy. Mataku menoleh ke kanan dan kiri mencari kemungkinan keberadaan dari teman baikku itu. Namun, aku tidak menemukan apapun selain hanya gedung terbengkalai yang temboknya sudah lumayan lapuk. Ada kemungkinan bahwa Deefy ditempatkan di gudang penyiksaan seperti saat aku disiksa oleh Feitan di tempat terpisah.

"Aku tidak masalah tapi aku punya permintaan," kataku.

"Permintaan?" Chrollo bertanya.

Bisik-bisik dari sisi kanan terdengar berisik. Aku menoleh dan mendapati Phinks yang sedang berbincang dengan Machi. Ia lantas menghadap Chrollo sembari mengutarakan, "Apa menurut Danchou itu tidak kurang ajar? Anggota baru berani-beraninya mau meminta sesuatu pada Danchou."

Phinks ini sebenarnya punya masalah apa, sih? Dia terlihat amat tidak suka denganku. Apa sesungguhnya ia masih dendam karena tadi aku menghancurkan boneka Omokage yang menyerupainya sampai berkeping-keping? Kekanakan sekali dia.

"Tidak apa katakan saja," ucap Chrollo menjadi penengah.

"Di mana Deefy?" tanyaku.

"Deefy? Apa itu temanmu yang ditangkap juga waktu itu?" Chrollo bertanya.

Aku mengangguk. "Bebaskan dia."

"Mana bisa!" Nobunaga menyela. "Orang itu sudah terlalu banyak tahu tentang kita dan markas kita di sini sekarang."

"Kita bisa berpindah markas, kan?" bantahku.

"Tidak bisa. Lokasi ini strategis untuk memperhatikan gerak-gerik organisasi sialan itu." Nobunaga menanggapi.

"Deefy bukan orang yang akan membocorkan hal seperti ini," kataku yakin.

"Bagaimana bisa kau seyakin itu, bocah?" Nobunaga bertanya.

"Karena dia temanku." Aku menjawab mantap.

Seringai Nobunaga terlihat meremehkan. "Dia temanmu tapi bukan teman kami."

Aku terdiam. "Aku bisa menjamin dia tidak akan memberitahu siapapun perihal ini."

"Kalau ternyata dia justru menginformasikan pada asosiasi Hunter?"

"Itu tidak akan terjadi." Aku menanggapi lagi serius.

"Meski kau mengatakan dengan lantang sekalipun, itu sulit dipercaya." Nobunaga keras kepala.

"Deefy adalah orang yang mengagumi Genei Ryodan jadi dia tidak akan melakukan hal yang akan membuat organisasi kita ini buruk." Aku berucap disertai penekanan. Tapi wajah yang ditampilkan oleh Nobunaga di mataku terlihat seperti ekspresi yang ragu-ragu.

Kalau mengingat lagi timeline dunia Hunter X Hanter, Nobunaga pernah bertengkar dengan member lain dan berujung dilerai menggunakan metode koin saat berbeda pendapat. Aku ingat itu adalah ketika si tokoh utama yaitu Gon dan temannya Killua tertangkap oleh Genei Ryodan. Perdebatan kecil tentang apakah mereka harus dibunuh atau justru dijadikan rekan.

Aku pikir kali ini Nobunaga akan mengutarakan pendapat yang sama seperti itu. Namun, ia justru berkata, "Membunuhnya akan lebih meyakinkan dibanding membebaskannya."

Mataku melotot tajam dan reflek berteriak, "Jangan sembarangan bicara!"

"Padahal kau sudah menjadi anggota dari Genei Ryodan, tetapi dibanding memihak pada keputusan kami, kau justru ingin membebaskan musuh?" Nobunaga berucap sembari memegang gagang pedang seakan siap untuk menariknya kapan saja.

Aku mengepalkan tangan marah. "Itu bukan keputusan Genei Ryodan tapi keputusanmu! Deefy juga bukan musuh!"

"Kalau berpihak pada musuh berarti kau mau bermusuhan dengan kami." Nobunaga tidak mau kalah. Pantas saja perdebatan dengannya sampai diakhiri dengan permainan lempar koin. Ternyata orangnya lumayan kukuh pada pendirian yang dipegangnya.

Jika terus seperti ini, bisa-bisa aku akan meninggalkan kesan buruk sebagai anggota baru yang suka bertengkar dengan anggota lama. Tapi perdebatan ini tidak bisa dihentikan dengan keputusan Nobunaga lebih unggul. Mau bagaimanapun, Deefy tidak ada hubungannya dengan semua ini dan ia hanya ikut denganku untuk pergi bermain. Tidak lebih. Jadi, aku harus melakukan sesuatu agar mereka mau membebaskannya tanpa ada perkelahian lebih jauh.

.
.
.

TBC ~
Bab 10 : Rabu, 27 Desember 2023, 17:25 WIB.

.

A/N : Aku lagi WB parah sampai ngetik se-paragraf aja rasanya sulit. Bagian ini lumayan ringan-ringan dulu, cuap-cuap pasca resminya Reist Aqueena MC kita sebagai member Genei Ryodan. Untuk cerita-cerita lainnya, masih mampet otakku buat ngelanjutin. 😢

Sampai jumpa di bab selanjutnya ~

🌹Resti Queen.

Listen To Me, Fei! (Hunter X Hunter FF | Feitan X OC)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon